Semua Bab Di Ujung Senja: Bab 61 - Bab 70
114 Bab
Chapter 61
Mereka bertiga sudah duduk di salah satu meja warung yang menyajikan ramen sebagai hidangan utamanya. Adnan sebenarnya tidak terlalu suka makanan seperti ini, tapi karena ia hendak berbicara penting dengan Edo, ia tentu mencari tempat yang nyaman sesuai dengan apa yang mereka mau, bukan?Edo melirik sang papa yang duduk tepat di depannya, ia tampak menghela nafas panjang. Ia sudah tahu sebenarnya apa yang hendak papanya itu katakan, pasti soal hubungan sang papa dengan koasnya yang bernama Redita itu, bukan?“Jadi papa ingin bicara apa?” tanya Edo basa-basi, ia berani bertaruh bahwa Redita-lah yang akan mereka bahas.Adnan menyingkirkan mangkuk ramennya lalu menatap Edo lekat-lekat, Arra masih sibuk dengan ramen miliknya, meskipun begitu, Adnan tahu gadis it
Baca selengkapnya
Chapter 62
Redita mengerutkan keningnya ketika sosok itu sudah kembali pulang, kenapa cepat sekali? Dan wajah itu ... Redita tahu, pasti ia kembali bersitegang dengan Edo bukan? Redita hanya tersenyum kecut, lalu bergegas mendekap sosok itu dalam dadanya ketika Adnan duduk di sebelahnya.“Kalian ribut lagi?” tanya Redita lirih, dielusnya dengan lembut kepala dokter bedah senior itu.“Hanya sedikit agak keras,” jawab Adnan sama lirihnya.Tampak Adnan kemudian mendengus perlahan, tangannya memijit-mijit pelipisnya dengan sedikit ia tekan kuat. Membuat Redita merasa bersalah sudah menimbulkan masalah itu diantara Adnan dan putera sulungnya. Itu baru Edo, entah kalau anak bungsu Adnan tahu, ah ... pasti semakin runyam.
Baca selengkapnya
Chapter 63
Hari ini hari terakhir Stase kulit dan kelamin, itu artinya hari terakhir pula Redita koasisten. Dan itu makin membuat Adnan pening. Ia masih belum bisa meyakinkan Edo dan Aldo tentang pilihannya. Keputusan mereka sudah bulat, tidak lama mengizinkan Adnan menikah jika bukan Amanda yang Adnan nikahi.Janji Adnan adalah akan menikahi Redita secara resmi setelah dia beres koas bukan? Dan hari ini hari terakhir dia koas! Dengan izin yang belum Adnan kantongi dari anak-anaknya. Sebuah hal yang akhir-akhir ini membuat kepala Adnan sakit bukan main, membuat Adnan merasa begitu bersalah pada Redita."Hari terakhir," guman Redita seolah memberi kode. Ia menoleh, mentatap Adnan yang terpekur di tepatnya duduk itu.Adnan menghela nafas panjang, ia bergegas bangkit dan meraih tangan Redita, menggenggam tangan Redita erat-erat, ia tahu Redita pasti minta kepastiannya pernikahan mereka bukan? Adnan sendiri yang dulu mengatakan bahwa ia akan menikahi Redita secara resmi sebelu
Baca selengkapnya
Chapter 64
Redita tersenyum, menghela nafas panjang kemudian mengangguk pelan."Iya bisa, ada apa?" tidak perlu Redita tanya, ia tahu betul siapa laki-laki ini. Di seragam lorengnya sudah ada identitas, dan jangan lupa ia pernah melihat foto laki-laki ini di smartphone Adnan.Sosok yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak bungsu Adnan, Aldo Sindhutama, yang sekarang sudah resmi menjadi salah satu prajurit angkatan darat Republik Indonesia ini. Dan untuk apa dia kemari, Redita sudah sangat paham apa alasannya."Mungkin tidak di sini, kita bisa ketempat lain?" guman sosok itu masih dengan wajah ramah.Ke tempat lain? Memang Aldo, calon anak tirinya ini hendak membawa dirinya kemana? Ah ... sepertinya Aldo lebih ramah daripada Edo, ya? Buktinya ia mau sekedar bertemu dengan Redita, meskipun Redita paham apa yang hendak Aldo katakan dan bicarakan kepada Redita tidak jauh berbeda dengan sang kakak, Edo."Maaf Al, tapi tidak bisa. Sepuluh menit lagi saya ada vis
Baca selengkapnya
Chapter 65
Redita tersenyum ketika masuk ke tangga darurat itu, air matanya menitik ketika ingat bahwa di tempat ini lah kemudian untuk pertama kalinya ia mengobrol dengan begitu akrab dengan Adnan bukan? Yang kemudian berujung dengan makan siang bersama dan saling bercerita satu sama lain?Redita duduk di ujung tangga paling atas, tempat di mana dulu Redita dan Adnan pernah duduk berdua di sini. Redita bersandar di tembok, membiarkan air matanya menitik. Hatinya benar-benar pedih hari ini, ia hancur, patah hati dan entah apa lagi. Yang jelas dadanya begitu sesak luar biasa.Kenapa harus ada pertemuan jika ujunngya hanya sebuah perpisahan? Kenapa kemudian harus tumbuh cinta jika hanya berakhir duka? Namun apakah semua ini salah cinta? Apakah cinta salah dalam hal ini?“Re, k
Baca selengkapnya
Chapter 66
"Sayang, kenapa?" Adnan tersentak ketika begitu ia sampai di apartemen Redita memeluknya erat-erat. Ya meskipun sudah biasa dia selalu memeluk Adnan seperti ini, namun entah mengapa Adnan merasa aneh dengan sang isteri."Kangen, malam ini jangan pulang ya!" pinta Redita lirih."Tapi anak-anak saya pulang, Re. Saya mau bicara penting dengan mereka malam ini juga, boleh ya saya pulang?" Adnan balas memeluk isterinya itu, rasanya juga ia tidak ingin pergi, hanya saja malam ini ia harus banyak bicara dengan anak-anaknya itu."Kalau begitu boleh minta sesuatu sebelum Mas balik?" tanya sosok itu sambil menatap Adnan serius, menatap Adnan dengan wajah setengah memohon pada sang suami."Apa? Mau minta apa, Sayang?" Adnan mengelus lembut kepala Redita yang kembali memeluknya dengan manja itu."Main dulu satu kali boleh?"Adnan tertegun, kenapa jadi Redita yang minta? Biasanya tidak pernah bukan? Kok jadi aneh? Adnan masih hendak memikirkan kenapa tib
Baca selengkapnya
Chapter 67
Adnan memarkirkan mobilnya di depan garasi rumah, nampak di sudut halaman depan sudah terparkir mobil Edo dengan begitu rapi. Adnan mematikan mesin mobilnya, melepas seat belt dan bersandar sejenak di jok mobil.Bagaimana reaksi anak-anaknya nanti? Apakah hari ini ia berhasil meyakinkan Edo dan Aldo tentang perasaan yang ia punya? Tentang seberapa dalam cintanya pada Redita? Apakah kemudian Adnan menang dan mendapatkan restu dari mereka berdua untuk membawa hubungan Adnan dengan Redita ke Kantor Urusan Agama seperti yang sudah Adnan janjikan kepada Redita.Adnan bergegas turun, ia baru hendak menekan knop pintu ketika secara tiba-tiba pintu itu sudah terbuka dan Edo muncul dari balik pintu.“Papa baru pulang?” tanya Edo sambil menatap sang papa lekat-lekat.
Baca selengkapnya
Chapter 68
Sepeninggal Adnan, hanya ada Edo dan Aldo yang masih terpekur di sofa ruang tamu. Mereka larut dalam pikiran dan diam masing-masing.Tampak Edo masih begitu emosi dengan wajah dan mata yang memerah, sementara Aldo, ia masih berusaha tetap tenang dengan beberapa kali menghela nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.Aldo mengangkat wajahnya, menatap sang kakak yang tampak memijit pelipisnya sambil menundukkan kepala. Ia tahu Edo masih sangat emosi dan belum terima dengan segala macam permintaan sang ayah.Aldo sontak menggeser duduknya, menggeser jadi lebih dekat dengan sang kakak, ia tersenyum, kemudian mengangkat tangannya dan menepuk lembut pundak sang kakak.“Kak, sudah istirahat yuk. Sudah malam,” Aldo kembali menepuk lembut pundak Edo yang bahkan
Baca selengkapnya
Chapter 69
Adzan subuh berkumandang, Adnan yang sejak semalam tidak bisa tidur bergegas bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia langsung mandi bersih-bersih dan mengambil air wudhu. Rasanya ia harus segera pergi bukan? Ia malas jika harus bersitegang terus dengan anak-anaknya.Namun sebelum itu, rasanya ia perlu bersimpuh beberapa waktu kepada Sang Pencipta guna diberikan jalan keluar atas semua masalah yang sedang menimpa dirinya itu. Kepada siapa lagi Adnan memohon dan meminta selain pada Allah?Selesai sholat subuh, Adnan bergegas melangkah keluar kamar. Semuanya masih sepi, mungkin mereka masih tidur di kamar masing-masing. Dengan langkah mantab Adnan turun ke lantai bawah dan masuk ke dalam mobilnya.Dihidupkannya mesin mobil dan dengan sedikit tergesa ia membawanya pergi
Baca selengkapnya
Chapter 70
Adnan tersenyum, pagi ini adalah hari yang sudah sang isteri kecil tunggu. Ya ... hari ini jadwal Redita mengikuti UKMPPD. Tahapan yang harus dia lakukan sebelum kemudian nyatakan lulus dan diambil sumpah jabatan dokternya. Sebuah tes yang memastikan bahwa ia layak menyandang gelar dokter setelah kurang lebih enam tahun belajar di fakultas kedokteran.“Semangat ya!” Adnan mengecup lembut bibir Redita, Redit sudah siap untuk berangkat ujian UKMPPD. Selangkah lagi demi gelar dokternya!Redita tersenyum dan mengangguk pelan, diciumnya dengan lembut punggung telapak tangan Adnan, lalu di dekapnya erat-erat tubuh itu. Rasanya begitu damai dan nyaman. Sebuah pelukan yang mungkin akan Redita rindukan nantinya.“Saya yakin kamu bisa lulus one shoot, Sayang. Ja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status