All Chapters of Pelacur Berkelas: Chapter 11 - Chapter 20
69 Chapters
Sekilas Kenangan Bersama Karina
Ardan terdiam di dalam kamarnya, pikirannya menerawang saat melihat Tian dan Ara bersama tadi. Entahlah ia merasa seperti sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada adik bungsunya itu. "Bagaimana bisa Ara mengenal Tian? Ah, laki-laki itu juga seperti kurang puas dengan kejadian yang pernah terjadi?" Tidak! Ia tidak akan ingin membuat nasib adiknya itu sama seperti Kirana. Cukup Kirana jangan Ara. Sepertinya kepulangan nya itu merupakan hal yang benar. Tidak masalah jika Ara belum bisa menerima nya yang jelas ia akan terus memantau apa saja yang dilakukan Ara mulai sekarang. Ia harus bergerak cepat sebelum semuanya kembali sia-sia lagi. Matanya beralih menatap foto tujuh tahun yang lalu saat masih ada Kirana diantara mereka. Rasanya hari itu merupakan hari yang paling membahagiakan di dunia. Sungguh, ia begitu merindukan hari itu lagi.  Andai waktu bisa diulang sebentar saja, ia ingin kembali me
Read more
Akan aku usahakan!
Ardan membuka pintu kamarnya saat sejak tadi ia mendengar Ara tak henti-hentinya mengedor pintu kamarnya. "Kenapa?" Tanya Ardan saat melihat Ara yang sudah begitu rapi dan pakaiannya juga sedikit terbuka dan begitu ketat menampakkan bentuk tubuhnya itu. "Pinjam mobil." Jawab Ara dengan begitu sinis. "Untuk apa?" "Mau pergi." "Kemana?" "Pergilah pokoknya." "Ya kemana dulu." "Pergi yang jauh." "Ya udah gue antar ya." Jawab Ardan akhirnya Mendengar itu Ara langsung terbelalak, "No!" Pekik Ara kuat. Tak akan ia biarkan Ardan mengantar nya. Melihat itu Ardan langsung menaikkan alisnya, ia menangkap sesuatu yang aneh pada diri Ara. "Why?" "Aku dan kamu tidak dekat jadi berhentilah untuk peduli tentangku. Aku tidak membut
Read more
Sekilas kenangan Indah
Ara membawa langkah kakinya ke sebuah club malam dimana ia dan Tian kemarin. Hati nya benar-benar kesal dengan sikap Ardan tadi. Dia pikir dirinya siapa bisa mengatur-ngatur hidupnya seperti itu! Wajah kesal itu tak pudar sedikitpun sampai ia masuk ke dalam club malam yang langsung disambut Dengan berisik nya bunyi DJ yang merusak gendang telinga. Di beberapa tempat juga banyak sekali orang yang sedang bertukar oksigen dibawa redupnya lampu itu. Dirinya benar-benar sedang malas hari ini, moodnya hancur karena Ardan tadi. Entahlah, dirinya juga tidak tahu apa alasan dari kepulangan Ardan itu. Tapi apapun alasannya itu Tiara tidak peduli. Ia sudah malas dengan Ardan. Laki-laki yang sangat ia cinta dulu itu mengapa harus menjelma menjadi orang pertama yang menyakitinya tujuh tahun yang lalu hingga saat ini. Masih segar di ingatan nya itu bagaimana Ardan begitu menyayangi Dirinya dan juga Karina si kemba
Read more
Tawar menawar
"Akhirnya kamu datang juga." Ucap seseorang yang langsung menyadarkan Ara dari lamunannya tentang kedua kakak kembarnya itu. Ara menoleh ke arah sumber suara, di sana sudah ada Tian yang sedang tersenyum melihat nya. "Hai nona pelacur, kita bertemu lagi." Sapa Tian. Ara mengalihkan pandangannya ke arah lain, entah kenapa hari ini ia begitu sial bertemu dengan Tian berkali-kali serta sang kakak yang menyebalkan. "Apa mau mu tuan?" Tanya Ara sinis. Mendengar nada bicara sinis Ara, Tian terkekeh. "Hei, tidakkah kau harus belajar ramah tamah dulu sebelum menjadi seorang pelacur itu hm?" "Oh ya? Mungkin aku akan ramah tamah nya nanti saat benar-benar menemukan orang yang ingin membeli ku." Jawab Ara yang kembali mengundang tawa dari Tian. "Ahahha, seseorang yang ingin membelimu? Kau bercanda nona?" "Ak
Read more
Ardan yang cemas
Ara pulang ke kostnya pukul dua dini hari. Ia sangat malas untuk pulang kerumah besar itu. Malas untuk berdebat dengan Ardan yang entah kenapa terlalu begitu posesif sekarang kepada nya. Tapi tunggu dulu, posesif? Ah iya, ia lupa jika laki-laki yang Pernah ia taruh harapan untuk dinikahi itu memang begitu posesif kepada dirinya dan juga Karina. Masih ingat dengan jelas bagaimana ia begitu menyayangi dan menjaga dirinya dan juga Karina dengan begitu penuh sayang. Tapi itu dulu, dulu sekali sebelum kejadian tujuh tahun itu membuat semuanya menjadi berubah. Tak ada lagi cinta dan sayang yang diperlihatkan oleh Ardan. Tak ada lagi sosok yang selalu menajdi sandaran untuk dirinya. Semuanya benar-benar berubah setelah kejadian Kematian Karina waktu itu. Dan hidupnya juga berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Orang tuanya yang begitu menutup rapat tentang pembunuhan ini serta polisi yang la
Read more
Kemarahan Ardan
Karena di matikan secara sepihak oleh Ara diseberang sana membuat Ardan benar-benar geram dengan tingkah sang adik nya itu. Ia benar-benar tidak bisa Langi mengenali sosok adik yang pernah berniat untuk menikahi nya saat dewasa. Bagaimana mungkin waktu tujuh tahun mengubah semuanya saat ini? Ia sudah kehilangan satu adiknya dan saat ini hanya Ara yang tersisa. Tak akan ia sia-sia kan waktu kembali terbuang begitu saja. Sudah terlalu banyak waktu terbuang selama tujuh tahun dan sekarang dirinya akan benar-benar memanfaatkan waktu ya ada ini. Mengantikan waktu yang telah terbuang itu. "Tidak Ra, tidak! Kamu tidak bisa seperti ini padaku. Sudah terlalu banyak waktu kita terbuang karena perihal Karina itu. Tolong jangan membenciku seperti itu, bahkan aku sebenarnya tidak ingin s
Read more
Obrolan Pagi
Mentari kembali menyinari pagi ini dengan sinarnya. Ara masih berada dalam balutan selimut yang membungkus dirinya itu. Sedikitpun tidur nyenyak nya tidak terusik dengan sinar mentari pagi ini. Sepertinya wanita itu begitu lelah hari ini hingga membuat nya tidak terusik sama sekali. Entah apa yang sedang ia mimpi kan saat ini hingga saat ini masih saja betah memejamkan matanya itu. Suara dering ponsel berbunyi begitu nyaring hingga membuat tidur nyenyak Ara terusik. Entah siapa yang menelpon nya pagi-pagi seperti ini seakan kurang kerjaan. Ara meraba-raba kasurnya mencari Dimana keberadaan benda yang sangat mengusik tidurnya itu dengan mata yang masih tertutup. Saat ia menemukan kan nya, Ara langsung mematikan panggilan itu tanpa melihat lebih dulu siapa penelpon yang mengusik tidurnya itu. Tak berselang lama ponselnya kembali berbunyi membuat Ara kembali mel
Read more
Sarapan Bersama Lagi
Setelah sepuluh menit, Ara keluar dengan pakaian baju kaos dan celana pendek serta rambut yang diikat dengan asal ke atas hingga menampakkan leher jenjangnya itu. Ia benar-benar terburu-buru dibuat Tian yang datang secara mendadak itu. Ah, entahlah ia seperti malas untuk membahas yang sudah-sudah tentang Tian. "CK! Kau meminta waktu sepuluh menit denganku hanya untuk berdandan seperti ini saja? Tidakkah kau bisa membuat sepuluh menit yang aku keluar kan untuk menunggu mu menjadi sesuatu yang begitu manusiawi?" Ucap Tian saat melihat penampilan Ara yang entah mau dibilang seperti apa. Jika seperti ini, ia seperti benar-benar mendalami perannya sebagai seorang rakyat jelata melupakan jati dirinya yang sebenarnya itu yang merupakan seorang tuan putri. "CK! Salah siapa yang datang mendadak hm? Lagipula aku tidak minta pendapatmu tentang penampilan ku tuan." Balas Ara dengan begitu sinis. 
Read more
Kemarahan Aksa
"Ara." Panggil seseorang dari arah belakang yang langsung membuat Ara dan Tian yang sedang berdebat itu menoleh ke sumber suara. "Aksa." Gumam Ara saat melihat sosok mantan kekasihnya itu berada tepat di hadapannya kini. Aksa menatap Tian dengan tatapan dingin dan siap membunuh, sedangkan Tian ia hanya tersenyum saja mendapatkan tatapan seperti itu dari Aksa. Malahan ia menikmati sarapan yang ia pesan tadi. Bukankah tadi Ara mengajaknya untuk pergi? Akan mubazir jika ini tidak di makan saat ini. Mumpung ada mantan Ara, ia akan memanfaatkan waktu ini untuk menghabiskan sarapannya itu. "Kita harus bicara sayang." Ucap Aksa kepada Ara namun matanya masih menatap Tian dengan begitu intens. "Sayang?" Ara mengulang ucapan
Read more
Sebuah Ide menaklukkan Ara
Setelah lepas dari Aksa air mata Ara benar-benar jatuh saat ini. Tian yang melihat itu hanya diam saja. Ia tak tahu harus seperti apa. Tian diam, ia menunggu sampai tangis Ara reda, karena hanya seperti itulah ia bisa menanyakan kepada Ara. Mungkin saat ini Ara membutuhkan waktu sendiri dulu. Dan itulah kenapa ia hanya berdiam diri tanpa berniat mengganggu Ara. Ara menoleh ke arah Tian yang sibuk dengan ponselnya. Sepertinya memang tidak tertarik dengan keadaannya itu. "CK! Tidakkah keadaan ku ini membuatmu khawatir sebagai teman tuan?" Tanya Ara, Tian yang mendapatkan pertanyaan seperti itu hanya diam, ia tak tahu harus bereaksi berlebihan seperti apa yang diinginkan oleh Ara saat ini. "Apa yang mau inginkan nona pelacur?" Tanya Tian. Ara menaikkan alisnya sambil menghapus jejak air mata nya. "Dalam keadaan seperti i
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status