Semua Bab Pelacur Berkelas: Bab 41 - Bab 50
69 Bab
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Maafkan saya Nona." Ucapan itu diucapkan dengan penuh rasa sesal hingga membuat Ara, Anton dan juga Aman terdiam. Beberapa pertanyaan muncul begitu saja di otak menanti sebuah jawaban. "Maaf kan saya," lirih preman itu lagi yang membuat Ara dan yang lainnya tidak mengerti apa yang membuat Alim sampai bersujud itu. Alim bangkit dari sujud nya Dan kemudian menatap Ara beberapa detik sebelum ia berdiri dan kemudian lari dengan begitu kencangnya hingga membuat Aman dan Anton ternganga dan kemudian ikut mengejar Alim yang sudah tak kelihatan lagi wujud nya itu. Melihat ketiga preman itu berlari meninggalkan dirinya Ara benar-benar merasa sangat aneh sekali. Lebih lagi saat mendengar permohonan maaf yang dilontarkan oleh Alim begitu tulusnya. Sebenarnya ada apa sebenarnya saat ini? Ara berdiri dari duduknya, ia sudah tidak mabuk lagi dan mungkin ia akan berjalan kaki lebih jauh lagi untuk mencari angkutan
Baca selengkapnya
Pelacur berkelas
"Lagi dapet orderan?" Tanya orang itu dengan nada mengejeknya. Bila menaikkan alisnya sebagai jawaban dari ucapan Tian. Entah kenapa laki-laki ini sungguh sangat mengganggu nya dalam hal apapun itu yang ia sendiri tidak tahu apa maksudnya. "Kalau iya, kenapa hm? Sewot ya?" Tanya Ara sambil melewati Tian yang berdiri menghalangi jalannya itu. Tian terkekeh mendengar ucapan Ara itu, apakah wanita itu tidak salah bicara? Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa dirinya sedang sewot? Astaga terasa begitu lucu sekali saat ini mendengar ucapan Ara. Apa yang harus ia sewot kan dari Ara? Bukankah itu bagus jika Ara mendapatkan orderan dan itu tandanya perawan pelacur pemula itu sudah pecah? 
Baca selengkapnya
Mati lampu
"Iya sih pelacur, tapi belum resmi." Jawab Ara yang langsung membuat Tian langsung menghentikan tawanya. Kini raut wajahnya berubah menjadi penuh tanya. "Maksud nya?" "Kan belum pernah Wiwik." Jawab Ara yang begitu frontal sekali. Tian membelalakkan matanya dan kemudian ia menggeleng kepalanya itu, sungguh ia tak mengerti apa sebenarnya yang ada dalam pikiran wanita di depannya ini. "Ra, Are you Ok?" Tanya Tian dengan raut serius. Ara mengangguk kan kepalanya, "iya, kenapa?" Tanya Ara yang benar-benar polos sekali seolah tak mengerti kesalahan atas ucapan nya yang begitu frontal itu. Tian menghela nafasnya dengan kasar dan kemudian melirik sekilas arloji di pergelangan tangan nya itu. Hari sudah begitu larut, mungkin kah karena kecapean Ara menjadi seperti ini? Jika iya, sebaiknya wanita itu istirahat agar tidak ada lagi ocehan seperti it
Baca selengkapnya
Ayo pacaran
"Ra, ayo pacaran." Ucap Tian yang langsung membuat Ara menarik dirinya dari pelukan Tian itu. Matanya terbelalak karena tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Diam, hening dan sunyi dalam gelap nya malam ditambah lagi karena mati lampu. Hanya terdengar suara petir yang menyambar dan rintik air hujan yang jatuh membasahi bumi. "Mau?" Tanya Tian lagi setelah lama tak mendapatkan respon apapun dari Ara. Tak lama terdengar suara tawa Ara hingga membuat Tian menjadi bingung. "Ah udah deh Tian nggak usah bercanda gitu. Kedengarannya itu benar-benar aneh telinga aku tau nggak sih." Ucap Ara di sela tawanya. Suara petir yang begitu kuat kembali bergema hingga lagi-lagi membuat Ara jatuh ke dalam pelukan Tian. "Aaaaa kak Ardan." Panggil Ara lagi dengan begitu kuat. Sungguh Tian benar-benar geram dibuat nya. Hatinya Tidak terima mulut Ara meny
Baca selengkapnya
Ciuman pertama
"Tapi, aku ini seorang pelacur Tian dan kau tahu kan itu artinya apa? Itu artinya kau harus membayarku seharga satu triliun?" Ucap Ara yang langsung membuat Tian terdiam, sedangkan Ara ia terkekeh dalam diam karena bisa membuat Tian terdiam. Ah, untung saja pikirannya mengingat waktu Tian mengatakan bahwa laki-laki itu tak akan mau memberikan uang satu triliun untuk dirinya. Uang sebanyak itu tak akan sebanding untuk membeli keperawanan nya. Ingatannya masih berfungsi dengan sangat baik sekali rupanya saat ini. Tian berdehem sebentar sebelum menjawab ucapan Ara itu. "Aku mengajakmu pacaran Ra bukan mengajakmu tidur sehingga aku harus membayar mu seharga satu triliun seperti itu." Ucap Tian. "CK! Bagiku itu sama saja Tian. Jadi kau harus membayar tarif yang sama untuk itu." "Aku mengajak mu pacaran dengan baik-baik Ara, kenapa kau malah ingin merampok ku hm?"
Baca selengkapnya
Telepon pagi-pagi
Pagi telah menjelang bersama sinar matahari yang mengintip lewat celah-celah jendela kamar milik Ara. Namun Ara belum ingin lepas dari selimut yang membungkus dirinya itu. Ia benar-benar kesulitan untuk memejamkan matanya tadi malam hingga saat pagi menjelang seperti ini, ia menjadi sulit untuk bangun pagi. Padahal ia paling anti bangun kesiangan. Masih terasa lembut yang membekas di bibir ciuman itu tapi kemudian ia langsung menepis Semua nya dengan kasar saat wajah Karin mampir di otak nya. Tidak, ia tidak boleh seperti ini. Ia harus bisa mengontrol dirinya. Pelacur adalah kedok nya nya namun alasan di balik pelacur itulah yang sampai saat ini masih ia pegang dengan teguh. Suara deringan ponsel membuat Ara menggerakkan tangan nya ke sisi kasur yang ia yakini terakhir kali ia menaruh ponselnya itu disana. Tepat sekali, Ara menemukan ponselnya yang berdering itu di sisi kasurnya.
Baca selengkapnya
Titik Terang?
Ara keluar dari kontrak kan nya tepat sekitar pukul sepuluh. Setelah menyelesaikan ritual makan es batu yang sangat membuat dirinya Bahagia itu, kini ia berniat untuk berkunjung ke rumah orangtuanya. Ada beberapa hal yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Terutama kepada sang kakak Ardan! Sebuah mobil sudah menunggu dirinya saat ia baru saja selesai mengunci rumahnya. Alisnya berkerut karena ia tak mengenali mobil tersebut. Itu bukan mobil dari rumahnya ataupun mobil milik Tian. Untuk kalangan atas Ken, mobil ini tentunya juga bukan miliknya. Ia sangat hafal sekali selera sahabat nya itu. Dan ia Sangat yakin bukan Ken lah pemilik mobil tersebut. Kakinya melangkah untuk mendekati mobil itu, ah bukan. Lebih tepatnya untuk berlalu saja agar bisa segera sampai ke tempat tujua
Baca selengkapnya
Kamar Hotel
Ara sibuk memainkan ponselnya yang ia sendiri tidak tahu apa yang sedang ia mainkan itu. sudah hampir 20 menit berlalu namun sosok Tian tak kunjung datang. Bukankah ia sangat menginginkan pertemuan ini? lalu mengapa ia seperti ini? seharusnya Tian lah yang menunggu dirinya. Ara melihat ke arah pintu masuk, tak ada tanda-tanda Tian akan datang, atau memang laki-laki itu tidak akan datang menemuinya seperti apa yang ia katakan tadi malam? apakah saat ini ia sedang di permainkan? awas saja jika benar iya. Ia coba untuk tetap tenang dan menepis semua dugaan yang ada di dalam otaknya, ia tahu bahwa Tian tak akan mungkin melakukan hal seperti ini padanya. tapi bagaimana bisa ia mempercayai laki-laki yang bahkan membuat ia menunggu terlalu lama seperti ini? 
Baca selengkapnya
Will you marry me?
“Apa yang kalian ingin lakukan?” Tanya Ara. “Maaf kan kami nona, tapi kami hanya menerima perintah dari tuan muda. jadi mari kita kerja sama untuk ketenangan kita berdua.” Jawab pelayan yang berkulit hitam manis tanpa ada sedikitpun senyum yang terbit di wajahnya. Alarm di otak Ara sudah berbunyi pertanda bahwa saat ini ia sedang berada dalam bahaya. Tapi saat seperti ini pada siapa ia akan meminta bantuan? Tidak! ia tidak boleh seperti ini. pokoknya ia harus bisa keluar dari situasi seperti ini bagaimana pun caranya. Nama Ardan muncul begitu saja diotaknya hingga membuat ia mengembangkan sebuah senyum tanda ia sudah tau apa yang harus ia lakukan. Sementara para pelayan itu sibuk mendandani d
Baca selengkapnya
Sebuah pertunjukan
"So, Will you marry me Nona Tiara Aprilia?" Ucap Tian lagi dengan sangat lantang hingga semua orang yang berada di sana bisa mendengar nya. Ara menatap nyalang pada manik mata Tian yang sedang menatapnya itu, sungguh ia benar-benar sangat ceroboh sekali hingga bisa masuk dalam jebakan yang ia bikin sendiri. Entah bagaimana aksi nya ini bisa diketahui oleh Tian. Tapi ia juga tak mempunyai pilihan lain saat ini. Mungkin Memang Tian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan untuk memecahkan kasus ini. Ara mencoba mengembangkan senyum nya semanis mungkin di hadapan Tian dan para undangan yang ada. Ia memejamkan matanya sejenak mencoba berdiskusi dengan hatinya sendiri. Ini adalah titik terang yang ia cari selama ini, dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status