All Chapters of 2nd (second) Destiny: Chapter 101 - Chapter 110
159 Chapters
101. Pengintai.
Dimitri tengah mengamati adiknya yang sedang menata beberapa botol kaca tabung reaksi dan perlengkapan lainnya, Dimitri terus melihat ekspresi Demian yang terlihat sumringah dan bahagia, sedangkan di sudut lain sudah ada Wilson dengan beberapa tumpukan berkas yang sudah menggunung di depannya, Wilson terlihat begitu kacau dan kusut.Entah berapa lama Wilson tak mandi dan membersihkan diri, kerena penampilannya kini mirip sekali seperti orang yang baru bangun tidur, lengkap dengan rambut yang sudah acak-acakan dan jangan lupakan lingkar hitam di kelopak matanya sudah sangat ketara sekali.“Cih, bahagia sekali kamu, Dek? Kita mau melihat TKP bukan untuk tamasya, kenapa barang bawaanmu sudah mirip orang yang mau pindah rumah,” pekik Dimitri yang menghampiri Demian yang sedang sibuk menata perlengkapan dan Dimitri memandang beberapa koper dan tas milik Demian yang sudah berjejer rapi di samping meja. “Mau pindah planet sekalian? Bukankah kita hanya pergi ke gedung di sebelah kantor utama
Read more
102. Kesal.
Sammuel bersandar di kursi kerjanya sambil memejamkan mata, sudah hampir semalaman dia meneliti berkas yang diberikan Wilson sedari siang bahkan hampir seharian tanpa istirahat sama sekali.Bahkan malam harinya Sammuel masih di sodorkan beberapa berkas lagi laporan hasil penelitian oleh Wilson yang lebih akurat ketika kedua anak demitnya selesai menyelidiki TKP.Beberapa hembusan napas kasar terdengar lirih namun berat dari sammuel. Walaupun di Ruangan itu hanya ada Sammuel saja, tetapi entah mengapa rasanya ruangan luas itu serasa sempit sekali, bahkan untuk bernapas Sammuel seorang diri saja masih begitu berat dan sesak terasa.Sammuel mengusap wajahnya kasar seolah tengah berusaha meluapkan emosinya. Di meja kerjanya sudah terpampang Nenerapa tumpukan foto yang sedari tadi membuatnya begitu emosional, ada foto yang menampilkan seorang Ayah dan seorang anak yang tengah memegang medali yang melingkar di lehernya, anak yang berusia sekitar sepuluh tahun itu tersenyum begitu bahagia b
Read more
103. Takut.
Emily menatap kekasihnya dengan pandangan iba, sebutan manusia kulkas yang Emily sematkan pada Wilson agaknya sekarang sudah berubah menjadi manusia Freezer. Sejak kemarin Wilson terlihat begitu pendiam walaupun biasanya juga dia sedikit bicara, tetapi kali ini ditambah aura yang begitu lain, seperti aura penuh kebencian, kekesalan dan dendam yang menyelimuti begitu kuat.Hanya respon skin ship dari Emily yang dapat ia lakukan, tangan Emily terus menggenggam erat tangan Wilson yang terasa dingin sedangkan sang pemilik hanya diam seribu bahasa.“Are you oke?” lirih Emily yang menoleh kearah Wilson yang sedang bersandar di sandaran jok mobil dengan mata terpejam, sedangkan tangan mereka terus bertaut sejak ketika keluar dari kantor utama EDSAM Corp.Saat ini mobil yang mereka tumpangi sedang menuju kearah kediaman salah satu sniper senior yang menjadi korban pembantaian diatas gedung properti milik EDSAM Corp.“Hmm,” hanya suara deheman lirih yang dapat Wilson ucapkan, entah mengapa ras
Read more
104. Saatnya.
“Let’s do it,” lirih Emily sambil menggandeng tangan Wilson ketika sudah berada di depan rumah kayu yang terlihat begitu asri dengan beberapa pohon perdu yang kini hampir habis daunnya karena musim gugur yang sedikit lebih panjang dari tahun kemarin. Emily tersenyum tipis memandang Wilson, berusaha memberi semangat kepada kekasihnya yang terlihat gugup dan sedikit tertekan. Bahkan hembusan napas kasar Wilson merupakan tanda bahwa lelaki tampan yang berdiri disebelahnya ini sedang tidak baik-baik saja. Mereka berdua berjalan menapaki setapak kecil yang sudah di tumbuhi lumut dan rumput kecil. Daun-daun yang gugur bertebangan tertiup angin menambah suasana menjadi semakin begitu dilematis. Emily memencet bel Rumah dan menunggu pemilik rumah membukakan pintu, nampak seorang anak kecil dengan senyum menawan terlihat begitu bahagia membukakan pintu walupun sorot matanya tersirat sedihan, masih terlihat jelas bahwa mata itu masih memerah dan sedikit membengkak seperti anak yang habis men
Read more
105. Penghormatan Terakhir.
Wilson dan Emily tengah menunggu kedatangan dua keluarga dari kedua sniper yang menjadi korban penembakan.Bahkan para sejawat, rekan kerja dan beberapa orang yang satu tim dengan kedua sniper itu sudah memenuhi tiap sudut gedung krematorium dengan berpakaian jas berwarna hitam dengan sangat rapi.Bahkan para pengawal dan pasukan bayangan pun tak luput menggunakan pakaian yang sama untuk menghormati dan memberi doa untuk melepas kepergian kedua sniper senior untuk terkahir kalinya.Satu keluarga dari korban sniper sudah menunggu di ruang tunggu, sedangkan Wilson sedang menunggu kedatangan Jordan dan Neneknya yang tengah dalam perjalanan dengan begitu antusias, bahkan Emily sampai heran dibuatnya. Karena sejak kejadian pembantaian baru kali ini Wilson terlihat begitu bersemangat dan bahagia. Senyum Wilson terus mengembang sepanjang waktu, yang membuat Emily semakin kesal dibuatnya.Emily ingat betul senyum Wilson yang senantiasa mengembang sejak pergi dari kediaman Jordan, bahkan hingg
Read more
106. Future Project.
“Apa ada yang belum kau sampaikan padaku, Will?” pekik Sammuel sambil mengamati iPad yang berada di tangannya, Edward yang duduk di samping Sammuel langsung menoleh mamandang Sammuel sambil mengerutkan keningnya kemudian memandang Wilson yang duduk di bangku penumpang yang berada di depan, bersebelahan dengan Benny yang sedang mengemudikan mobil sedan mewah berwarna hitam itu.“Maaf, Tuan. Saya masih belum sempat melaporkan kepada Anda,” jawab lirih Wilson yang menoleh sekilas sambil menundukkan kepala. Wilson seakan paham dan tahu kemana arah dari ucapan Sammuel.“Does he know?”“Maaf, Tuan, Saya rasa begitu,” jawab Wilson yang membuat Edward mengerutkan keningnya semakin dalam, seakan mencoba mencerna dan memahami bahasan obrolan dari Sammuel dan Wilson. Melihat mimik wajah dari Sammuel sepertinya obralan kali ini sudah sangat serius dan sepertinya penting sekali.“How much does he know?”“Everythings, maybe?” jawab singkat Wilson dengan pasti namun sedikit ragu-ragu dengan ucapan y
Read more
107. Passphrase Alfa.
Sammuel tengah mengamati kedua manusia yang saat ini sedang duduk di depannya, tepatnya di bangku pengemudi sudah ada Benny dan di bangku penumpang depan sudah ada Wilson yang masih sibuk mengutak-atik iPad yang berada di tangannya, entah mengapa perasaannya serasa di pecundangi oleh dua orang yang posisinya adalah kaki tangan kepercayaannya itu. “Mungkin kedepannya aku akan semakin waspada dengan kalian,” pekik Sammuel sambil menyilangkan kaki dan melipat tangannya di dada dengan pandangan masih menatap Wilson dan Benny bergantian dari arah bangku penumpang di belakang Wilson dan Benny. “Aku merasakan seperti sedang di permainkan oleh kalian, apa kalian memang berencana untuk berlaku curang kepadaku? Silahkan saja, tapi tanggung sendiri akibatnya,” ucap tegas Sammuel yang masih mengamati Wilson dan Benny dengan sangat intens disertai tatapan tajam. Wilson dan Benny hanya bisa menelan ludah kasar kala ucapan Sammuel yang bernada ancaman terdengar, pandangan Benny bahkan sempat berad
Read more
108. Vantablack.
Sammuel seperti menemukan mainan baru ketika disuguhkan dengan data dari iPad miliknya dan milik Wilson, bahkan ketika kendaraan yang di tumpangi sudah sampai di markas utama pun, pandangan Sammuel masih saja terus fokus kearah layar iPad yang berada di kedua tangannya. Ketika berjalan menuju ke ruang kendali pun, pandangan Sammuel masih terus fokus menatap layar iPad yang berbeda di tangannya. Hingga membuat Dimitri, Demian dan Kiev yang sudah berada di dalam ruang kendali hanya bisa saling tatap dan menggerakkan bahu saja menanggapi bahasa isyarat dari tatapan mereka ketika melihat Sammuel yang datang dengan menunduk menatap iPad yang ia pegang, bahkan tanpa melihat jalan sekalipun Sammuel bisa sangat tahu dan paham letak kursi yang biasa ia duduki tanpa menabrak apapun yang di sisi jalan yang telah ia lalui, sungguh luar biasa bukan? “Kenapa dia?” tanya Dimitri yang berkomunikasi dengan Wilson dengan menggunakan bahasa gerakan bibir saja, tanpa bersuara sama sekali. Wilson hanya
Read more
109. Perdebatan Duo Demit (lagi).
Demian mendesah dengan helaan napas yang begitu berat sambil terus mamandang Dimitri yang sedang bergelut dengan serangkaian beberapa perangkat komputer yang saling terkoneksi dan terhubung satu sama lain.Hampir semalam suntuk hingga pagi ini Demian dan Dimitri tak memejamkan mata guna menyelidiki dan memeriksa lebih jauh data dari Tim Rahasia bentukan dari perkumpulan sniper senior yang sudah beroperasi lama tanpa sepengetahuan petinggi serta pimpinan Klan yakni Edward dan Sammuel.Mereka berdua melakukan itu atas inisiatif sendiri dan tanpa suruhan dari Sammuel ataupun Edward, karena ada beberapa hal yang ditakutkan oleh kedua manusia yang berjuluk duo demit itu.Ternyata ketakutan dan kecemasan dari duo demit ini untungnya tak terbukti, Organisasi Rahasia ini terpantau sangat bersih dari tindakan yang akan merugikan Klan Collins Brothers. Ternyata apa yang di sampaikan Wilson dan Kiev sehari sebelumnya memang benar adanya.Organisasi Bayangan terbentuk ini memang ditujukan untuk m
Read more
110. Bermain.
“Apa yang sedang kau cari gadis cantik,” sapa Risha yang melihat Levina yang sedang membaca di taman, tetapi arah pandangannya tak memandang buku ensiklopedia yang berada di pangkuannya, melainkan seakan mencari sesuatu dengan mengedarkan pandangannya di segala arah.“Aku menunggu Om Galak, kemarin dia berjanji akan membelikanku buku cerita putri yang terjebak di menara tinggi,” jawab polos Levina yang memandang lekat Risha sambil menerima segelas jus yang di sodorkan Risha, “terima kasih, Kak.”“Putri? Apakah putri itu berambut panjang?” tebak Risha yang mendapat anggukan keras oleh Livina yang sedang meminum jus pemberiannya, “Rapunzel? Apakah dia bernama Rapunzel?”“Iya, itu namanya,” pekik Levina dengan senyum merekah, “susah sekali nama itu aku ucapkan, lidahku seakan terbelit mengucapkannya,” sambung Levina yang menaruh gelas kosong diatas meja.“Mau lagi?” tawar Risha yang tau jika gadis kecil ini sedang haus. Namun, Levina langsung menggelengkan kepala menolak tawaran Risha.“
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status