All Chapters of 2nd (second) Destiny: Chapter 81 - Chapter 90
159 Chapters
81. Menggoda.
Risha mengejapkan mata berusaha membuka mata, memindai sekeliling ruangan yang tenyata adalah kamarnya sendiri di Mansion Edward. Risha juga merasakan badannya begitu kaku dan berat untuk di gerakkan, ternyata dia masih bergelung selimut halus berwarna abu-abu muda, dia berusaha mengingat kejadian kenapa ada selimut asing yang tengah melilit tubuhnya, akhirnya potongan demi potongan ingatan sudah singgah didalam benaknya.Seketika dia berdiri sambil tetap membawa selimut yang membungkus dirinya kearah walking closet yang berada di sebelah kamar mandi, betapa terkejutnya Risha kala mendapati baju kemeja warna pastel yang di kenakan sudah terbuka beberapa kancing atasnya serta sudah terpampang jelas baju dalam yang ia kenakan untuk menutup aset terpentingnya, benda berenda berwarna merah maroon itu memang terlihat begitu menggoda, serta sangat pas dan sangat sempurna di tubuh mungilnya, makanya Edward begitu bergairah melihatnya kematin. Mungkin benda berenda itu juga berperan penting i
Read more
82. Jujur.
Sammuel tertegun dan mematung kala Risha masuk kedalam ruang kerja Edward sambil membawa beberapa barang milik Edward yang tertinggal di kamarnya, ada handphone, dompet dan jam tangan yang mungkin Edward lupakan atau memang sengaja Edward tinggalkan, mungkin.Dapat Sammuel Lihat dengan jelas beberapa bekas tanda memerah di leher Risha walau telah disamarkan dan ditutupi dengan scarf yang telah membelit leher jenjang milik Risha ditambah dengan sweater turtleneck tanpa lengan berwarna biru pastel juga sudah membungkus tubuh ramping Risha.“Hai, Samm,” sapa Risha yang berjalan melewati Sammuel yang sedari tadi terus melihat kearah langkah Risha. “Apa kau sudah lebih baik, benarkah?” tanya Risha dengan wajah sedikit cemas kala melihat Sammuel.Sammuel hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. “hmm, terima kasih,” jawab singkat Sammuel yang kemudian duduk di pojok meja kerja Edward sambil mengamati iPad yang berada di tangannya sambil sesekali melirik kerah Risha dan Edward bergantia
Read more
83. Rahasia Terungkap (Lagi).
“Apakah tak akan ada masalah nantinya, Kak?” tanya Sammuel yang duduk di kursi di depan meja kerja Edward.Seketika Edward menghentikan kegiatannya membubuhkan tanda tangan di beberapa berkas yang telah menumpuk di atas mejanya.“Lebih cepat dia tahu, itu lebih baik. Lebih baik dia tau sekarang dari aku sendiri, dari pada nanti dia tau di saat yang kurang tepat dari orang lain. Jikapun sekarang dia kecewa aku masih bisa menangani dan memberi penjelasan, aku yakin dengan kemapuan sosialisasi tinggi milik Risha, dia pasti mengerti tanpa jarus aku jabarkan secara rinci dan mendetail, memang sangat beresiko. Tapi aku yakin dia akan paham,” jawab Edward dengan senyum mengembang memandang Sammuel yang sedang menatapnya sendu.“Are you oke?” lirih Sammuel dengan tatapan sendu yang masih penasaran dengan kondisi Kakaknya, sedangkan Edward sedikit mengerutkan keningnya kala mendengar pertanyaan Sammuel, seakan pertanyaan yang Sammuel lontarkan lebih di tujukan untuk menanyakan kondisi kesehata
Read more
84. Musuh Bebuyutan.
Edward segera menyusul Risha yang sedang bermain bersama Levina di Taman, nampak kedua gadis beda usia itu sedang bersenda gurau dengan tumpukan bunga potong yang sudah berserakan di atas meja.“Apa aku boleh bergabung?” ucap Edward yang datang dan langsung menghampiri Risha dan memeluk pinggang ramping milik kekasihnya dari belakang.“Hai Paman tampan, apakah Om Tampan tak apa-apa, karena aku melihatnya bertingkah aneh,” sela Levina sambil memandang Edward dan Risha bergantian.Edward mengerutkan keningnya sambil memandang gadis berusia sepuluh tahun yang sedang memegang bunga mawar berwarna-warni di tangannya.“Aneh?” lirih Edward yang sedikit terkejut dan heran dengan pertanyaan Levina, apakah gadis mungil ini mata-mata? Kenapa dia bisa tau kondisi Sammuel tanpa melihat langsung? Bukankah sejak tadi Levina dan Risha terus berada di taman tanpa tau kondisi Sammuel sama sekali, bahkan gadis mungil itu melihat Sammuel pun hanya beberapa menit saja ketika tadi menyusul di ruang kerjany
Read more
85. Manusia Glow In The Dark.
Tiga pasang mata sedang begitu intens memperhatikan gerak-gerik dan tingkah laku dari seseorang yang sedang kalut dengan emosi yang begitu meledak-ledak, siapa lagi kalau bukan Dimitri. Ketiga manusia pemilik tiga pasang mata itu sangat tahu, siapa dan apa yang menyebabkan remaja labil yang berjuluk anak demit pertama itu begitu emosi dan begitu kesal. Pasti tak akan jauh-jauh hubungannya dengan gadis pujaan hatinya, yakni Levina dan musuh bebuyutannya yang juga merupakan Ayah babtisnya, Sammuel.Jack, Roland dan Demian sedang asik melihat Dimitri yang sedang uring-uringan tak jelas itu bagai menonton live sebuah film action dengan Dimitri sebagai pemeran utamanya, Demian yang tengah menikmati minuman soda kaleng di tangannya sembari terus melihat kearah Kakaknya, Dimitri, yang begitu bersemangat menembak papan sasaran di ruang latihan khusus yang memang di pergunakan untuk menjajal senjata ciptaan Klan Collins Brothers.Sedangkan lain halnya untuk Jack dan Roland, mereka sedang menik
Read more
86. Hadiah Maha Karya.
“Roland? It’s that you?” pekik Edward tak percaya dengan penampilan dari anak buah yang sekaligus tangan kanannya itu.Sammuel seketika membulatkan matanya melihat dan memindai penampilan Roland dari ujung kaki hingga ujung kepala, ralat maksudnya ujung rambut Roland yang menjulang tinggi.Sammuel seketika melihat kearah barisan Dimitri, Demian dan Jack yang sedang sama sama melipat mulutnya menahan tawa, tak perlu waktu lama, tawa Sammuel seketika pecah disertai tawa Dimitri, Demian dan Jack yang sama-sama ikut tertawa.Suasana Gudang rahasia di ujung dermaga yang tadinya sunyi senyap menjadi riuh akibat suara tawa dari beberapa orang disana, tak terkecuali Roland juga ikut tertawa dibuatnya, padahal mereka sedang menertawakan penampilannya, mengapa justru Roland ikut-ikutan tertawa? Inikah yang dinamakan menertawakan diri sendiri? Entahlah.Disisi lain Edward tersenyum lebar melihat suasana yang begitu hangat dan sangat membahagiakan, bahkan sempat Edward mengabadikan momen itu deng
Read more
87. Menonton Keributan Abadi.
“Mana hadiah buatku? Kenapa cuman Adek saja yang diberi? Aku mana?” pekik Dimitri yang menghampiri Demian yang sedang menata barisan tabung kaca kedalam koper khusus yang di berikan oleh Sammuel.“Ini buat mu!” pekik Sammuel sambil menyodorkan satu buah map berwarna biru ke dada Dimitri.Dimitri segera membuka map yang menempel di dadanya dan langsung membulatkan mata.“Ini...,” lirih Dimitri yang masih tertegun melihat isi dari map yang di sodorkan oleh Sammuel, Demian yang penasaran lantas menghampiri Dimitri untuk melihat isi dari map yang di berikan Sammuel.Kemudian tawa Demian terdengar lirih dan langsung memeluk Kakaknya, “Selamat ya, Kak! Junio is already yours,” lirih Demian yang masih merangkul tubuh Dimitri yang mematung dengan tatapan kosong.“Astaga! Ini bukan hadiah, tapi awal penderitaan, Dek,” lirih Dimitri sambil memandang lembaran kertas yang berisi bukti kepemilikan resmi dari kapal peti kemas milik Klan Collins Brothers yang di sering di panggil ‘Junio’ atau juluka
Read more
88. Obrolan Malam.
Sammuel memakaikan mantel tebal kearah bahu Edward, berharap hawa dingin malam tak mengganggu kesehatan Kakaknya nanti, karena hawa akhir musim semi yang berganti menjadi musim dingin bisa sangat ekstrem jika di padu dengan angin laut, “jangan cuma ingat kekasihmu saja yang kau beri kehangatan, kesehatanmu juga perlu diperhatikan. Bucin sih boleh saja, tapi menjadi bodoh, jangan!” pekik Sammuel di samping Edward sambil menyodorkan segelas cup teh hangat di kearah Edward.Edward tersenyum tipis dan melirik Sammuel yang berada di sampingnya, “rupanya kata-kata itu sekarang menjadi senjata makan tuan, jangan kau curi kata-kataku, Samm.”“Bukankah itu kata-kataku?” potong Sammuel yang lantas di jawabi dengan tawa keduanya sambil memandang indahnya hamparan samudra dari atas tebing yang menjadi pembatas sekaligus tameng keberadaan gudang rahasia milik Klan Collins Brothers.“Aku sudah lupa, kapan terakhir kita bisa begitu tenang dan damai seperti sekarang, bisa berbincang sepuasnya denganm
Read more
89. Beban.
“Ayah, kau baik-baik saja?” lirih Demian sambil menyodorkan air putih dan beberapa butir obat kearah Edward yang sedang duduk sambil memegang dadanya dengan nafas yang tersengal-sengal. Sejak meninggalkan tebing beberapa saat yang lalu, Demian melihat Edward berjalan kearah markas rahasia dengan wajah yang memucat dan dengan langkahnya gontai. “Aku tak apa, Son. Aku hanya lupa meminum obatku tadi malam, rupanya sekarang aku sangat bergantung dengan obat ini sekarang, terlambat beberapa waktu saja badanku sudah tak bisa diajak kompromi. Bukan kematian yang aku takutkan, tapi aku takut tak bisa melihat tawa kalian lagi. Tawa dan keceriaan yang membuatku bahagia,” cecar Edward sambil menandaskan segelas air putih pemberian Dimitri. “Terima Kasih, Son.” Demian melihat kerah Edward dengan wajah yang begitu sendiri, “jangan terlalu dipakasakan, Ayah. Biar urusan kantor dan markas aku dan kakak yang menangani, Ayah temani Kak Risha saja di mansion, mungkin itu satu-satunya alasan yang bisa
Read more
90. Penjaga Tidur.
Edward meletakkan nampan berisi secangkir teh chamomile hangat dan sepiring avocado toast di tambah satu buah mangkuk kecil Scrambled eggs sudah tersaji diatas nampan yang diletakkan di atas meja.Aroma roti panggang dengan campuran buah alpukat kocok disertai aroma telur orak-arik yang sangat harum sangat memanjakan hidung siapa saja yang menghirup aromanya.Bahkan aroma itu sudah mengusik Risha yang sudah terlelap dan terbuai mimpi, yang mana mau tak mau harus memaksakan membuka matanya karena godaan yang tak tertahankan oleh aroma yang begitu memanjakan hidung dan fantasinya.Dengan begitu enggan disertai dengan rasa malas yang teramat sangat, Risha berusaha beradaptasi dengan cahaya yang menerpa indera penglihatannya.Samar-samar terlihat sebuah bayangan lelaki yang sedang duduk disertai aroma khas yang begitu familiar, aroma parfum yang selama ini membuatnya begitu tenang dan nyaman dalam satu waktu yang bersamaan seketika menggantikan aroma harum dari hidangan yang tersaji yang
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status