Semua Bab 2nd (second) Destiny: Bab 131 - Bab 140
159 Bab
131. Tak Bisa Di Bantah.
“Apa ada lagi yang kau inginkan?” lirih Edward yang sedang merangkul erat pinggang Risha, mereka masih betah berbagi ranjang yang sama. Bukan mau Risha melainkan, lagi-lagi pria kekar yang berstatus sebagai tunangan Risha yang tak memberi ruang dan jarak sedikitpun untuk berjauhan dengan gadis pujaannya itu.“Jika aku mau kau duduk sendiri di sofamu sendiri, apa kau mau?” lirih Risha sambil menoleh sekilas ke arah Edward yang tersenyum lebar kala mendengar jawaban spontan dari kekasihnya yang terlihat sedikit kesal dan sebal.”Aku tak mau dan tak akan mau!” bisik lirih Edward yang semakin mengeratkan rangkulannya sambil melayangkan beberapa kecupan di pundak Risha dan ceruk leher milik Risha. "Sayang, jangan pernah menyuruhku sepeti itu, karena aku tak akan pernah mau, tak akan pernah!”“Sudah kuduga! Apapun yang akan ku minta pasti tak akan pernah kau kabulkan,” jawab Risha yang hanya bisa memejamkan kan merasakan geleyar rasa aneh yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya akibat sikap sed
Baca selengkapnya
132. Penghilang Lelah.
“Seharusnya kau istirahat total, Ed. Kondisimu semakin memburuk akhir-akhir ini. Asal kau tahu, Demian sungguh khawatir padamu. Dia berkali-kali sudah menyerah dan ingin mengatakan pada Sammuel ketika mereka bekerja bersama. Tetapi ia urungkan, karena dia sudah berjanji padamu,” cerocos Axelo yang menemani Edward memeriksa berkas di kantornya. “Aku salut dengan anak itu, Dia sungguh hebat. Bersabarlah! Bukankah Aku sudah berjanji pada Dorothea akan mengatakan yang sebenarnya pada Sammuel nanti, ketika Risha sudah lebih baik dan stabil kondisinya,” jawab Edward yang masih mengamati lembar demi lembar berkas yang menumpuk di mejanya. “Tapi, sampai kapan, huh? Kenapa kau sangat keras kepala sekali,” pekik kesal Axelo sambil melempar berkas di atas meja yang berada di depannya. Axelo memandang Edward dengan tatapan yang penuh kekesalan. “Please, Ed!” “Jangan seperti itu, Xel. Masih banyak yang belum aku persiapkan untuk Sammuel, setidaknya bila sudah saatnya nanti, Adikku tak terbebani
Baca selengkapnya
133. Permintaan Edward.
“Belum satu bulan aku disini, ternyata Adikku boros juga. Pengeluaran bulan ini hampir melampaui pengeluaran akumulasi satu tahun kemarin,” ucap Edward yang menghampiri Sammuel di kamar pribadinya di Mansion Edward. "Bahkan aku mendengar tadi malam kau membooking Walles Amor hanya untuk bersenang-senang. Belum lagi beberapa pengeluaran tak terduga untuk biaya operasional serta tunjangan karyawan beserta anggota Klan yang kau naikkan beberapa persen, apakah tak akan berimbas di kemudian hari?” Terlihat jelas di mata Edward jika Sammuel habis selesai mandi, butiran tetesan air masih membasahi rambutnya dengan handuk kecil yang Sammuel gunakan untuk mengeringkan rambutnya, serta handuk putih yang sudah melingkar sempurna menutupi area bawah pinggangnya. Sammuel hanya melirik sekilas kearah Edward yang tengah duduk di sofa di samping ranjangnya. Tanpa rasa terkejut sekalipun terhadap Edward yang tiba-tiba sudah berada di kamarnya. “Cih, perhitungan sekali dirimu, Kak! Aku hanya mengguna
Baca selengkapnya
134. Kolaps dan Menghilang.
Edward masih terus memikirkan perkataan Sammuel, jika dilihat dari cara bicaranya kemungkinan Sammuel sudah mengetahui keanehan yang ada pada diri Edward, hanya saja Edward berpikiran jika Sammuel masih menunggu penjelasan dari Edward langsung. Hingga larut menjelang Edward masih berada di Kamarnya sejak ia beranjak dari Kamar Sammuel beberapa waktu yang lalu. Entah mengapa tubuhnya terasa begitu lemah setelah pertemuanmya dengan Sammuel di kamar Sammuel. Seharusnya Edward saat ini kembali ke Klinik Pusat di Markas Utama untuk menemani Risha. Karena Edward mendapat kabar dari Demian jika kondisi Risha sedikit menurun sejak terakhir alat Monitor Vital Sign dilepas dari tubuh Risha. Pikiran Edward bercabang memikirkan banyak hal, sedangkan tubuhnya sedang tidak bisa diajak berkompromi lagi. Ingin sekali Edward berusaha sekuat tenaga bersikap normal seperti biasa. Namun, semakin hari tubuhnya semakin begitu lemah dan tak berdaya. Edward masih betah terus memandangi bingkai foto yang
Baca selengkapnya
135. Tak Mau Diganggu.
Sammuel meregangkan otot-otot pundak dan badannya, rasanya badannya kali ini sudah sangat begitu terasa payah. Masalah demi masalah datang silih berganti dan tak mengijinkannya untuk beristirahat barang sejenak saja. Terbuai dalam alam mimpi dengan kondisi tubuh terbaring dengan santai dan rileks agaknya masih menjadi cita-cita dan angan-angan Sammuel saja. Beberapa butir suplemen hasil racikan sendiri sudah menjadi hal wajib yang ia kosumsi akhir-akhir ini. Hikmahnya, dia malah bisa mendirikan pabrik baru demi memproduksi massal suplemen yang ia buat, bukankah ini namanya mengambil kesempatan di atas kesempitan? Suplemen yang hanya dikosumsi untuk kalangan pribadi Anggota Klan Collins Brothers dan Karyawan dari EDSAM Corp., ini adalah hasil racikan formula yang Sammuel temukan beberapa tahun silam, tetapi biasanya dia hanya membuat di kala terdesak saja. Namun, kali ini agaknya formula rahasia itu sudah bisa di nikmati oleh orang banyak dan bukan dirinya saja. Bukanlah Dokter Be
Baca selengkapnya
136. Terjawab.
Dimitri membeliak kala melihat sekelebatan benda yang lewat begitu cepat di depan matanya. Terdengar lirih suara benda melesat yang begitu Dimitri hafal itu apa. Ternyata ada Sammuel yang telah menembakkan peluru dari senjata laras pendek berperedam miliknya dengan kondisi masih terpejam di kursi kerjanya. Langkah Dimitri langsung terhenti kala dirinya tertangkap basah sedang menyelinap di Ruangan Khusus Sammuel yang terletak Di Markas Utama. Ruangan yang hanya bisa di masuki oleh Edward dan Sammuel saja. Entah apa yang membuat Dimitri begitu lancang dan begitu berani mengendap dan masuk kedalam Ruangan Sammuel. Dimitri menghela napas panjang sambil berjalan menuju ke arah Sammuel dan meletakkan kunci yang sudah ia ambil. Itu adalah kunci akses ke Ruang Server yang berada di Ruangan Kendali Utama di Markas Pusat. Dengan wajah cemberut Dimitri masih enggan berkata-kata. Dimitri tak bermaksud buruk, bahkan dirinya juga sama seperti Sammuel yang merasa di bohongi oleh orang terdekatn
Baca selengkapnya
137. I Got it!
Dimitri masih mondar-mandir di sebelah meja komputer milik Sammuel Ruang Kendali Utama di markas pusat, kuku jari jempolnya sudah hampir habis karena ia gigit, kebiasannya Dimitri ketika cemas. Selain mencemaskan keadaan Edward, Demian, Axelo, Dorothea yang menghilang. Dimitri juga menghawatirkan kondisi Levina, takutnya Levina terkena penyakit yang di sebutkan oleh Sammuel, walaupun Sammuel sudah berkali-kali menegaskan jika itu hanya pemikirannya sesaat. Namun, rasa khawatir Dimitri semakin menjadi dan semakin bimbang sampai nanti hasil lab yang di lakukan Tim Dokter ahli dari Sammuel keluar. “Hentikan kebiasaan burukmu itu, Son! Takutnya bukan kukumu lagi yang kau gigiti, tapi jari-jarimu ikut-ikutan kau makan juga,” liri Sammuel yang masih melihat tingkah Dimitri yang terlihat begitu cemas dan gelisah, bahkan Kiev juga ikut-ikutan memandang Dimitri yang terlihat mondar-mandir di sebelah Sammuel, sampai-sampai komputer milik Kiev tak dihiraukannya lagi karena sedang asik melihat An
Baca selengkapnya
138. Terbongkar.
Dimitri sedari tadi menunggu dengan cemas di depan ruangan tempat Sammuel meneliti di bantu beberapa ilmuwan ahli kepercayaan dari Klan Collins Brothers. Ingin rasanya Dimitri mendobrak pintu ruangan yang berwarna putih itu dan mengetahui hasil dari uji laboratorium dari darah Risha, karena dari sana dia dapat mengetahui, penyakit yang di derita Risha, takutnya penyakit itu juga terjadi pada Levina walaupun saat ini, gadis kecil yang Dimitri sayangi sedang dalam kondisi yang baik-baik saja, tidak sakit apapun. Bahkan dari informasi terakhir yang Dimitri terima, gadis kecilnya sedang bermain-main di taman dengan kelinci yang Dimitri hadiahkan untuk Levina. Tak tanggung-tanggung Dimitri membelikan seratus kelinci untuk Levina, walaupun terjadi drama setelah itu, karena kelinci yang di belinya di santap habis oleh Winter dan kawan-kawannya. Karena jika malam menjelang binatang buas itu di lepaskan dari kandangnya. Hanya bersisa sekitar tujuh ekor saja kelinci-kelinci malang itu. Namun, i
Baca selengkapnya
139. Pasukan Baru.
Dimitri sedari tadi mengekor langkah Sammuel, kemanapun Sammuel pergi di belakangnya pasti ada Dimitri yang terus membuntuti. “Apa kau akan mengikutiku terus, Son?” Tak ada jawaban dari Dimitri, Sammuel hanya melirik sekilas kemudian melangkahkan kaki kembali. Langka Dimitri terhenti karena tahu arah tujuan dari Sammuel selanjutnya. “Why? Bukankah kau akan mengikutiku terus? Come, baby,” lirih Sammuel yang terhenti di depan pintu yang ternyata dia akan menuju toilet sambil menyunggingkan senyum sinisnya berusaha menggoda Dimitri yang telah berubah raut wajahnya. “Dasar Om-om bujang lapuk mesum, dasar Gila!” pekik kesal Dimitri yang langsung berbalik arah dan duduk di samping Kiev, yang membuat Kiev terkejut karena Dimitri tiba-tiba muncul di sampingnya dengan keadaan kesal. “Kenapa lagi Anak Demit ini,” cicit lirih Kiev sambil melirik Dimitri sekilas yang bersandar di kursi yang berada di sampingnya. “Tuanmu itu semakin lama semakin aneh, bahkan sekarang sudah menjadi gila dan t
Baca selengkapnya
140. Bahan Obrolan.
Roland sedari tadi mangamati Sammuel yang tengah membantu Risha memakai pakaian khusus milik Kesatuan Pasukan Bayangan Khusus BlackVanta. Pakaian berwarna hitam gelap yang mampu nyerap hampir sekitar 98 persen cahaya itu sangat terlihat begitu pas ketika di pakai oleh Risha. “Coba saja banyak pasukan perempuan imut-imut seperti Nona, pastinya bakalan semakin semangat kalau pergi bertugas,” lirih Roland yang duduk di meja yang sudah terdapat beberapa baris senjata sudah berjajar di sana. “Hust, ngawur saja. Dia itu milik Bos besar, bisa di kebiri kau nantinya,” potong Jack yang langsung meninju lengan Roland agar tak memikirkan hal yang macam-macam dengan pikiran mesumnya. “Apaan, sih! Kan gua bilang, perempuan imut seperti, Nona. Bukan mau merebut Nona Risha, bisa ngerti bahasa manusia, gak sih?” pekik kesal Roland yang langsung melotot melihat Jack yang sedang membersihkan senjata di samping Roland. “Ya, siapa tahu. Masalahnya otakmu seringnya langsung menjurus ke situ pada akhir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status