All Chapters of 2nd (second) Destiny: Chapter 141 - Chapter 150
159 Chapters
141. Beraksi Dalam Gelap dan Sunyi.
Sadari tadi Sammuel mencuri-curi pandang dengan gadis yang duduk di depannya yang sedari tadi tengah memandang keluar jendela pesawat yang menyajikan pemandangan gugusan gumpalan awan yang terlihat gelap, karena suasana memang sudah menjelang petang, “are you oke?” Risha menoleh melihat Sammuel yang duduk di depannya dengan senyum yang terlihat di paksakan, “hemm, i’m fine,” jawab lirih Risha yang terlihat begitu kurang bersemangat. Bahkan mata itu terlihat begitu sayu, beberapa butir obat sudah tersedia di depan Risha berserta air putih dan beberapa hidangan ringan, karena memang gadis yang berada di depan Sammuel ini masih dalam kondisi di masa pemulihan dengan pantauan dari Sammuel penuh. Khusus Risha dan Sammuel saja yang tengah menaiki pesawat Jet Pribadi siluman anti radar milik Sammuel, sedangkan Dimitri beserta Pasukan Bayangan Khusus sudah menaiki beberapa pesawat militer anti radar milik Klan Collins Brothers yang sudah berangkat terlebih dahulu beberapa waktu sebelum Pesaw
Read more
142. Akhirnya Bertemu.
“Kita kedatangan tamu, Papa!” ucap Demian yang membuat Axelo membulatkan matanya menoleh ke arah Demian. Axelo melihat ke arah Demian yang sudah menyunggingkan senyum tipis penuh makna. “Selamat datang, Ayah!” pekik Demian yang membuat Axelo lagi-lagi melebarkan matanya, kemudian memandang ke arah tatapan Demian. Seketika lampu di lorong menjadi terang benderang kembali dan lampu di sekeliling juga ikut menyala yang membuat Axelo terkejut bukan main kala semua pasukan berpakaian hitam sudah mengelilingi mereka, bahkan terdengar beberapa pekikan suara dari berbagi arah dari beberapa orang yang terkejut dengan kehadiran beberapa orang yang berpakaian serba hitam sudah memenuhi berbagai sudut di beberapa ruangan yang terdapat di Markas Pusat penelitian Axelo yang berada di Alaska. Axelo menghembuskan napas kasarnya sambil memejamkan mata, pantas saja kenapa Markasnya tiba-tiba banyak kejadian yang begitu aneh sejak sore tadi. Axelo beranggapan jika kejadian ini adalah hal lumrah dari
Read more
143. Takut Kehilangan.
Edward mengerjap menyesuaikan cahaya yang menerpa kedua retinanya, ada rasa hangat yang terasa di tangannya, dia menoleh pelan ternyata sudah ada Risha yang sudah duduk di samping brankarnya dan sambil terus memandang Edward dengan tatapan penuh kesedihan, Bahkan sesekali Edward mendapati kekasihnya itu sedang menyeka air matanya yang tak terbendung dan sudah menganak sungai di kedua pipinya. “Hai,” sapa lirih Risha dengan suara serak diiringi isak tangis yang tertahan, kala memandang Edward dengan senyuman mengembang namun dengan sorot mata yang begitu pilu. “Hai,” jawab Edward sambil mencium punggung tangan Risha yang semakin membuat Risha terisak dalam diam. “ Husst, please don’t cry, babe, please!” lirih Edward yang langsung membelai lembut pipi basah itu. Di tangan mereka sama-sama tertancap sebuah infus, karena sejujurnya Risha masih dalam pengawasan penyembuhan dari Sammuel, apalagi kemarin ada sedikit drama yang membuat dua sejoli ini di rawat di Ruang yang sama. “Come, Sw
Read more
144. 'Perang Rimba'
Sudah hampir dua Minggu Risha menemani Edward yang semakin hari kondisinya semakin mengkhawatirkan. Seperti halnya hari ini, Edward harus di pindah di Ruang Rawat inap steril atau setara dengan ICU di Rumah Sakit, karena pagi tadi sudah dua kali Edward mengalami lemah jantung yang membuat kondisinya kritis dan mengalami koma. Sammuel sedang mengamati laporan demi laporan perkembangan Edward di Ruang yang biasanya di gunakan Dimitri untuk meneliti. Tiba-tiba terdengar derap langkah yang terdengar begitu panik dan disertai oleh suara pintu yang terbuka dengan sangat keras, yang membuat Sammuel menoleh ke arah pintu dan mendapati Dimitri yang menghampirinya dengan napas terengah-engah. Sammuel mengerutkan keningnya kala Dimitri menghampirinya dengan begitu paniknya, “Ada apa, Son?” lirih Sammuel yang menghampiri Dimitri yang berusaha mengatur napasnya. “Markas Pusat di serang!” jawab Dimitri yang membuat Sammuel melebarkan matanya. Sammuel segera berlari menuju Ruang Kendali Utama ya
Read more
145. Kenyataan Pahit.
Lagi-lagi Sammuel mendesah dengan hembusan napas yang begitu panjang hingga dari arah belakang Axelo yang sedari tadi mengikuti langkah Sammuel dalam diam hanya bisa menepuk pundak Sammuel pelan untuk memberi dukungan kepada Sammuel yang masih ingin berjuang untuk kesembuhan Edward. Tetapi sudah hampir seminggu kondisi Edward masih belum juga membaik justru sekarang malah di tunjang dengan beberapa alat agar dapat menopang hidup Edward. Sammuel tahu betul sekarang Edward sudah tak bisa bertahan, berkat alat penunjang hidup yang menempel pada tubuh Edwardlah yang membuat Kakak dari Sammuel itu masih tetap ‘hidup' dalam artian hanya bisa bernapas dan jantung yang berdetak saja. Hampir seminggu ini pula Edward sudah dalam kondisi seperti ini, sedangkan Risha masih terus setia menemani, dan selalu berada di samping Edward setiap saat. Sammuel tak berani menjelaskan apapun kepada Risha, karena keyakinan Risha tentang kesembuhan Edward sangat begitu tinggi, walaupun data dari hasil peneli
Read more
146. Rest In Peace.
“Bagaimana kondisi Markas Pusat, Son?” lirih Sammuel yang duduk di samping Dimitri yang sedang sibuk bergelut dengan komputer yang berada di depannya, terlihat sangat serius sekali Anak Demit yang satu ini. “Terpantau baik-baik saja setelah penyerangan bulan yang lalu, tapi ada sedikit kekacauan di Markas cabang di beberapa kota, rupanya Klan Hargov masih belum jera juga. Mereka masih mencoba mencari gara-gara di mana pun mereka berada, bahkan ekspedisi jalur darat kita ada yang berhasil mereka rampok dan mereka jarah,” ucap Dimitri dengan nada kesal yang sangat terlihat sekali di wajahnya. “Padahal, bulan lalu kita sudah menghancurkan kapal mereka tak bersisa menjadi kepingan-kepingan kecil di dasar lautan. Tapi sampai sekarang mereka masih berulah saja, sungguh menyebalkan dan menjijikkan sekali mereka.” “Biarkan, fokuslah dengan keamanan di Markas pusat dan pengiriman barang saja. Barang yang mereka jarah adalah barang-narang usang yang sudah tak di gunakan Klan ini mulai beberapa
Read more
147. Penghormatan Terakhir.
Suasana bandara tempat berlandasnya pesawat yang mengangkut jenazah Edward menjadi begitu suram, bukan karena pencahayaan yang kurang atau lampu bandara yang tak menyala, melainkan suasana dari semua orang yang sudah menunggu di Bandara terlihat begitu sedih dengan duka yang mendalam. Pakaian hitam hampir menyelimuti badan semua orang yang berada di sana, beberapa orang bahkan terlihat sedang mengusap air mata yang tiba-tiba mengalir tak terbendung. Sammuel beserta beberapa orang yang berada di belakangnya turun dengan begitu tak bersemangat, kaca mata hitam membingkai mata hampir seluruh orang yang hadir di bandara yang terlihat sangat sepi dengan hilir mudik pesawat, bahkan tak ada satupun pesawat yang lewat atau berlalu-lalang seperti biasanya. Entah ini pengaruh dari Klan Collins Brothers atau memang Bandara itu memang sengaja tutup untuk kedatangan jenazah Edward, hanya Wilson dan beberapa orang suruha Wilson yang tahu. Jalanan menuju Markas Utama pun terlihat sepi, sedangkan r
Read more
148. Persiapan.
Masih dalam masa berduka yang teramat dalam, sosok dua insan yang tengah menyelami duka masing-masing kini sudah berbaring bersama setelah melewati malam saling bertukar cerita di atas dek kapal, bahkan Risha sudah terlelap di pelukan Sammuel sambil memeluk guci berisi abu dari jenazah Edward hampir semalaman. Entah dari mana selimut yang tengah menyelimuti tubuh Risha dan Sammuel berasal, pagi ini Sammuel membuka mata dengan senyum mengembang yang sangat begitu lepas, di sampingnya terbaring sosok gadis yang sangat terlihat begitu manis walau matanya dan wajahnya terlihat sangat sedih. Matahari terbit masih terlalu malu menunjukkan sinarnya, tapi burung pantai sudah saling bersahutan di angkasa yang membuat Sammuel terbangun dari alam mimpinya. Suasana masih terlalu gelap walau sedikit semburat warna jingga sudah sedikit nampak di sudut batas lautan, dilihatnya di jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Sammuel masih menunjukkan waktu beberapa saat lagi mentari terbit menje
Read more
149. Tempat Terakhir.
Polesan make up tipis itu tak bisa menyamarkan wajah kuyu dari Risha, terlihat begitu menyedihkan dan sangat pilu. Sammuel akui jika gadis yang saat ini berada di sampingnya ini terlihat tak pernah gagal untuk mencuri atensinya, sama sekali tak pernah terlihat jelek di mata Sammuel. Entah ini saat yang kurang tepat atau memang dirinya yang bermasalah, tetapi debaran jantungnya masih tetap sama jikalau sedang berdekatan dengan gadis yang saat ini terlihat begitu kalem dan cantik dengan balutan dress hitam di sertai dengan kain tile sutra berwarna hitam yang sudah menutupi kepalanya. Mungkin ini bukan saatnya untuk bersolek atau berdandan, hanya saja tadi Emily dan Dorothea yang memaksa Risha dan mendandani Risha agar terlihat agak sedikit lebih segar, karena memang ini juga adalah wasiat Edward intuk Dorothea agar selalu membuat kekasihnya terlihat bahagia di acara pemakamannya, dan Dorothea ingin mengabulkan itu semua dengan bantuan Emily untuk membujuk Risha. Guci putih itu masih te
Read more
150. Tamu Tak Diundang.
“Apakah ini sambutan dari Petinggi Klan untuk menyambut tamunya yang akan melayat dan memberikan penghormatan terakhir untuk teman seperjuangannya? Ayolah! Come on, aku hanya ingin memberi salam dan memberikan bungaku kepada Edward untuk terakhir kalinya,” pekik Luke Hargov yang datang dengan pakaian berwarna merah menyala, sedangkan pengawal Luke Hargov sendiri datang dengan menggunakan pakaian serba hitam, sungguh kontras sekali. Sepertinya Luke Hargov memang sengaja melakukan itu untuk membuat Sammuel marah dan menantang langsung Sammuel, sungguh tak berempati sekali manusia yang satu ini. “Silahkan, tapi sepertinya bungamu tak diperlukan, karena aku sudah memberinya lebih banyak dari pada milikmu,” jawab Sammuel dengan begitu tenang sambil terus memeluk erat Risha di dekapannya. “Astaga, aku juga terburu-buru membelinya, maafkan aku. Karena aku tak hobi melihat televisi, jadinya aku tak tau perkembangan berita terkini. Besok-besok jika di perkenankan aku akan mengirimkan bunga ap
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status