All Chapters of Mama Muda: Chapter 91 - Chapter 100
135 Chapters
Tristan Memohon
"Kalian beneran akan pulang hari ini?"   Naomi dan Adrian sudah bersiap di kamar mereka, ketika Mama Nawang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Beliau terlihat sedih dan kecewa sekaligus. Baru semalam mereka bertemu, sekarang harus berpisah?   "Iya, Ma. Adrian juga punya pekerjaan yang harus diselesaikan."  Melihat mama mertuanya sedih, Naomi berusaha menenangkan, diraihnya jemari wanita itu dan menggenggamnya erat.   "Mama tenang aja ya, Naomi dan Mas Adrian akan sering ke mari kok saat ada waktu luang," ujarnya dengan tersenyum.   "Kamu serius, Dear?"  Naomi mengangguk mantap. Dia juga senang kok kalau selalu bertemu Mama Nawang. Atau sesekali, biar mama mertuanya yang ke Jakarta. Itu kedengarannya lebih bagus, karena bisa berhari-hari. Mama Nawang, kan, tidak b
Read more
Leo Datang
"Jadi kamu berhasil atau tidak membujuk saksi itu? Jawab aku, Tristan!" Rahang Adrian mengeras.   Sungguh, Tristan menguji kesabarannya. Sudah tahu bosnya adalah tipikal keras, masih saja asistennya itu seolah mengulur-ulur waktu memberikan jawaban.   "Beliau belum memberi keputusan, tapi saya sudah melakukan yang terbaik, Bos."  Tristan tak ingin Adrian berpuas hati dahulu, biarlah bosnya itu ketar ketir karena hal yang telah dia lakukan. Menurut Tristan, Adrian patut merasa gelisah. Dia sudah membunuh orang, apapun alasannya, mau dia bilang sempat ingin bertanggung jawab sampai mencari ke rumah sakit, tetap saja Adrian bersalah telah menghilangkan nyawa seseorang. Sengaja atau tidak.   Melakukan yang terbaik? Apa itu artinya saksi mata itu akan diam saja? Tidak akan melapor? Ah, Adrian tidak bisa tenang.  &
Read more
Naomi Marah
Beberapa hari berlalu, tidak ada berita di media atau laporan ke kantor polisi soal tabrak lari yang menyebabkan seseorang meninggal 5 tahun lalu. Adrian menarik nafas lega. Apakah ini artinya Tristan berhasil membujuk saksi mata itu? Ah, memang asistennya itu bisa diandalkan.   Soal Leo datang ke rumahnya, Adrian tidak tahu-menahu. Leo sudah pulang saat Adrian pulang dari kantor. Sama dengan Adrian, Naomi juga lega.   "Mas, kamu sibuk nggak? Apa kita bisa ke dokter kandungan hari ini?" pujuk Naomi pada suaminya yang masih bergelung di balik selimut.   Adrian menggeliat ketika suara Naomi mengenai gendang telinganya. Namun anehnya, tidak hanya telinganya yang merasakan geli-geli sedap itu, melainkan miliknya di bawah juga terbangun sempurna. Di dalam celana yang ketat, rasanya begitu sesak.   "Eughhh!" Lenguh Adrian karena sesak
Read more
Berpura-pura Tidur
"Jadi, bagaimana dokter, apa saya subur? Kami sudah menikah lebih dari 3 bulan, tapi aku tak kunjung hamil."   Naomi kedengaran seperti seorang yang sedang curhat, wajahnya menekuk kecewa, seraya tangannya memilin ujung dress. Dokter wanita yang mendengarnya hanya senyam-senyum. Beliau paham betul, karena beberapa kali juga mendapat pasien yang serupa.   "Apa yang Nyonya rasakan belakangan ini? Apa nyonya mudah merasakan lelah atau pusing-pusing disertai mual?"  Naomi tak paham maksud pertanyaan dokter. Padahal dia yang bertanya, tapi dokter malah balik nanya. Gimana sih? Tambah kesal saja. Tapi, karena dokter wanita itu menatapnya serius, Naomi terpaksa mengingat-ingat. Mudah lelah, pusing disertai mual?  "Kalau mudah lelah, sih, iya, dok. Naik turun tangga biasanya juga baik-baik aja, kalau sekarang agak ngos-ngosan. Padahal teman bilang
Read more
Masih Marah
Naomi menggeliat di balik selimut yang menutupi tubuhnya hingga pundak. Ia menggeliat karena merasa ada yang kurang, tidak ada lengan kekar yang biasa melingkari di pinggangnya, tidak ada dada bidang tempatnya biasa bersandar.   Masih dengan mata tertutup, dirabanya ranjang yang kosong di belakang. Ke mana Mas Adrian? Cepat Naomi membuka mata dan betapa terkejutnya dia, alih-alih mendapati suaminya itu tidur di ranjang malah berlutut di depannya, seperti tadi malam.   Astaga! Jadi dia tidak main-main. Mas Adrian benar-benar berlutut di sini sampai aku mau memaafkan dia. Bagaimana ini? Aku masih marah, dan belum ingin memberitahu padanya soal kehamilanku.   Naomi belum ingin bangun, dia masih ingin mengamati raut wajah kelelahan Adrian, ketika mendadak isi perutnya seperti diobok-obok. Ia merasakan mual yang teramat sangat, dan seperti ada dorongan yang dahsyat untuk m
Read more
Luluh
Dia nggak mual dan muntah-muntah lagi. Apa benar kemarin itu karena masuk angin, ya?  Adrian yang hendak berangkat kerja, sedikit bimbang meninggalkan Naomi di rumah. Langkah yang sudah diambang pintu itu berbalik demi melihat Naomi yang bergerak menggeliat. Hanya menggeliat, tidak ada tanda-tanda mual dan ingin muntah. Bahkan mata istrinya itu masih terpejam.   Syukurlah.   "Bik, titip Naomi ya. Dia masih tidur, kalau sampai jam 9 belum turun juga untuk sarapan, Bibik antar aja langsung ke kamar. Khawatir dia belum bisa banyak bergerak." Perintah Adrian dengan jari telunjuk yang bergerak-gerak menunjuk ke arah kamar.  Bi Inah mengangguk. "Baik, Tuan."  Tanpa diminta pun, Bi Inah akan melakukannya kok. Dia kan memang menyayangi majikannya itu seperti anak juga cucu sendiri.   
Read more
Kebahagiaan Adrian dan Naomi
Euuugh. Adrian melenguh panjang disertai geliat tubuhnya. Ia berbalik menghadap ranjang di samping lalu merabanya. Kosong? Ke mana Naomi? Sontak matanya terbuka lebar menengok ke sana ke mari. Jantungnya dalam sekejap berpacu kencang, seperti habis lari keliling lapangan. Pikiran-pikiran aneh pun muncul di benak. Apa Naomi pergi karena marah padanya?  Bersamaan dengan itu, dari dalam kamar mandi terdengar suara jeritan yang memanggilnya. Naomi. Terpontang-panting Adrian bangun berlari menuju kamar mandi.   ARGGHHH! MAAAS!  BRAK.  Bunyi pintu kamar mandi yang dibanting keras oleh Adrian, namun apa pedulinya. Yang penting, dia cepat sampai pada sang istri.   "Naomi, kamu kenapa, Sayang?"   Naomi tampak baik-baik saja, tapi kenapa dia menjerit barusan? Dia juga tidak ter
Read more
Ke Dokter
"Kok kecil sekali ya, Dok? Kayak upil. Dokter pasti salah nih." Interupsi Adrian sembari menunjuk layar monitor berbentuk segi empat di samping ranjang.   Jadi, siang harinya di hari yang sama setelah tahu Naomi hamil, Adrian dengan hati yang riang gembira membawa istrinya menemui dokter kandungan lagi. Di rumah sakit yang sama dengan kemarin.   Dokter menunjuk bahwa titik hitam kecil dalam layar monitor itu adalah bayi mereka. Naomi juga kaget, tapi dia masih berusaha mempercayainya. Dokter tidak mungkin salah, kan? Apalagi spesialis kandungan, masa tidak bisa membedakan mana titik biasa sama bayi dalam perut.   Naomi mendongak memandang Adrian yang menatapnya tanpa dosa. Dia juga tak salah, kan, bertanya seperti itu? Namanya juga orang tidak tahu.   Tapi, jangan menyamakan dengan upil juga kali.   
Read more
Adrian Stress
Adrian ke kantor seperti biasanya, meninggalkan Naomi sendirian di rumah. Tapi, Naomi tidak perlu khawatir lagi, karena ia sudah membeli banyak makanan kemarin. Adrian sampai kebingungan menatanya dalam lemari pantri. Beneran, seperti orang berjualan saja.   "Mau makan apa ya?" Naomi membuka lemari pantri dan mengamati satu persatu makanan ringan hingga berat yang kemarin dia beli. Telunjuknya ditaruh di dagu serta kedua bola matanya bergerak-gerak menimbang makanan mana yang enak dimakan.   "Semua tampak enak. Yang mana satu yang mau aku makan?" Ia berbicara sendiri dalam kebingungan. Tidak ada makanan, pengen makan. Giliran udah punya makan sebanyak ini, jadi bingung mau makan yang mana. Gimana sih? Naomi jadi kesal sendiri. Tanpa sadar ia menghentakkan kakinya ke lantai.   "Bagaimana Nyonya? Apa sekarang sering mual dan muntah-muntah lagi?" Saking kesalnya, Naomi j
Read more
Minta Es P,otong
"MAAAS!"  Suara jeritan dari dalam kamar, sontak membuat Adrian dan Bi Inah saling pandang. Seketika, pemikiran soal Naomi sangat menyebalkan melesat dari kepalanya, berganti menjadi kaget, bingung dan cemas bercampur satu.   "Itu Nyonya kenapa ya, Tuan?" tanya Bi Inah harap-harap cemas.   "Aku juga nggak tau, Bik. Ayo kita lihat." Layaknya seorang superhero dalam film-film laga, Adrian melompat dari sofa, tapi karena tidak berhati-hati dan terburu-buru, ia jatuh terjerembab ke lantai.   GEDEBUK. Seperti nangka busuk.   Bi Inah berjongkok untuk membantu Adrian berdiri, baru kemudian mereka bersama menuju ke kamar. Adrian sungguh malu pada Bi Inah, tapi itu tidak penting untuk sekarang ini.   "Sayang, kamu kenapa?" Adrian mengabsen setiap jengkal tubuh Naomi,
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status