Semua Bab Give Me Your Love: Bab 81 - Bab 90
120 Bab
81. First Make Love
Racauan dari Lynea membuat Enrico menggila. Ia tidak menyangka istrinya akan seliar ini di atas ranjang. Penampilan serta perilaku Lynea selama ini terlihat kalem, tenang, dan kadang pemalu. Siapa menduga ia bisa berteriak dan mendesah seperti sekarang.Enrico berhenti sejenak menikmati dada istrinya. Ia memeta wajah merona Lynea yang sedang terpejam dengan napas semakin memburu. Tubuh seakan bergerak dengan sendirinya menggelinjang tanpa bisa ia tahan dan kontrol.“Mmmh …,” desah Lynea tanpa jeda.Menyadari sang suami berhenti mencumbu, ia membuka mata dan mendapati wajah Enrico yang sedang terpana.“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Lynea khawatir.Ia menjadi salah tingkah dan berusaha menutupi dada telanjangnya dengan selimut.“Yang salah adalah … aku telah menyia-nyiakan cintamu padaku selama ini,” jawab Enrico mengecup kening sang istri.“Maafkan aku, Lynea. Aku janji, mulai se
Baca selengkapnya
82. Honeymoon Part 1
Pagi hari di kota Paris. Udara dingin merebas, menambah nikmat kehangatan yang tercipta dalam dekapan Enrico De Luca. Mata Lynea masih terpejam dengan damai, sementara sang suami sudah terbangun lebih dulu dan mengecek berbagai hal lewat ponselnya.Nama Alonzo muncul di layar yang bergetar.“Ya?” jawab Enrico.“Maaf mengganggu Anda, Tuan. Ada informasi tentang perusahaan di San Angelo. Maximo Corporation baru saja mengumumkan akan bekerja sama dengan San Angelo’s Wealth Future Corporation.” Alonzo menjelaskan situasi terkini.Enrico menghela napas kasar. Perlahan ia menarik tangan dari pundak Lynea. Meninggalkan tempat tidur lalu menuju balkon. Ia tidak ingin percakapan dengan Alonzo membangunkan istrinya.“Viery sudah mengumumkan secara resmi?” tanya Enrico. Ia berdiri di balkon hanya dengan memakai jubah tidur satin berlabel inisial hotel.“Internal perusahaan sudah mendapat pengumumannya, Tu
Baca selengkapnya
83. Honeymoon Part 2
Rombongan Enrico sudah bersiap untuk menikmati keindahan kota Paris hari ini. Sebenarnya untuk Enrico dan Alonzo sendiri, kota Paris bukan lokasi yang asing. Sudah tidak terhitung berapa kali ia mengunjunginya. Selain itu, banyak foto model di sana yang merupakan teman kencan satu malam Tuan Muda De Luca, pada jaman dahulu kala.Mereka menaiki Menara Eiffel sampai tingkat paling tinggi dan menikmati pemandangan kota Paris tanpa terhalang apa pun.“Benar-benar indah pemandangan dari atas sini,” gumam Lynea tak berkedip.“Hmm, apakah menjadi lebih indah lagi karena menikmatinya bersamaku?” rayu Enrico memeluk Lynea dari belakang dan langsung mengecup pipi istrinya.Lynea menoleh hingga bibir mereka bertemu. Keduanya berciuman, seolah dunia hanya milik berdua.“Ayo, kita turun sekarang. Masih banyak tempat lain yang bisa kita datangi. Kalian para wanita tidak ingin berbelanja?” ajak Enrico menggandeng tangan Lynea m
Baca selengkapnya
84. Can't Change A Person
“Tarik ucapanmu itu!” tegas Lynea. Rasa panas terasa mengaliri darah sampai di wajahnya.“Bisa saja benar, kan? Untuk apa aku tarik?” tolak Enrico.Keduanya sama-sama keras kepala. Sedikit banyak Lynea merasa kesal dan ingin membalas dengan membuat suaminya cemburu. Ia lupa, bahwa seorang Enrico De Luca bukanlah orang yang tepat untuk dibuat cemburu seperti ini. Bila ia tidak kemudian menyuruh anak buahnya menembak Gabriel saja sudah baik.“Kamu pikir aku semudah itu berpaling dari satu lelaki ke lelaki lain? Aku bukan kamu yang selalu memiliki mantan teman tidur di setiap negara dan kota!” balas Lynea sengit.“Lalu kenapa kamu masih berhubungan dengan Gabriel? Kalau kamu bukan perempuan murahan seperti itu, harusnya kamu tidak menerima teleponya, bukan?” ejek Enrico. Lelaki satu ini memang pintar sekali membuat emosi seseorang semakin naik ke ubun-ubun.“Seperti kamu juga seharusnya tidak mener
Baca selengkapnya
85. Soon To Be Parent
“Kamu akan baik-baik saja, Sayang,” ucap Enrico merengkuh jemari Lynea lalu menciumnya.“Aku merasa mual sekali, dunia rasanya berputar,” sahut Lynea lemas. Matanya sayu menatap.Mendengar ini, hati Enrico semakin tidak tenang. Ia tahu pihak rumah sakit sudah memasukkan obat-obatan dan tanda-tanda vital istrinya semua dalam keadaan normal. Akan tetapi, ia terus gelisah selama Lynea masih merasa sakit seperti ini.Suhu tubuh sudah kembali normal. Tidak sepanas saat di mobil tadi. Harusnya kondisi yang membaik ini dibarengi dengan kembalinya rasa nyaman. Ingin rasa hatinya mengobrak-abrik seisi ruangan UGD karena Lynea masih merasa tidak enak badanPintu ruangan terbuka, seorang dokter wanita yang masih muda belia memasuki ruangan dengan membawa selembar kertas di tangannya. Ia tersenyum dengan manis, menatap Lynea dan Enrico secara bergantian.“Ada apa kamu senyum-senyum? Istriku masih tidak enak badan! Aku robohkan rum
Baca selengkapnya
86. Promise Is A Promise
Lynea terdiam mendengar pertanyaan Gabriel. Sebuah kalimat yang ia akui sangat menohok di dalam batin. Selama ini memang sering terjadi perang batin melihat sikap Enrico kepada dunia. Namun, seiring berbagai keindahan yang telah ia jalani bersama suaminya, rasa cinta membutakan segala.“Lyn, maafkan aku. Bukannya aku mau membuatmu marah. Aku hanya merasa kamu tidak bersama orang yang tepat. Kamu begitu lembut, sementara dia begitu … begitu kasar.” Gabriel memajukan diri hingga duduk di pinggir ranjang.“Enrico begitu lembut padaku. Dia menyanjungku. Aku bahagia bersamanya,” sanggah Lynea memalingkan wajah.Tawa kecil terdengar. Sesaat tawa itu serasa mencibir pernyataan terakhirnya. Lynea melirik pada Gabriel dan kedua pandang mereka beradu.“Baiklah kalau kamu bahagia. Aku akan berusaha mempercayainya, Lyn.” Gabriel terus tersenyum.“Kamu juga bukan orang suci. Kamu bermain dengan Elena di belakangk
Baca selengkapnya
87. Press Conference
Tubuh terasa ringan ketika pandang kemudian menggelap. Lynea pingsan. Punggungnya melengkung ke depan sehingga kepala terantuk meja. Hampir saja ia merosot dari kursi bila Enrico tidak cepat menangkap tubuh lunglai sang istri.Bryant dan Jenna cepat menaiki panggung. Flash kamera wartawan semakin hebat memancarkan cahaya. Kondisi kacau di atas panggung tentu merupakan berita terpanas siap untuk disebarluaskan.“Bawa ke belakang panggung!” perintah Enrico pada Bryant.“Paman Roma, Alonzo! Lanjutkan konferensi pers!” Enrico mengikuti langkah adik iparnya ke belakang panggung.Bryant meletakkan Lynea di atas sofa panjang. Keringat terlihat membasahi wajah ayu yang sedang terlelap tak sadarkan diri.“Lyn? Lynea! Bangun!” Ia menepuk pelan pipi kakaknya.“Aku telepon Dokter Maria!” Enrico mengeluarkan ponsel. Wajahnya pucat karena panik. Berkali-kali keningnya dipijit.Jenna mengambil botol pa
Baca selengkapnya
88. Problem Solved In Bed
“Tenanglah, Lyn. Dokter Maria berkata kamu tidak boleh stress, bukan? Hentikan marah-marah begini.” Enrico kembali memeluk istrinya.“Aku muak dengan perasaan tidak tenang ini. Takut musuh datang lalu mencelakai. Takut wanita-wanita pemujamu itu datang dan membuatmu lupa, bahwa kamu adalah suamiku!”“Aku tidak mungkin melupakan kita sudah menikah. Ayolah, aku bukan Enrico yang dulu!”“Oh ya? Kalau begitu kenapa kamu terlihat mesra sekali dengan Naima tadi siang? Kamu pikir bagaimana perasaanku melihatmu dicium oleh wanita lain?” Lynea mulai terisak.“Ciuman itu hanya sekedar sapaan saja, Lyn. Aku sudah katakan kemarin, aku tidak pernah mencintai Naima atau siapa pun. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.” Enrico terus membela diri. Sebenarnya ia mulai kesal.“Kalau begitu besok kalau bertemu lagi dengan Gabriel di rumah sakit, aku akan membiarkan dia memeluk dan menciumku. Karena ju
Baca selengkapnya
89. How De Luca Do Their Business
Lynea menatap nanar pada layar ponsel. Siang ini terasa melelahkan sekali padahal ia baru saja bangun tidur. Urusan hati memang tidak pernah mudah.“Nyonya, maafkan saya, tapi … berhentilah menemui dokter itu. Kalau Tuan Enrico tahu, semua akan menjadi rumit,” cakap Jenna. Diletakan sisir kembali pada meja rias.“Aku tidak ada niat menemuinya. Aku tidak ada apa-apa lagi dengannya.”“Tapi dia masih terus mengejar Anda?”“Hmm, aku tahu itu. Tapi aku tidak pernah menanggapinya. Aku ke rumah sakit hanya ingin memeriksakan diri. Badanku lemas sekali.”Lynea berusaha meyakinkan Jenna bahwa dia sudah tidak ada apa-apa lagi dengan Gabriel. Namun, sebenarnya benarkah yang ingin diyakinkan adalah Jenna? Bukan dirinya sendiri?“Perkara hati itu sulit, Nyonya. Apa yang tersimpan dalam hati kadang hanya menunggu waktu yang tepat untuk keluar kembali.” Jenna tersenyum penuh arti.&l
Baca selengkapnya
90. Where's Sweet Enrico?
Elena bukanlah wanita sembarangan. Selain cantik, otaknya sangat pintar. Ditambah dengan kepribadian yang memiliki semangat juang tinggi, kadang terlihat meresahkan bila sedang mendamba sesuatu. Pangeran De Luca sedikit banyak merasa khawatir perbuatan Elena akan menjauhkannya dari Lynea. Ia merasa harus membuat pernyataan tegas agar Elena berhenti hadir dalam kehidupannya kembali. Satu pesan akan ia berikan untuk Elena.  Enrico [Tidak usah kembali dalam kehidupanku lagi. Kita sudah berakhir. Aku sudah berkeluarga, dan aku bahagia. Semoga kamu juga bisa bahagia.] Elena [Kamu yang mengusirku kemarin, di saat aku telah berkorban begitu banyak untukmu. Aku tak pernah mengakui kita berakhir. Tapi tak mengapa, semua sudah di masa lalu. Yang penting adalah masa depan kita bersama.] Enrico [Tidak usah berpikir panjang. Tidak akan ada masa depan untuk kita. Aku sudah bersama Lynea. Aku mencintai istriku. Kami akan segera memiliki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status