All Chapters of Wanara: Chapter 41 - Chapter 50
125 Chapters
Tongkat Kayu Dari Kerajaan Siluman
Setibanya di pendapa istana, Sande Braja langsung mempersilahkan Wanara untuk duduk, "Duduklah, Pendekar! Kau tenang saja, aku ini siluman, tapi aku sangat menghargai bangsamu!" kata Sande Braja lirih."Terima kasih, Raja." Wanara tersenyum. Lalu duduk di hadapan Sande Braja.Setelah itu, Sande Braja segera memerintahkan prajuritnya untuk mengambilkan pedang dan juga memerintahkan prajuritnya segera menjamu tamunya itu. Dengan demikian, kedua prajurit itu langsung melaksanakan tugas dari sang raja."Kau tunggu! Aku akan menunjukkan pedang buatan rakyatku. Jika kau minat, kau boleh membawa pedang itu!" kata Sande Braja.Wanara tidak banyak bicara, ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Dalam benaknya tumbuh berbagai pertanyaan terkait dengan ucapan raja siluman itu.Tidak lama berselang, dua prajurit itu sudah kembali ke pendapa. Salah satu dari mereka membawa makanan dan minuman serta buah-buahan segar yang hendak disuguhkan untuk Wanara. Sem
Read more
Pertarungan Di Alas Gonda
Wanara tersungkur, wajahnya menyentuh tanah dan keningnya pun sedikit terluka karena terbentur batu kecil. Kemudian, ia segera bangkit dan langsung berhadap-hadapan dengan kedua pendekar itu. "Hai! Kalian ini siapa? Kenapa tiba-tiba menyerangku?" bentak Wanara merasa kesal terhadap dua pria berjanggut tebal itu. Mereka tertawa dan tidak mengindahkan perkataan Wanara. Seakan-akan, mereka memberikan kesan penghinaan terhadap diri pendekar muda itu. Salah seorang dari kedua pria itu pun berkata, "Pendekar bau kencur sudah berani membentak kita." Pria itu menoleh ke arah kawannya. Lalu, keduanya tertawa terbahak-bahak, "Ha ... ha ... ha...." Kekesalan dalam diri Wanara yang kemudian mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian, dalam diam-diam ia memusatkan segenap kemampuan yang ada pada dirinya. Dikerahkannya segala kemampuan dan ilmu yang ia milikk, agar ia segera membungkam mulut kedua pendekar itu. Itulah sebabnya, Wanara seakan-akan s
Read more
Perbincangan Sande Braja Dengan Samerwa
Hanya sekejap saja, Wanara sudah tiba kembali di padepokan. Begitu menapakkan kakinya kembali di halaman padepokannya, bukan main senangnya Wanara ketika melihat Sumadra dan Jasena tengah tekun melatih calon-calon prajurit dari pasukan Padepokan Dewa Petir.Lantas Burma yang tengah duduk di pendapa padepokan pun berteriak, ketika melihat kedatangan Wanara, "Hai, Jasena, Sumadra! Lihat, calon raja kita sudah datang!"Sumadra dan Jasena serta semua murid padepokan langsung menyambut hangat kedatangan pimpinan mereka sambil mengelu-elukan nama Wanara.Dengan gagahnya Wanara kemudian melangkah lebar menuju pendapa, lalu duduk di sebelah Burma."Perjalanan yang cukup melelahkan," desis Wanara menarik napas dalam-dalam."Syukurlah, Raden. Ternyata kau baik-baik saja," sahut Burma tersenyum lebar.Beberapa murid kemudian langsung menyuguhkan air minum dan makanan kesukaan Wanara. Mereka sangat antusias dalam menyambut kedatangan sang pemimpinnya it
Read more
Pakaian Istimewa Dari Raja Siluman
 Pagi-pagi sekali, Wanara sudah bangun, dan langsung melakukan latihan di halaman barak. Sementara itu, Jasena dan yang lainnya masih terlelap tidur.Pagi itu suasananya memang masih gelap, akan tetapi Wanara sangat bersemangat dalam melakukan latihan. Tanpa disadarinya, ada dua siluman yang diutus oleh Sande Braja untuk menyerahkan pakaian kebesaran yang langsung dihadiahkan oleh Sande Braja kepada Wanara."Kau lihat itu! Pergerakan Raden Wanara memang lincah dan gesit!" seru siluman bertanduk dua itu mengarah kepada kawannya.Mereka tidak langsung menghampiri Wanara, karena tidak mau mengganggu konsentrasi pendekar itu yang tengah melakukan latihan."Sebaiknya kita segera turun dan berikan pakaian ini untuk Raden Wanara!" ajak kawan dari siluman bertanduk dua itu."Jangan sekarang! Nanti saja setelah Raden Wanara menyelesaikan latihannya!" jawab silumannya. Ia tidak mau kalau kedatangan mereka justru mengganggu ketenangan Wanara dalam melakuka
Read more
Kepergian Sang Maha Patih
Di istana kerajaan Rawamerta, tersiar kabar bahwa orang nomor dua di istana telah kabur dan meletakkan jabatannya sebagai maha patih tanpa sepengetahuan penghuni istana. Keputusan tersebut, merupakan bentuk ketidakpercayaan dari sang maha patih terhadap sang penguasa kerajaan.Sementara itu, setelah Maha Patih Ramanggala meninggalkan istana dan melepaskan jabatannya tanpa pamitan lagi pada siapa pun yang ada di istana kerajaan.Senapati Landaka yang menjadi panglima tertinggi prajurit kerajaan langsung menghadap raja, dan melaporkan kepergian Maha Patih Ramanggala yang sudah menganggap bahwa ia tidak sepaham lagi dengan pemikiran sang raja dalam menjalankan roda pemerintahan kerajaan.Beberapa saat sebelum Maha Patih Ramanggala memutuskan untuk pergi dari istana, sudah datang seorang prajurit senior menghadap Prabu Bagaskara. Prajurit itu telah melaporkan bahwa Maha Patih Ramanggala telah keluar dari istana pada malam hari."Kau mengetahui hal itu?" tanya s
Read more
Kedatangan Para Prajurit Kerajaan
Berderaplah pasukan yang dipimpin oleh Senapati Karama dan Senapati Loguna keluar dari pintu gerbang istana. Mereka segera melangkah untuk menuju desa Nelayan yang diduga kuat sebagai tempat persembunyian Ramanggala."Kita harus bergerak cepat menuju kampung Nelayan!" seru Senapati Karama, tampak gagah duduk di atas pelana kudanya dengan sebilah pedang menyanggul di punggung.Begitu juga dengan Senapati Loguna, duduk di atas kudanya sejajar dengan Senapati Karama. Puluhan prajurit kerajaan yang memiliki postur tinggi besar langsung memacu derap langkah kuda mereka masing-masing mengikuti langkah kuda dua senapati.Para prajurit itu berangkat hendak melaksanakan tugas dari sang raja untuk segera mencari keberadaan maha patih kerajaan Rawamerta yang dianggap sudah berkhianat dan meninggalkan tugas kerajaan tanpa pamit kepada sang raja.Hampir setengah hari melakukan perjalanan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Rombongan prajurit itu berhenti di datara
Read more
Pertarungan Wanara Dengan Panglima Jomara
Sekar Widuri dan Santika tampak kagum ketika melihat kegagahan Wanara yang merupakan calon suami mereka. Wanara terlihat gagah dan tampan menyanggul sebilah pedang dengan mengenakan pakaian pemberian dari Raja Sande Braja."Tampan sekali Kakang Wanara," desis Santika tersenyum-senyum, bola matanya terus mengamati Wanara yang tengah memacu kudanya meninggalkan halaman padepokan."Kita sangat beruntung terpilih sebagai calon istri Kakang Wanara," timpal Sekar Widuri menyahut.Mereka tertawa kecil dengan wajah berseri-seri. Setelah itu langsung melangkah bersama masuk ke dalam barak.Tiba di desa Nelayan, Wanara dan rekan-rekannya langsung menghampiri sekumpulan orang yang saat itu sedang berbincang dengan para prajurit di halaman salah satu rumah warga.Panglima Jomara terperanjat ketika melihat kedatangan Wanara dan sepuluh anak buahnya. Wanara meloncat dari kudanya dan langsung berdiri di hadapan Panglima Jomara dengan gerakan secepat kilat.
Read more
Panglima Burma
Wanara tetap bersikap tenang dan tidak melakukan serangan lebih dulu. Ia tersenyum, lalu berkata, "Apa kalian tidak sayang dengan nyawa kalian?" Suara Wanara terdengar lirih, namun terkesan sebagai sebuah ancaman yang membuat para prajurit itu mundur perlahan."Hadapi dia! Jangan mundur!" bentak Panglima Jomara kepada para prajuritnya.Meskipun ragu, pada akhirnya para prajurit itu langsung menodongkan tombak mereka ke arah Wanara."Kalian berotak buntu!" bentak Wanara langsung mengayunkan kaki kanannya dan menendang keras beberapa tombak yang mengancamnya.Sehingga, tombak-tombak tersebut lepas dari genggaman tangan para prajurit itu. Selanjutnya, Wanara memukul satu-persatu perut para prajurit tersebut dengan gerakan yang sangat cepat dan berkekuatan tinggi. Hingga menyebabkan para prajurit tersebut jatuh bergelimpangan.Panglima Jomara tampak cemas dan tidak berani berkata apa-apa lagi. Ia pun, kemudian segera memerintahkan para prajuritnya untu
Read more
Pasukan Dewa Petir Berhasil Mengusir Pasukan Kerajaan
Keempat prajurit tersebut langsung bergerak cepat untuk kembali melakukan serangan terhadap Burma. Mereka mulai mengayunkan kembali senjata tajam mereka, dan langsung disabetkan ke arah Burma yang masih dalam posisi tenang belum banyak melakukan pergerakan.Dengan sigap para pendekar lainnya dari Padepokan Dewa Petir langsung melakukan penghadangan terhadap serangan keempat prajurit itu terhadap Burma.Benturan senjata mulai terdengar gaduh, Trang ... trang ... trang...! Saling berbenturan antara pedang dari keempat prajurit kerajaan dengan pedang milik para pendekar bawahan Burma.Burma bergegas meloncat tinggi, ketika satu pedang hampir menyasar ke lehernya. Ia pun langsung menghunus pedangnya dan kembali meluncur ke bawah hendak memenggal kepala salah seorang prajurit.Dengan gesit, prajurit itu pun akhirnya dapat menghindari serangan mematikan yang dilancarkan oleh Burma."Kita harus pergi dari tempat ini!" ucapnya mengarah kepada tiga
Read more
Kedatangan Ramanggala
Keamanan di wilayah desa yang dekat dengan hutan tempat berdirinya Padepokan Dewa Petir, semakin hari semakin diperketat. Tidak terasa prajurit dari padepokan tersebut sudah berjumlah sekitar delapan ribu prajurit, hampir mendekati jumlah prajurit kerajaan Rawamerta yang hanya berjumlah sekitar sepuluh ribu prajurit.Karena sebagian prajurit kerajaan sudah berbelot dan mengikuti jejak beberapa patih dari kepatihan yang ada di wilayah kerajaan tersebut, untuk bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Wanara.Para prajurit Padepokan Dewa Petir sudah tersebar di empat kademangan yang ada di sekitaran Padepokan Dewa Petir. Setiap kademangan memilik basis pertahanan sekitar seribu prajurit, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan atau serangan mendadak dari pihak kerajaan Rawamerta.Wanara dan ketiga gurunya terus memantau perkembangan para prajurit mereka. Dari berbagai perguruan silat yang ada di wilayah-wilayah kepatihan pun sebagian sudah ada yang tu
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status