Semua Bab Tertawan Dua Suami: Bab 71 - Bab 80
167 Bab
71. Usaha Rafael Merebut Juni
"Sudah menemukan lokasinya?""Belum. Kami masih mencarinya."Rafael menyandarkan punggung pada sofa sambil menghela napas berat. "Kurasa dia tidak bisa kabur begitu saja dari kediaman Atlanta sendirian. Pasti ada yang membantunya."Sang asisten yang sejak tadi duduk di sofa seberang menatap lantai untuk menelaah ucapan Rafael.Rafael mengernyit menahan pening di kepalanya. "Apa keluarganya membantunya?""Bisa jadi. Tapi sepertinya Lahendra bukanlah keluarga yang loyal padanya."Rafael menyetujui dalam hati. Ia melihat bagaimana Juni diusir dengan dingin dan dibuang begitu saja. Lahendra menikahkan Juni dengan Saga pasti karena urusan bisnis. Tidak mungkin mereka membantunya kabur."Setahuku Juni juga tidak punya teman yang loyal."Juni pernah cerita jika semua temannya dipilihkan oleh Maria. Mereka berteman hanya karena asas keuntungan karena mereka sama-sama dari keluarga yang terhormat."Aku yakin ada yang membantunya.
Baca selengkapnya
72. Aku Mengertimu
Seharian Saga mengurung Juni di kamarnya sementara dia pergi bekerja.Juni tak tahu harus melakukan apa. Tak ada ponsel, televisi, buku atau apa pun yang bisa mempercepat waktunya dan menghilangkan rasa bosannya.Hanya Lenna dan beberapa pelayan yang mengantarkan makanan pada pagi dan siang hari, juga mengantarkan camilan-camilan yang sangat banyak.Juni banyak berpikir. Ia harus bersyukur karena Saga tidak menyentuh Maria maupun Serina. Ia pikir lelaki itu akan membunuhnya dan orang-orang yang sudah membantunya kabur.Sudah hampir waktunya makan malam, tapi Saga belum pulang. Dulu lelaki itu selalu pulang tepat waktu sebelum jam makan malam. Mungkin saja ia akan mengajak Juni makan di ruang makan. Ia perlu menghirup udara di luar kamar ini.Pukul delapan malam, pintu diketuk pelan. Spontan Juni berlari ke arah pintu lalu langkahnya tiba-tiba berhenti.Saga tak akan mengetuk pintu, apalagi dengan pelan.Munculnya Lenna dan dua pelayan
Baca selengkapnya
73. Kau Bilang Butuh Keluar Kamar
"Jadi apa rencanamu?" Rafael memusatkan perhatian pada gadis berkuncir satu itu.Siang ini Jeni mengajaknya bertemu di restoran yang lain sesuai janji mereka semalam. Jeni memutar bola mata. Wajahnya terlihat sangat serius. "Penjagaan Atlanta sangat susah ditembus. Kita perlu rencana yang sangat matang dan waktu yang tidak sedikit.""Aku tahu.""Tenang saja, aku tidak akan menyakitinya kok."Rafael mengerjap. Sepertinya sejak tadi ia menatap Jeni dengan sorot tidak percaya."Hanya saja ... kita perlu menyiapkan umpan yang besar untuk memancing ikan yang besar pula. Bukan begitu?"Rafael menatap Jeni lamat-lamat. Menunggu ucapan gadis itu selanjutnya."Kita tinggal menunggu celah. Menunggu kapan sang mangsa akan keluar dari kandangnya.""Jangan berbelit-belit. Katakan saja."Jeni membulatkan mata. "Hei! Aku sedang menjelaskan secara keren, ya! Jangan memotongku!" Ia mendengus. "Dasar! Aku yang menawari bantua
Baca selengkapnya
74. Bagi Bebanmu Denganku
Pada tatapan intens Saga, Juni berdiri mematung di tengah ruangan tanpa tahu harus berbuat apa.   Tubuhnya memanas dan ia merasa perlu mengambil remote AC dan menurunkan suhunya sekarang juga.Saga tak memutus tatapannya dalam waktu yang lama sampai Juni menghela napas dan membalas sorot mata lelaki itu."Boleh aku duduk?""Ya. Duduklah." Namun, pandangan lekat Saga masih belum berakhir juga.Juni hampir saja menjatuhkan bokongnya di atas sofa ketika suara dingin Saga menginterupsi."Bukan di situ."Juni mengerutkan kening dan kembali berdiri dengan tegak."Di sini." Apa? Di mejanya?Juni tidak yakin dengan kode dari kepala Saga. Karena tak ada satu pun kursi di sekitar mejanya selain kursi yang sedang dia duduki."Kemarilah."Dan kaki Juni bergerak begitu saja mendatangi meja Saga.Sesampainya di samping meja kerja Saga, lelaki itu melepas jasnya kemudian membuka tiga kancing
Baca selengkapnya
75. Rasa yang Terlampau Asing
Pada akhirnya Rafael harus mengantar Jeni ke kampusnya karena gadis itu mendapatkan panggilan dadakan dan sopirnya sedang tidak berada di tempat.Begitu kontras dengan percakapan panjang mereka di restoran tadi, suasana di dalam mobil malah teramat sunyi. Keduanya diam dan tak berminat mengobrol apa pun.Rafael mengetukkan jari-jarinya di atas kemudi saat mobilnya terhenti karena lampu merah lalu lintas. Ia menurunkan kaca untuk menghirup udara sebentar. Tapi yang dilihatnya kemudian membuat keningnya mengerut dalam dan matanya menyipit untuk melihat lebih jelas.Di depan sana, Juni sedang duduk di dalam mobil dengan kaca yang setengah terbuka. Wajahnya tampak kalut dan tidak bersemangat.Tunggu. Bukankah dia sedang kabur dari kediaman Atlanta?Saat lampu merah itu berubah menjadi hijau, Rafael segera melarikan mobilnya mengikuti Juni.Di belakang mobil juni, satu mobil besar mengikuti. "Eh, arah kampusku bukan di s
Baca selengkapnya
76. Jadilah Milikku.
Kening Juni mengerut kala merasakan deras air menghujani tubuhnya. Dingin disertai usapan-usapan lembut yang hangat. Pejaman matanya perlahan terbuka, menyendu dan mendapati hal yang asing. Mungkin dia sedang bermimpi. Karena sangat mustahil Saga berlutut di dekat bath up yang kini tak lagi terisi air sabun. menyiram tubuhnya dengan pancuran shower dan menggosok dada serta bahunya lembut.Gerakan tangan lelaki itu sangat telaten. Ini mimpi yang sangat mustahil terjadi dalam kenyataan.Saga menaikkan satu alis saat melihatnya. "Kau bangun."Bahkan suara beratnya yang terdengar parau terasa sangat nyata. Juni memejamkan matanya kembali. Mungkin setelah ini ia akan bangun."Jangan tidur lagi. Kau hampir saja tenggelam."Serta merta Juni membuka mata kembali saat suara tegas Saga melemparnya ke realita.Jadi dia tidak bermimpi?Tangan Saga turun menggosok pahanya. Tekstur tangannya yang kasar membuat seluruh alir
Baca selengkapnya
77. Aku Mencintaimu, Juni Atlanta.
Bisikan itu membekukan seluruh akal sehat Juni. Ia terpana. Ketika Saga kembali membelit lidahnya dengan sangat intens, kakinya tak lagi mampu berpijak dengan benar sampai Saga mengalunkan lengan Juni di lehernya.'Ah, ini teramat nikmat. Balas semua ciumanku dan aku akan mati terbakar gairah.' Saga mengerang, gairahnya meronta dan menyuruhnya untuk menarik Juni sekarang juga ke arah ranjang.Alih-alih menarik dan melempar Juni ke ranjang, ia malah menurunkan ciumannya ke leher dan dada Juni. Lalu menggendong Juni dan membaringkannya secara hati-hati.Menindih wanita itu dan membuka kancing-kancing piyama sutra Juni. Matanya yang bagai elang menyorot keseluruhan wajah Juni yang memerah. "Aku menginginkanmu. Aku ingin memasukimu dan menikmatimu sepuasnya."Kata-kata vulgar itu mampu membuat rona di wajah Juni semakin meningkat.Juni mendesah, merintihkan nama Saga saat lelaki itu menanggalkan baju dan bra-nya. Menyentuh pun
Baca selengkapnya
78. Aku Masih Menginginkanmu
Saga tak tahu seperti apa perasaan wanita ini. Ia terlampau sulit untuk ditebak. Tatapannya menghakimi dan tampak tidak senang dengan pernyataan Saga.Mata Saga menyipit. 'Apa dia sangat tidak menyukaiku?'Yah ... memang siapa yang akan dengan mudah mencintainya? Walaupun Saga mengira-ngira Juni tidak menyukainya, pikirannya masih berkutat pada satu tujuan.'Aku ingin mengikatmu di sisiku apa pun yang terjadi. Seperti apa pun perasaanmu, aku ingin memilikimu.'Wajah Juni mengeras. Ada kilat marah dalam matanya yang masih sayu. "Minggir."Kening Saga mengerut saat mendengar suara Juni yang dingin."Ini sudah selesai, kan?""Apa?" Saga memandang bingung, tapi Juni tak memberinya waktu untuk berpikir.Juni mendorong dada Saga dengan keras sampai tautan tubuh mereka terlepas dan Saga tak lagi berada di atas tubuh wanita itu.Tanpa memedulikan ketelanjangannya, Juni bangun dan mencoba turun dari ranjang.S
Baca selengkapnya
79. Jika Kamu Menungguku di Rumah
Saat Juni terbangun, hari sudah siang. Ketika jam dinding yang mewah itu menunjuk angka satu, ia tertegun.Badannya yang terasa akan remuk dan hancur berkeping-keping membuatnya teringat akan hasrat Saga yang tak ada habisnya semalam. Lelaki itu tidak membiarkan Juni tidur sampai lewat tengah malam.Mereka baru berhenti pukul empat pagi setelah Juni memohon dengan nada yang memelas. Jika tidak, mungkin mereka akan bercinta sampai tengah hari."Anda sudah bangun, Nyonya?"Juni terkesiap. Seorang pelayan tahu-tahu sudah berada di depan ranjang dan menatapnya datar."Se-sejak kapan kau di situ?" Dengan cepat Juni menaikkan selimut menutupi dadanya."Baru saja, Nyonya. Tuan besar meminta saya melayani Nyonya saat Anda bangun."Juni ingat perempuan ini adalah pelayan pribadi Saga."Anda ingin mandi atau makan dulu?"Rasanya akan sangat aneh jika dia makan tanpa mandi dulu, tapi perutnya sudah berbunyi sejak tadi.
Baca selengkapnya
80. Mencintaimu Seperti Orang Gila
Bagi Saga, cinta adalah kata yang mustahil. Sedari kecil Saga berhenti mengharapkannya sampai melupakan kata itu.Ia hanya tahu cara menguasai dan menghukum. Mendominasi dan mendapatkan apa yang dia inginkan.Saga merasa hatinya telah mati ketika kewarasannya direnggut saat ibu maupun ayahnya memukulnya tanpa ampun seperti orang gila. Saat darah yang anyir itu merembes di sepanjang lantai dengan luka lebam dan goresan di seluruh kulitnya, Saga tak pernah lagi ingin mengerti apa itu cinta.Tapi saat ini, di sore yang menyegarkan. Di depan mawar dengan warna yang beraneka. Ketika tangannya mendekap tubuh hangat dengan aroma menenangkan. Saga merasakannya."Aku tidak ingin melakukannya." Suara yang lembut, namun tegas itu pun menjadi tanda bahwa hati Saga masih hidup. Ia masih merasakannya.Dengan gerakan kesal, Juni menutup kembali bahunya lalu memutar tubuh setelah sebelumnya gagal melepaskan diri dari pelukan Saga."Apa yang ada di pikiranmu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status