All Chapters of Bukan Semata Fisik: Chapter 31 - Chapter 40
67 Chapters
Chapter 30 Not Perfect
Semenjak melihat kejadian Rayhan yang mendadak memeluk Linara, disaksikan secara langsung oleh Avraam. Membuat emosi dan Mood menjadi tidak stabil akhir-akhir ini. Belakangan Avraam terlihat kecut dibeberapa pandangan karyawannya, terkadang seperti biasa. Tapi tetap Avraam mengerjakan pekerjaannya secara profesional meskipun mimiknya sedikit seram.Avraam melirik Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul menunjukan tiga sore. Avraam menghela napasnya dan menyadarkan punggungnya pada kursi.“Mungkin Aku akan pulang lebih awal, rasanya sangat rindu Altan.”Segera mungkin Avraam beranjak dari tempat duduknya, dia berlalu begitu saja meninggalkan ruangannya.“Tolong urusi sisanya, Saya pulang lebih awal,” Ucap Avraam pada Asisten pribadinya yang sedang terduduk dengan pandangan berpacu pada laptop.“Baik, Pak!” Dengan sigap Asistennya berdiri dan sedikit membukukan badannya sebagai penghormatan.
Read more
Chapter 31 Perbincangan
“Linara?” Ucap Avraam yang sedikit terkejut saat mendapati Linara bersebelahan dengan Altan, sesaat tatapannya tertuju pada kaki palsu Linara. matanya membulat sempurna melihatnya.Baru kali ini Avraam melihat sosok Linara yang sejatinya, Kaki palsu yang Linara kenakan sungguh membuat sorot perhatiannya tidak teralihkan. Linara menurunkan kembali lipatan celana, kembali pada posisi awal yang menutupi kaki palsunya itu.Setelah itu Linara tertatih saling berhadapan dengan Avraam, Altan menarik narik baju Avraam, “Ayah, Altan tadi jatuh, Kakak ini datang dan membantu Altan.”Avraam menoleh sekejap arah Altan, “Kenapa Ayah diam saja? Apa Ayah kenal dengan Kakak cantik ini?”Avraam segera sadar dalam lamunnya sendiri yang berakhir dalam menatap Altan, kembali melirik Linara, “Terima kasih,” Ucap Avraam singkat dengan kepala sedikit menunduk.“Sama-sama, Tuan. Kalau begitu waktunya Saya pulang, Permi
Read more
Chapter 32 Pelanggan Kecil
Ting! Notifikasi pesan muncul dari layar depan, Linara menggapainya, melihat pesan singkat yang terkirim dari grup kelas.‘Hari ini pelajaran dicancel, jadi lusa.’Itulah secarik informasi singkat dari salah satu dosen yang menyebarkan beritanya pada grup kelas, Linara sedikit tersenyum jengkel dengan notif tersebut.“Selalu saja cancel, seenaknya banget, mana udah siap mau berangkat. Huft ... sangat menyebalkan!” Linara menghela napasnya dengan kesal, semua dibatalkan secara mendadak, membuatnya kesal yang menggunung tinggi dalam lubuknya.Melepas Tote bag yang sudah dia sematkan pada bahunya, terbaring ditepi ranjang.“Sebaiknya Aku segera membantu Kakek saja,” Linara segera bangkit dari duduknya. Berjalan menuju Kedai. --- Mungkin ini masih terlalu pagi untuk Linara menyelami area Kedai, tapi dari pada di
Read more
Chapter 33 Sisi Lebih
Beberapa hari ini Linara selalu saja sibuk dengan tugas tambahannya, selain tugas kuliah yang lambat laun menumpuk. Kini bebannya bertambah saat memasuki kelas tambahan, yaitu kelas bahasa. Mungkin dengan menambahnya bahasa membuat Linara semakin mempermudah untuk nanti menyusul Bunda.Meskipun keberadaan Bunda tidak terlalu meyakinkan ada di negara yang berjulukan Kota Gerbang Dunia, Hamburg, Jerman. Setidaknya ada titik celah harapan untuk Linara tetap semangat dalam merajut hidup.Semua berkat Kaivan, yang membantu mencari keberadaan Bunda hingga kini. Meskipun belum ada perkembangan lebih dari keberadaan Bunda. Tapi, Linara yakin Dia bisa bertemu dengan Bunda dan menyampaikan sedikit amanat dari Ayahnya.Keseriusan Linara sangat terlihat dengan beberapa tumpuk buku disebelahnya, matanya menyorot helai demi helai kertas, Pena yang menyangkut disela jarinya, sangat terlihat fokus disudut salah satu meja pelanggan Kedai dekat jendela. Juga ada Fara yang ikut be
Read more
Chapter 34 Amarah Buta
“Pagi, Ayah!” Sambut Altan begitu hangat saat Avraam baru saja usai menuruni anak tangga. “Pagi, Altan,” Avraam berjalan mendekati Altan yang sudah bersikap rapih dihadapan meja makan. “Kenapa belum dimakan sarapannya?” “Nungguin Ayah,” Avraam tersenyum begitu lembut, lalu menyiapkan sehelai roti untuk Altan. Baru saja Avraam hendak mengoleskan selai dipermukaan Roti, mendadak Altan menghentikannya. “Tunggu Yah,” “Kenapa? “Boleh engga kalau sarapannya Ke Kedai Paman Aathif aja?” Pinta Altan yang begitu sederhana. “Why?” Avraam sedikit heran dengan pintanya yang begitu sederhana, apakah kini Altan sudah mulai candu dengan sajian di Kedai Aathif? “Altan pengen roti yang dibuat Kak Linara kemarin, boleh kan Yah?” Pinta Altan dengan memohon. “Tentu saja! Selera mu sama dengan Ayah,” Avraam dengan sumringah meresponnya, “Maksud Ayah?” “Tidak, ya udah Ayo kita berangkat,” Ajak Avraam b
Read more
Chapter 35 Sebuah Saran Surat
“Bagaimana apa Rotinya enak?”“Enak banget, Kak!” Altan menjawab dengan penuh semangat, mulutnya penuh akan remahan roti.“Dan ini Americano mu, Tuan.”“T-terima Kasih,” Jawab Avraam dengan nada pelan, dengan mata yang beralih lawan arah.Linara tak memperdulikan Avraam, kini Linara hanya berpaling pada Altan yang begitu terlihat ceria. Suasana hati Altan seakan penuh bunga. Semua perhatiannya seakan tumpah pada Altan.“Ya udah, Altan makan yang banyak ya, Kakak mau lanjut bekerja.” Linara tersenyum pada Altan.“Tunggu, Kak!” Sesaat Altan menahan Linara dengan secepat kilat menggenggam tangannya.“Ada apa?” Linara mengelus lembut puncak kepala Altan.“Boleh temenin dulu Altan sarapan?” Pintanya dengan tatapan menggemaskan.“Altan jaga sikapmu!” Tukas Avraam, membuat Altan seketika tertunduk kasihan.“M
Read more
Chapter 36 Seperti Mama
“Terima kasih, Paman. Jadilah Anak yang baik ya, Altan.”“Iya, Dadah ... Ayah...,” Altan telihat begitu gembira, membuat Avraam tersenyum tentram.Avraam pergi perlahan hingga punggungnya terlihat semakin jauh perlahan tak nampak setelah mobilnya melaju cepat.“Yasudah Ayo kita masuk, Nak.” Aathif mendorong Kursi roda Altan kembali masuk kedalam Kedai.Altan duduk di Meja dekat dengan kasir, semua ditempatkan agar Altan tampak terpantau dari kejauhan. Linara hilir mudik melayani para pelanggan yang mulai berdatangan, sorot matanya juga selalu memantau Altan.“Rasanya Altan terlalu jauh, suasana Cafe juga mulai ramai,” Linara mulai cemas dengan posisi Altan yang sedang asik berkutat dengan pensil dan beberapa pensil warna nya.Linara langsung berjalan mendekati Altan, begitu dekat Linara langsung berjongkok dihadapan Altan, “Ada apa, Kak?” Tanya Altan pada Linara yang mendad
Read more
Chapter 37 Akankah Gagal?
Sudah dua pekan berlalu, namun balasan surat tak kunjung bertamu. Membuat Linara semakin resah perkara kabar Bunda, setiap malam selalu dihantui ketakutan dan kekhawatirannya akan kegagalan yang timbul.Akankah gagal?Semua yang Linara rancang untuk bertemu Bunda, dari mulai mengusai bahasa, mencari sumber informasi meskipun tidak 100% akurat, akan kah semua gagal begitu saja? Hanya karena menunggu balasan surat yang tak kunjung datang menyurat kembali?Resah dan gundah setiap malam, layaknya ritual wajib yang dilakukan sebelum tidur. Setiap pergantian hari, siang berganti malam hingga berganti kembali menjadi pagi, putaran poros hari yang menjadi drama saksi bisu kegelisahan hidup.“Bunda, Linara rindu...,”Jeritan hati kecilnya yang selalu menguak rindu, tapi tak kunjung syahdu. Hingga mata tertutup dengan sembab setiap harinya. Sungguh menyiksa, pabila hidup menahan rindu yang tak beradu, layaknya hidup hilang tanpa daksa.&nb
Read more
Chapter 38 Terpecahnya Gundah
Malam semakin larut, Kedai juga sudah terasa sepi, mungkin ini waktunya menutup Kedai. Tapi perkara hati Linara masih berkecamuk dengan kegelisahan juga rindu yang menyiksa. Wajahnya tampak lebih sendu dari biasanya, membuat Rayhan yang memperhatikannya merasa sakit campur khawatir dengan Linara.Saat secarik lap sedang diputar pada porosnya meja, menghilangkan sebagian noda yang tertinggal. Tapi lamunan sang pemegang lap tampak risau, dia tak berhenti mengelap meja, hingga menyenggol vas kecil yang menimbulkan sedikit bising. Prang! Pecahan belingnya menyebar, suara bising sesaat membuat Linara tersadar dengan cerobohnya. Segera berjongkok dan mulai memunguti serpihannya.“Kamu engga apa-apa, Linara?”Rayhan segera hadir, Linara hanya menatapnya sebentar lalu kembali memunguti serpihan beling. Rayhan menyadari perihal tatapan dingin Linara, segera mungkin dia membantunya.“Kalau
Read more
Chapter 39 Hampir Terlepas
Rayhan segera berlalu pergi, “Pantas saja Linara tidak mau bertemu dengan keduanya, ternyata begitu menyebalkan.’ Gerutu Rayhan sembari menghela napasnya.Linara masih saja bersembunyi dengan merangkul kakinya penuh takut. Rayhan meliriknya sembari tersenyum kecil, dengan cepat Rayhan menyajikan pesanan dan memberikannya penuh ramah. Beruntung saja Avraam lebih cepat menyelesaikan sarapannya bersama Altan, mereka langsung pergi begitu saja setelah usai semuanya.Dan beruntungnya Aathif belum berkecimpung kembali dunia Kedai, apabila sudah bertemu Avraam terkadang Aathif suka tidak tahu waktu berbincang dengan Avraam. Rayhan segera berjongkok dihadapan Linara, tapi saat melihat Linara, dia dalam keadaan tertidur dengan merangkul kakinya.Kaki yang dirangkul, rambut sebahu yang mulai memanjang itu bergantung bebas, matanya menutup dengan anggun, dengkuran kecil yang terdengar lembut. Melihat semuanya membuat Rayhan tersenyum manis.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status