All Chapters of Menikah Dengan Abang (Abang Angkat): Chapter 91 - Chapter 100
188 Chapters
Keluar Kota
 PoV Abang Usai berberes, aku dan Ayu keluar kamar. Menemui Bunda hendak pamit. Wanita yang telah melahirkanku duduk di kursi depan teras. “Bun, kami pamit. Bunda baik-baik di sini.” Tatapan Bunda tetap ke depan, tidak menoleh sedikit pun. Aku menghela napas, sementara Ayu berjongkok di sisi kursi tersebut. “Bunda ....” Ayu memanggil dengan lembut  “Silakan. Silakan kalau kalian mau pergi. Toh semua ini sudah Bunda duga sebelumnya.”Sepertinya bakal terjadi pembicaraan panjang. Aku duduk di kursi sebelahnya, begitu pun dengan istriku. “Maksud Bunda apa udah diduga sebelumnya?”Bunda menarik napas panjang, menyandarkan tubuh, lengan kanan kiri tertumpu pada pegangan kursi. “Kalau kalian menikah, pasti akan ninggalin Bunda. Makanya dulu, Bunda sempat gak setuju.”
Read more
Menjemput Syifa
PoV Putri Aku bersyukur, hari ini telah resmi menjadi istri Mas Firman. Meskipun tiga kali salah dalam mengucap ijab qobul, tapi ucapan keempat akhirnya disah-kan oleh para saksi. Pernikahan kami sangat sederhana. Hanya dihadiri Kak Silvi, Bang Dion, Pak Rt tempat kediaman kami beserta istrinya, dan tetangga kanan kiri. Usai acara, aku membagikan nasi kotak dan selembar amplop berisi uang untuk mereka sebagai ucapan terima kasih karena bersedia hadir dalam pernikahan kami. Seharusnya memang pihak pengantin yang menerima amplop, tapi tidak jadi masalah, mengingat uang Mas Firman sangat banyak. “Put, pulang yuk! Aku pengen pulang.” Mas Firman mulai merengek. “Iya, Mas. Bentar lagi ya. Putri mau ngobrol dulu sama Kak Silvi. Mas main game aja di sana.” Aku menunjuk bangku panjang di depan ruangan KUA sambil menyerahkan ponsel. Mas Firman pun berjingkat, duduk
Read more
Wanita Gila
PoV Abang Malas banget keluar kota. Pulang pasti larut malam. Semoga saja masalahnya cepat kelar, jalanan gak macet. “Sayang, kok belum berangkat? Kenapa?” Istriku bertanya, duduk di atas kasur seraya mengelus rambutku. Aku yang sedang rebahan menoleh. “Males, Sayang.” Dia menggeser tubuhnya, ikut berbaring di sampingku, memeluk. Duh ilah, makin malas aja dah. “Bang, Ayu juga maunya kita gini terus. Tapi ... Abang taulah omongan Ayu selanjutnya.”Membelai kepalanya yang berbalut hijab. “Ayu ikut ajalah, Sambil jalan-jalan.” Ayu bangun, duduk seraya menatapku. “Nanti Ayu malah ganggu. Udah deh, bangun, yuk! Tadi Bang Dion udah teleponin tuh!”Akhirnya mau tak mau, beranjak dari tempat tidur. Mengganti pakaian dan berangkat. “Hati-hati ya, Bang?&rdq
Read more
Oleh-oleh
 PoV Abang Kudorong tubuh Dita dengan kasar hingga ia jatuh tersungkur. Sialan! Kenapa harus ketemu lagi sama wanita gila! “Den, ada apa?” Pertanyaan Dion tak kuhiraukan. “Lima tahun aku mencintaimu, Dendi! Aku menunggumu! Kenapa kau pergi gitu aja!!” Cih! Perkataannya seolah kami pernah menjalin hubungan. Padahal gak sama sekali. “On, mending kita pulang! Batalin semua!”Hampir saja tersungkur, Dita memeluk sebelah kakiku. “Mbak! Hentikan, Mbak!”Sergah Desi dan wanita satunya lagi. Membantu melepaskan kedua lengan Dita dari kakiku. “Lepasin, Dita! Lepasin!” Kedua tangan Dita akhirnya terlepas. “Ayok, On! Cabut!”Setengah berlari keluar dari rumah Wijaya Kusuma. Aku tidak mau mengambil resiko. Wanita itu benar-benar nekat. 
Read more
Wisuda
 PoV Silvi Alhamdulillah, acara wisuda sudah selesai. Aku bersyukur, dapat dihadiri oleh Mama, Bapak, Putri, dan Syifa. Begitu pula sahabatku, Ayu. Dihadiri oleh Bunda, Ibu, dan Bang Dendi.  Aku dan Ayu tak henti mengumbar senyum. Di dalam sana, kami sempat menangis haru. Terutama aku, menangis haru karena dapat membiayai kuliah sendiri. Tanpa uluran biaya dari orang tua. “Kita keluar, yuk? Mereka pasti udah nunggu.” Ajak Ayu, aku mengangguk. Menyeka air mata, menarik napas, lalu berjalan menuju pintu luar.  “Selamat istriku ... Abang bangga banget Ayu dapat nilai cumlaude.” Abang menyambut Ayu dengan buket bunga yang indah. “Makasih, Abang.”Aku pun berjalan ke arah keluarga. “Neng ... selamat ya? Ini bunga buat Neng.” Bapak memelukku. “Makasih, Pak.&rdqu
Read more
Pernikahan Bunda
PoV Bunda Esok adalah hari pernikahanku dengan Prasetya alias Bramantyo. Rasanya tak sabar, tinggal satu atap dengan lelaki yang dicintai tanpa harus bersembunyi lagi.  Apalagi sekarang Dendi dan Ayu sudah tidak tinggal di rumah lagi. Setiap hari selalu merasa kesepian. Sementara Bram, hanya dapat berkunjung siang hari atau tengah malam. Tapi sekarang hatiku sangat lega, membayangkan  bisa berduaan sepanjang hari bersama Mas Bram. “Mas, jangan lupa, besok mas kawinnya dipersiapkan. Aku gak mau lho jumlahnya berkurang. Masalahnya kan ketua RT, teman-teman arisan dan beberapa tetangga akan hadir.” Aku mengingatkan lelaki yang napasnya masih terengah akibat ‘permainannya.’ “Sudah aku siapkan, Sayang,” sahutnya sambil mengusap area sensitifku. “Udah, ih! Capek tau!” Menghempaskan tangannya agar menjauh. Ia terkekeh.&nb
Read more
Kejadian Di Kantor
 Bunda terlonjak mendengar ucapan Ibu yang mengatakan Bramantyo mirip dengan Prasetya, mantan suami Ratih Herlina. “Bu Eva ada-ada aja. Suami Ratih itu kan udah meninggal.” Ekspresi Bunda gugup, membuang muka sambil meremas jemarinya. “Lagi pula, wajahnya kan beda sama ... sama Pras.” Sambung Bunda. Ibu menghela napas. “Iya sih. Maaf kalau saya salah bicara.” “Gak apa-apa. Terima kasih sudah perhatian sama suami saya.” “Bukan, saya bukan perha—“ “Gak apa-apa, Bu Eva ... suami saya emang tampan. Wajar kalau Bu Eva juga memperhatikan dia. Ya sudah, saya tinggal dulu.” Tergesa-gesa Bunda meninggalkan kami. Aku memandang Ibu yang merunduk sambil membenarkan letak kaca mata. “Bu ....” “Iya, Saya
Read more
Ingin Nikah
 PoV Dion Parah! Gak nyangka si Ayu nekat ciuman di depan gue. Hadeuh! Si Dita mulutnya sampe mangap begitu. Lama banget lagi ciumannya. Halah, bikin gue frustasi aja lihatnya. Mending bawa si Dita keluar aja dah!Menarik kedua tangan Dita ke belakang, mendorongnya keluar. “Lepasin aku! Lepasin!” Tak peduli teriakannya, menarik paksa Dita supaya meninggalkan ruangan Dendi. Melihat dua karyawan bagian pentry lewat, langsung aku panggil. “Sidik! Rudi! Cepetan sini!”Mereka menghampiri. “Bawa keluar nih cewek. Bilang sama Satpam, kalau cewek ini dateng lagi, langsung usir!” “Apa-apaan kamu? Aku Cuma mau ketemu Dendi! Lepasin!” “Jangan sampe lepas. Pastiin cewek ini jauh-jauh dari sini. Oke?” “Oke, Bos!!” Kedua karyawan itu
Read more
Pernikahan Dion
PoV Ayu Satu bulan kemudian, acara pernikahan Bang Dion dan Silvi digelar dengan meriah di rumah Ibu.  Silvi terlihat sangat cantik. Bang Dion pun tampak gagah. Mereka mengenakan kebaya adat sunda. Akad dilangsungkan tadi pagi. Alhamdulillah hanya satu kali ucapan, Bang Dion dan Silvi telah resmi menjadi sepasang suami istri.  Aku sangat bahagia, melihat Silvi memiliki suami yang begitu tulus mencintainya. Dan mulai sekarang, Silvi bukan hanya menjadi sahabatku melainkan telah menjadi kakak ipar. Di kursi kanan pelaminan, berdiri Ibu dengan kebaya yang sangat elegan. Sementara di sebelah kiri terdapat Mamanya Silvi. Untuk pertama kalinya, aku melihat wajah Mama Dahlia sangat sumringah. Sedangkan Bapak kandung Silvi memilih duduk bersama Putri, Firman dan Syifa. Dia tak ingin membuat Mama Dahlia tidak nyaman kalau berdiri di atas pelaminan.  Menjelang sore hari, aca
Read more
Garis Dua
PoV Ayu  Pukul empat dini hari terbangun. Sebelum beranjak ke toilet, mengambil tespeck yang tergeletak di atas meja rias.Rasa mual dan pusing kembali terasa.Sedikit berlari menuju toilet. “Oweeek ... oweeekk ....”Setelah rasa mual mulai menghilang, segera melakukan tespeck, hasilnya tidak langsung aku lihat. Memilih memasukan kembali ke dalam bungkus. Setelah itu, berwudhu, shalat tahajud sambil menunggu adzan berkumandang. Selesai shalat, perutku mual kembali. Melepas mukena, berlari masuk toilet. “Oweeek ... oweek ....” Membuka kran, membasuh permukaan bibir. “Ya Allah, pusing banget. Oweekk ... oweeek ....”Berkali-kali muntah tapi tidak ada isinya. Hanya air liur. “Sayang?” Abang menyembul dari balik pintu toilet, mendekatiku sambil memijat tengkuk. &
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status