Semua Bab Menikah Dengan Abang (Abang Angkat): Bab 141 - Bab 150
188 Bab
Kehilangan
PoV Cindy Sahabat tidak tahu terima kasih! Sudah ditemenin, malah kayak gini balasannya. Cuma karena aku menjalin hubungan dengan Papanya, dia sampe marah besar! Harusnya Rina berterima kasih padaku, sudah membuat Om Rahmat bahagia. Bahagia lahir bathin. Ini malah mencak-mencak. Duh perih sekali pipiku gara-gara ditampar Sabrina. Dia bilang aku j*lang? Cih sok suci! Padahal dulu dia juga gak lebih dari J*lang. Free sex, narkoba, bunting dua kali. Sekarang tingkahnya sok kayak bidadari yang suci. Yang tidak pernah melakukan dosa. Aiihh amit-amit jabang bayi, jangan sampe ya Nak kamu kayak Kakak Tiri kamu itu. Kuusap perut berulang kali. Masuk ke dalam mobil, meninggalkan kontrakan kecil Sabrina.Sepanjang jalan, pikiranku tak bisa fokus. Kejadian beberapa menit lalu masih saja terbayang. Seumur hidup, baru kali ini ada yang berani menamparku. Orang tuaku saja tidak pernah menampar, lah ini! Calon anak tiri!! Lihat
Baca selengkapnya
Terkuak
PoV Sabrina Aku harus menemui Papa. Meminta kejelasan tentang hubungannya dengan Cindy. Kalau Papa mengakui, sebisa mungkin, aku harus membujuk Papa agar mengakhiri hubungannya dengan bekas sahabatku itu. Biar bagaimana pun, aku tidak mau Papa Mama bercerai. Apalagi sampai Mama mengetahui perselingkuhan Papa.  Pantas saja Cindy hidupnya bergelimang harta, berpenampilan modis seperti dahulu, sebelum Papanya dibui. Ternyata menjadi simpanan Om-Om. Sahabat pekhianat!! Entah sudah berapa lama hubungan terlarang itu terjalin. Beranjak ke toilet, membasuh muka, memakai make up tipis, lalu keluar rumah, menunggu taksi yang sudah kupesan. Kendaraan beroda empat itu pun datang, masuk ke dalam, kemudian melaju ke alamat yang sudah aku beritahukan pada Pak Supir.Setibanya di rumah Papa, setelah membayar ongkos taksi, bergegas masuk. Mencari sosok Papa. “Pa ... Papa!!&rdqu
Baca selengkapnya
Kartu AS
PoV Ayu Sekitar sepuluh menit kepergian Pak Boris, Silvi kembali ke butik. Dia langsung memelukku. “Ya Allah, Yu ... untung lo punya ide berlian. Gue hampir aja bilang karyawan di sini. Makasih ya udah nolongin gue.” Aku tersenyum. Melepaskan pelukan. Wajah Silvi masih terlihat cemas. “Iya sama-sama.” “Mira, makasih. Kamu juga udah bantu aku. Langsung paham diajak kerja sama.” “Awalnya Mira gak ngerti, Mbak. Tapi pas lihat sikap bapak-bapak itu yang kelihatan kasar, Mira jadi ikutin permainan Mbak Ayu. Hehehe.”Lagi, Silvi memelukku dan Mira bergantian. “Pokoknya makasih banget.” ***Tiba di rumah, pukul empat sore. Langsung membersihkan diri, menyambut kepulangan suami.Setelahnya, keluar kamar, menuju dapur untuk menemui Bi Sumi.“Mbak Ayu, mau
Baca selengkapnya
Sakit Mematikan
PoV Abang “Maaf Bu, Bukannya Prasetya mantan suami Herlina sudah lama meninggal?” Ibu mengembuskan napas. “Dulu, Ibu sama Almarhum suami Ibu datang sewaktu Prasetya meninggal. Tapi pihak keluarga melarang para pelayat membuka wajah Pras yang memang ditutupi dengan kain jarik. Sedangkan Herlina, saat itu sibuk melayani para pewarta berita. Karena memang kan, Pras pengusaha muda yang sangat sukses. Jadi tuh, kata Bram kemarin. Pas Herlina membekap wajahnya dengan bantal, ia pura-pura mati. Menahan napas beberapa menit. Meyakinkan Herlina kalau dia memang sudah mati. Sudah lama katanya Pras curiga Herlina ingin membunuhnya. Yang lebih mengejutkan, Pras ini melakukan operasi menukar wajah. Kayak di film-film itu. Orang yang tahu operasi itu Cuma dokter Rahmat dan Bunda kamu. Makanya dokter Rahmat menjadikan itu ancaman kalau Pras tidak mengabulkan keinginannya. Sedangkan Pras, gak mau pisah sama Bunda. Kalau sampai ketahuan polisi, itu bisa dikatakan pemalsuan identitas. Katanya bisa dip
Baca selengkapnya
Lupa
PoV Abang “Keluar nanah?” Aku memastikan karena Setahuku kalau keluar nanah dari alat vital seseorang, kemungkinan ia mengidap penyakit kelamin. Seandainya Herlina memang benar mengidap penyakit tersebut, Dira bisa tertular juga. Secara Dira dan Herlina pernah menjadi sepasang suami istri. Sebaiknya aku pastikan dulu penyakit apa yang Herlina alami.  Pak Heru mengangguk. Pandangan kami mengarah pada wanita yang sekujur tubuhnya ditutupi selimut.“Sudah diperiksa dokter, Pak?” Pak Heru mengembuskan napas. Kedua matanya masih mengarah pada Herlina. “Baru diperiksa dokter klinik penjara.” “Apa katanya?” “Harus melakukan tes urine.” Aku terdiam, berpikir hal apa yang harus kuputuskan. Jika Herlina dibiarkan seperti ini, tanpa mendapat pengobatan yang layak, aku khawatir dia mati perlahan-lahan. Tapi, jika ia dira
Baca selengkapnya
Prank
PoV Abang Aku dan Dion saling pandang. Tidak percaya kalau Firman melupakan sikap kekanak-kanakannya. Bagaimana bisa dia melupakan kejadian yang pernah dialami? “Terus, yang lo inget apanya doang? Sama si Putri inget?” Dion masih penasaran. Dia tampak serius menunggu jawaban adik iparnya. “Ingetlah, Bang. Masa istri sendiri lupa?”Dion menoleh padaku, keningnya masih mengkerut. Pandangan Abang iparku itu beralih pada Firman lagi. “Waktu ... lo mau perkosa Ayu, inget gak?”Astaghfirullah si Dion! Ngomongnya ngejeplak banget. “Perkosa Ayu? Ayu mana?” “Istri dia! Adek gue. Lo inget gak, waktu gue tonjokin? Waktu ditonjok ama si Dendi? Waktu gue telanjangin, lo Cuma pake celana boxer doang? Inget gak?”Firman tampak terkejut mendengar beberapa pertanyaan Dion. Dia tidak langsung menj
Baca selengkapnya
Caplok
PoV Dion Kampret punya adek ipar! Songong banget dah! Pandanganku mengitari sekeliling. Waduh, sendirian lagi! Tanpa pikir panjang, langsung masuk ke dalam mobil. Menyalakan mesin, lalu keluar area parkiran. Sepanjang jalan aku tak henti mengumpat. Bisa-bisanya dikerjain adek ipar. Pikiran terkuras, tenaga serasa diperas, eeh ... malah dikerjain pula! Apes dah. Tiba di rumah, Silvi menyambutku. Wajahnya kusut. Dia kelihatan sudah mengantuk. “Neng belum tidur?” Silvi menggamit lenganku, kepalanya direbahkan pada bahuku. Ia menggeleng lemah. “Abang kenapa pulangnya lama banget? Gak biasanya?” “Pengen cepet-cepet kelar kerjaan. Biar weekend bisa nginap di puncak. Kita liburan.” Kedua bola mata Silvi berbinar. Ia mengerjapkan mata berkali-kali menatapku “Nginap di puncak??? Serius??”Aku
Baca selengkapnya
Bukan Mati Lampu
PoV Dion Usai Shalat Subuh, aku bergegas keluar kamar, hendak sarapan. Silvi yang melihatku buru-buru keluar kamar, tampak kebingungan. Ia berjalan cepat di belakangnku. “Abang mau kemana?” “Mau sarapan.” “Tumben.” Aku tak menghiraukan keheranan Silvi, mengambil sepotong roti tawar, mengolesi selai, lalu melahapnya. “Mau susu hangat gak?” Istriku menawarkan. Tanpa berkata, aku mengangguk. Silvi langsung mengerjakan apa yang dia tawarkan. “Lho, tumben sekali jam segini sudah sarapan, Nak?” Ibu tiba-tiba datang. Duduk di kursi sebelahku. “Lagi pengen cepet-cepet ke kantor, banyak kerjaan, Bu. Pengen cepet kelar.” “Biasanya gak gini walaupun banyak kerjaan. Ayok bilang ke ibu, ada apa?” Ibu memerhatikanku lekat. Naluri ibu memang gitu ya?
Baca selengkapnya
Tak Menyangka
PoV Ayu “Bang Dion sepagi ini udah di kantor, Bang?” tanyaku memastikan setelah mendengar perbincangan antara suamiku dan Bang Dion melalui sambungan telepon. Abang mengelus rambutku, mengecup puncak kepala. “Iya. Katanya kejebak di dalam lift, mati lampu.” Kedua mataku memicing, tak percaya kalau perusahaan Abang mengalami mati lampu apalagi masih pagi begini.“Masa mati lampu?” “Gak tau. Abang juga heran. Mau mandi bareng apa abang duluan?” “Abang duluan aja. Ayu mau beresin ini dulu.” “Gara-gara si Dion telepon, semuanya jadi gerak cepet.” Tersenyum geli melihat ekspresi bibir Abang yang manyun. Kukecup pipinya. “Yang penting kan klimaks. Dah sana mandi dulu!” “Iya, Sayang.” Abang beranjak ke toilet. Sementara aku merapikan sprey dan
Baca selengkapnya
Nikah Lagi
PoV Silvi   Astaghfirullah, gak nyangka kalau Cindy menjadi simpanan Om-Om. Setahuku, dia anak orang kaya raya. Bokapnya seorang pejabat. Walaupun menurut Om itu terjerat korupsi. Tapi Masa iya sampe rela jadi sugar baby?   Setelah kepergian Cindy dengan Om-Om, aku menghampiri Ayu. Ayu juga tampak shock melihat kejadian tadi. “Yu, Ayu!” kusenggol bahunya. Ayu menoleh.   “Gak nyangka ya?” Ayu hanya mengangguk. Dia tampak memikirkan sesuatu.   “Lo kenapa? Kaget? Atau ada yang lo pikirin?” Sahabatku itu duduk di kursi kasir, menghela napas.   “Gue baru inget cerita Ibu.”   “Cerita Ibu?” menarik kursi yang tak jauh dariku, lalu duduk. Menyimak pembicaraan Ayu selanjutnya. Aku menengok sekeliling, hanya ada dua pembeli. Biarlah, ada Mira. Dia bisa melayani kalau Cuma dua pembeli. Aku lagi penasaran sama cerita Ayu.   “Iya. Ibu pernah c
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status