All Chapters of BUKAN KISAH SEMPURNA: Chapter 11 - Chapter 20
54 Chapters
SOROT LELAH
Adinda hanya diam, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Senantiasa berdiri di belakang laki-laki itu, meski kadang keberadaannya seperti tidak terlihat. Alvin hanya akan menjawab dengan senyum tipis, jika pertanyaan tentang siapa dirinya muncul. “Oh, ini istrinya Pak Alvin?” Contohnya yang satu ini. Seorang laki-laki berkumis dengan usia kisaran lima puluh tahunan bertanya sembari mencuri pandang kea rah Adinda. Sekilas tampak ramah dan sopan, tetapi entah mengapa lama kelamaan tatapan itu seakan mengandung makna lain. Seperti ada seringai menggoda yang membuat Adinda merasa risi. Alvin tidak menjawab, memilih mengalihkan topik. Membicarakan hal yang sama sekali Adinda tidak mengerti. Namun, ia tahu yang Alvin bahas adalah mengenai pekerjaan. Jadi, sudah pasti bapak-bapak genit yang masih berusaha memancing perhatiaannya ini adalah salah satu kilen perusahaan keluarga Alvin. “Ada yang salah d
Read more
RASA IBA
Alvin berdecap kesal saat bayangan Adinda yang menyorotkan wajah penuh luka terus saja melintas di kepalanya. Padahal hal itu sudah berlalu duapuluh empat jam, dan seharusnya ia lupakan. Bahkan, percakapan terakhir mereka pun masih terekam jelas hingga saat ini.   “Kenapa kamu diam saja dihina seperti itu?” tanya Alvin yang merasa bingung dengan reaksi Adinda saat mendapat penghinaan.   “Saya sudah terbiasa mendapatkan cercaan. Dan lagi, saya memang bersalah kepada wanita tadi,” jelas Adinda dengan senyuman sendu. Namun, saat menoleh ke arahnya, wanita itu menghilangkan raut sendu dengan senyuman ceria yang nyatanya tidak berhasil menutupi luka yang tersirat dari netra lentik itu.   “Siapa wanita tadi?” Alvin tahu seharusnya dia tidak ikut campur dan berlagak peduli seperti ini.   “Maaf, saya nggak bisa menjawab pertanyaan itu. Yang jelas, dia adalah alasan saya menika
Read more
TERBONGKAR
Seperti biasa, Adinda akan menyiapkan makan siang untuk Alvin dengan mengemasnya di dalam bok seperti makanan yang dipesan dari katering. Hal ini sudah berjalan hampir dua minggu dan sampai hari ini Alvin belum menyadari jika masakan yang ia santap adalah olahan Adinda. Wanita itu memang sengaja membedakan masakan yang ia masak untuk sarapan dan makan siang, jadi Alvin tidak perlu curiga sama sekali. “Ibu ke mana?” Adinda menjatuhkan mangkuk yang ia pegang karena terkejut. Alvin tiba-tiba saja muncul di dapur tanpa memberi tanda. “Ah, maaf, saya ngagetin kamu?” ringis Alvin tidak enak. Lalu dengan sigap membantu Adinda memebereskan makanan yang berantakan. “Mas Alvin kok tumben udah pulang?” tanya Adinda untuk mengalihkan rasa canggung yang tercipta. Setelah Alvin menanggalkan tatapan sinisnya, suasana yang sering terjadi di antara mereka malah penuh dengan kecanggungan. 
Read more
14. JALANI, BOSAN, BERCERAI
“Mbak Dinda ngapain?” Almira ikut duduk di lantai, berdampingan dengan Adinda yang kini terlihat sibuk mengerjakan sesuatu.   “Lagi iseng aja, nggak punya kerjaan bingung aku,” jawab Adinda sembari tersenyum, lalu kembali fokus pada pekerjaan di tangannya.   “Itu mau bikin tas, Mbak?” tanya Almira lagi seraya mengamati gerakan tangan Adinda di mana ada benda seperti besi kecil di tangan kanan wanita itu, sementara tangan sebelah kiri terdapat benang dengan ukuran besar yang melilit telunjuknya.   “Iya, ini namanmya ngerajut,” jelas Adinda. Ia sering membuat berbagai macam benda seperti; tas, gelang, cincin, sepatu bayi. Dulu, biasanya semua barang itu ia tawarkan pada tetangga atau teman-temannya. Sekarang, ia seperti terputus dengan kontak dunia luar, sehingga apa yang ia buat memang hanya sebntuk untuk mengisi waktu luang.   “Mbak Dinda itu apa si yang nggak bisa,” ujar Almira dengan tatapan kagum.
Read more
15. RAHASIA ALVIN
“Cantik sekali,” gumam Adinda sembari membuka album foto di tangannya. Isinya foto pernikahan Alvin dan juga Sofia. Hari di mana semuanya masih tampak indah dan berbagai rencana sudah tersusun rapi. Namun, hari itu juga semua tragedi berawal hingga merubah Alvin menjadi sosok yang dingin. “Dia memang cantik,” bisik Alvin sembari menatap satu titik di atas tempat tidur. Di mana di matanya, Sofia tengah terlelap begitu damai dalam tidurnya. Adinda yang akhirnya mendongak untuk melihat ekspresi Alvin saat menggumamkan kata cantik, ikut menggerakkan kepala ke arah yang sama. Ada senyum sendu yang wanita itu berikan ketika tahu ke mana mata Alvin mengarah. “Ini kalian prewed di mana? Lokasinya bagus,” tanya Adinda sengaja untuk memutus hening yang terasa tidak mengenakkan. Alvin pun terpancing dan ikut menunduk untuk melihat foto yang Adinda maksud. “Itu di Bogor,
Read more
16. MENERIMA KENYATAAN
Adinda bisa mengembus napas lega saat akhirnya Alvin menepikan mobilnya di sebuah danau buatan. Laki-laki itu turun dari mobil, lalu duduk di sebuah bangku yang menghadap ke arah danau. Ada kilau bening yang memantul, saat cahaya matahari sore menimpa air danau yang cukup tenang. “Saya nggak butuh dihibur,” ujar Alvin dingin saat sadar seseorang duduk di sampingnya. Ia tahu sejak tadi Adinda dan beberapa pengawal sewaan ibunya mengikuti mobil yang ia kendarai. “Saya nggak akan ganggu, saya hanya mau menemani Mas Alvin,” ujar Adinda lirih sembari ikut memandang riak kecil yang timbul di permukaan danau saat sebuah ranting pohon jatuh. “Saya pengin sendiri,” ujar Alvin lagi, berharap Adinda mau pergi dan membiarkan dirinya menikmati waktu tanpa gangguan siapa pun. Adinda tentu saja tidak akan melakukan perintah Alvin. “Saya tahu rasanya kehilangan seseorang yan
Read more
17. CANGGUNG
Kedua mata itu perlahan terbuka saat terdengar suara kikikan, dan bisikan lirih antara dua orang wanita. Mata Adinda yang pertama kali terbuka, dan bisa ia rasakan tubuh bagian kirinya yang pegal. Lalu, mata wanita itu memicing dengan dahi berkerut saat ada Almira dan Marlina di depannya. “Ibu, Mira?” Adinda segera melebarkan mata dan menarik diri saat sadar kini ia tengah bersandar pada bahu seseorang. Dan wanita itu langsung berdiri tegak saat mengingat apa yang terjadi. “Emm, A-aku mau mandi dulu,” ujar wanita itu bingung sembari melangkah cepat ke kamarnya. Mengabaikan kikikan geli yang kembali hadir dari bibir Almira, dan Marlina sendiri tampak menggeleng geli sembari melangkah kea rah dapur. “Ehemm! Mas Alvin sama Mbak Dinda ngapain?” goda Almira saat sosok Adinda sudah menghilang di balik pintu kamar wanita itu. Alvin malah tampak cuek karena memang tidak ad
Read more
18. ANDAI ORANG ITU AKU
Alvin terbangun dengan tubuh kaku karena semalaman tidur miring tanpa mau mengubah posisi. Bukan apa-apa, ia hanya merasa takut Adinda akan terganggu jika dia bergerak sedikit saja. Hal yang sama juga sebenarnya Adinda rasakan. Malah, wanita itu nyaris tidak bisa memejamkan mata. Dadanya terus saja berdebar dengan cara yang tidak Adinda mengerti. Sehingga pagi-pagi sekali ia sudah terjaga dan memilih mengerjakan apa pun itu bisa meredam perasaan yang membingungkan itu.  Alvin menoleh ke sisi lain tempat tidur dan mengedar pandang saat tidak menemukan sosok Adinda di sana. Ia melongok kamar mandi, tetapi tidak juga terdengar gemericik air. Namun, matanya menangkap satu setelan pakaian kerja yang menggantung di depan lemari. Tanpa bisa dicegah, secuil senyum terbit dan laki-laki itu pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.  Tidak sampai sepuluh menit laki-laki itu sudah selesai dengan pakaian rapinya.
Read more
19. IMPIAN ADINDA
“Kamu bosen, ya?” tanya Alvin pada Adinda yang sejak tadi hanya diam di acara pertunangan sepupunya ini. Pesta tidak digelar di gedung mewah karena memang hanya akan berselang satu bulan sebelum digelar pernikahan. Alvin sendiri tidak terlalu mengerti susunan acara yang digelar karena ia sedari dulu paling enggan ikut campur sesuatu yang bukan menjadi urusannya. Adinda yang memang sebenarnya sudah ingin pulang hanya bisa meringis sungkan sebagai jawaban. Alvin yang mengerti arti dari ringisan itu, segera minta izin pada ibunya untuk membawa Adinda pulang. “Kita pulang!” ajak laki-laki itu seraya menarik pelan lengan Adinda untuk ke luar dari kerumunan orang. Sesekali menyapa orang yang dikenal dengan anggukan serta senyuman tipis. “Memangnya Mas Alvin nggak papa?” Adinda takut nanti akan ada omongan tidak baik jika mereka meninggalkan acara yang belum selesai ini. Apalagi ia tidak diaj
Read more
20. PERHATIAN ALVIN
Marlina lah orang yang paling terlihat senang saat mendengar kabar jika Alvin dan Adinda akan pergi ke Bandung hanya berdua. Meski berkali-kali putranya menjelaskan jika semua itu hanyalah urusan pekerjaan, tetapi tetap saja, bagi wanita itu ini semua adalah perkembangan yang bagus. “Pak Cakra kan tahu aku udah nikah, nggak mungkin, kan, aku pergi sendiri.” Jawaban yang Alvin beri, saat ibunya terus saja menggodanya karena mau mengajak Adinda. “Yah … kalau kamu nggak mau juga sebenarnya kamu punya banyak alasan buat nggak ngajak Adinda,” ujar Marlina. Wanita itu memperhatikan Alvin yang sedang merapikan bajunya untuk besok pagi. Sementara Adinda pamit pergi sejak pagi tadi dan belum pulang hingga malamm sudah menjelang seperti sekarang. “Ya udah apa aku batalin aja?” ancam Alvin dengan wajah kesal. Sesungguhnya ia merasa gugup karena ibunya terus saja membuatnya merasa tidak nya
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status