All Chapters of Terpaksa Menikah Lagi: Chapter 31 - Chapter 40
143 Chapters
BAB 51-52
BAB 51 “Kamu berani tidur sendiri?” tanya Dokter Ardian tiba-tiba. “Mm ….” Citra belum sempat melanjutkan kalimatnya. “Kalau nggak berani, saya tunggu di kamar, ya,” sahut Dokter Ardian dengan tersenyum lalu meninggalkan Citra yang masih mencuci piring. Citra menghela napas panjang. “Bik Yati …, cepat sembuh dong. Biar aku nggak tidur di kamar Dokter Ardian terus,” gumam Citra dengan memajukan bibir-nya. Sudah pukul sebelas malam, tetapi Citra masih belum juga datang ke kamar Dokter Ardian. Sedari tadi Dokter Ardian menoleh ke arah pintu beberapa kali berharap Citra segera masuk ke dalam kamarnya. “Kok lama? Apa dia pingsan di dapur?” gumam Dokter Ardian. Ia pun mulai khawatir lalu bangkit dan keluar dari dalam kamarnya. Dokter Ardian menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa supaya segera sampai di dapur. Sesampainya di dapur, ia tidak melihat Citra di sana. “Kok nggak ada. Ke mana dia?” gumam Dokter Ardian sedikit merasa kecewa karena tidak menemukan Citra di dapur. Ia pun
Read more
BAB 53-54
BAB 53 Citra membelalakkan matanya dan menatap wajah Dokter Ardian yang ada di hadapannya. Ia terkejut hingga napasnya memburu. “Kamu nggak kasihan sama saya? Sudah delapan bulan lebih saya menjadi duda,” bisik Dokter Ardian di depan Citra. “Salah sendiri nggak segera menikah lagi. Toh ada Mbak Widia yang –" Ucapan Citra terputus karena Dokter Ardian tiba-tiba melumat bibirnya. Plak! Tiba-tiba telapak tangan Citra mendarat di pipi Dokter Ardian. Dokter Ardian pun melepas pagutan bibirnya. Ia menyentuh pipinya yang ditampar Citra dan menatap Citra dengan lekat. Citra sendiri terkejut dengan tindakannya yang reflek menampar pipi Dokter Ardian. Ia benar-benar tidak sengaja. Ia menatap tangannya sendiri yang sudah kurang ajar menampar suaminya. Dokter Ardian pun segera bangkit dari atas tubuh Citra lalu menyingkap selimut dan turun dari tempat tidur. Setelah itu ia keluar dari kamar Citra tanpa berkata satu patah kata pun yang terucap. Citra menatap kepergian Dokter Ardian dengan p
Read more
BAB 55-56
BAB 55 “Ya sudah, hati-hati ya pulangnya, Sayang. Jangan lupa sama Tante Herlina,” ucap Dokter Herlina pada Nizam. Setelah itu Citra membawa Nizam pulang menggunakan taksi kembali tanpa bertemu dengan Dokter Ardian. Sore hari Dokter Ardian pulang dengan membawa belanjaan di tangannya. Ia tahu kalau stok makanan di kulkas sudah habis. Karena itu kemarin malam ia memesan makanan di aplikasi pesan makanan online. Setelah memasukkan stok makanan ke dalam kulkas dan menaruh bubur instan untuk Nizam di atas meja makan, Dokter Ardian naik ke lantai atas menuju kamarnya. Tidak lama kemudian Dokter Ardian keluar dari dalam kamarnya dengan membawa kantong kresek di tangannya. Kantong kresek itu berisi pakaian kotor yang akan ia antar ke tempat laundry. Kebetulan Citra juga keluar dari dalam kamarnya dan melihat kantong kresek di tangan Dokter Ardian. “Mau ke mana, Mas?” tanya Citra. “Laundry,” jawab Dokter Ardian singkat seraya menutup pintu kamarnya tanpa menoleh ke arah Citra. “Biar say
Read more
BAB 57-58
BAB 57 “Anget kayak-nya nih anak. Apa kesurupan, ya?” gumam Dokter Ardian seraya menyentuh dahi Citra. Ia merasa heran karena Citra tiba-tiba marah dan mengambek padanya. Citra pun segera menepis tangan Dokter Ardian supaya menyingkir dari dahinya. Dokter Ardian mendengus pelan. “Dengarkan saya dulu!” ujar Dokter Ardian. “Nggak mau!” tolak Citra seraya menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya. Dokter Ardian memegang kedua bahu Citra. “Sekarang saya tanya, kenapa tadi malam kamu menampar saya?” tanya Dokter Ardian seraya menatap Citra yang menutup telinga dan matanya. “Ayo jawab!” tuntut Dokter Ardian sambil menggoyang bahu Citra. Citra membuka sedikit kelopak matanya seraya melirik Dokter Ardian. “Ada nyamuk!” jawab Citra singkat. “Jadi karena ada nyamuk kamu menampar pipi saya?” tanya Dokter Ardian untuk memastikan. Citra menganggukkan kepalanya dengan bibir mengerucut. “Hahaha. Kenapa kamu nggak bilang?” tanya Dokter Ardian dengan tertawa dan melepaskan bah
Read more
BAB 59-60
BAB 59 Pagi hari Dokter Ardian menyantap sarapan paginya dengan bibir cemberut. Citra sedang menjaga Nizam yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Sedari tadi Citra memerhatikan Dokter Ardian yang cemberut. Ia mengira Dokter Ardian tidak suka dengan menu masakannya hari ini. “Masakannya nggak enak ya, Mas?” tanya Citra dari ruang tengah dengan menatap Dokter Ardian. “Enak,” jawab Dokter Ardian singkat. “Mau dibawakan bekal buat makan siang nanti?” tanya Citra. “Boleh,” balas Dokter Ardian singkat lagi. Citra pun bangkit dari duduknya lalu mengambil kotak bekal makanan. Kemudian ia mengisi kotak makan itu dengan makanan yang ada di atas meja makan. “Kenapa sih, Mas, dari tadi manyun terus?” tanya Citra sambil mengisi kotak bekal. “Nggak apa-apa,” balas Dokter Ardian lalu meminum segelas air putih yang ada di depannya untuk menutup aktivitas sarapan paginya. “Kamu nggak makan?” tanya Dokter Ardian. “Nanti saja nunggu Nizam tidur,” balas Citra dengan tersenyum. “Ya sudah
Read more
BAB 61-62
BAB 61 Dokter Ardian baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir Rumah Sakit Husada. Tiba-tiba terdengar suara ponsel-nya berdering. Ia pun segera mengeluarkan ponsel dari saku kemeja-nya untuk mengetahui siapa yang menelepon pagi-pagi seperti ini. Tampaklah nama “OK” pada layar ponsel Dokter Ardian. Itu adalah nomor telepon ruang operasi di Rumah Sakit Husada. Dokter Ardian pun menghela napas panjang lalu mengembuskan-nya dengan kasar. Ia tahu, pasti ada pasien yang harus segera di SC sekarang. Ia pun segera menggeser tombol warna hijau pada layar ponsel-nya untuk menerima telepon itu. “Halo …,” sapa Dokter Ardian setelah menempelkan benda pipih itu pada daun telinganya. “Dok, Dokter di mana? Ada pasien darurat, Dok!” sahut seseorang yang ada di seberang telepon dengan tidak sabar. “Sudah di parkiran rumah sakit,” balas Dokter Ardian seraya membuka pintu mobil dan turun. “Baik, Dok. Kami akan menunggu,” balas orang yang di seberang telepon dengan sopan. “Oke,” sahut Dokter Ar
Read more
BAB 63-64
BAB 63 Citra menolehkan kepala ke arah kiri tubuhnya untuk melihat jam yang digantung di dinding kamarnya. Ia ingin mengetahui jam berapa sekarang karena Dokter Ardian masih belum pulang juga. Ia benar-benar merinding dan merasa sangat takut. Dengan jantung berdebar dan tangan gemetaran, Citra meraih ponsel-nya yang ada di atas nakas untuk melihat apakah Dokter Ardian mengirim pesan atau menelepon-nya. Namun, tidak ada pesan atau panggilan telepon satu pun dari Dokter Ardian di layar ponsel-nya. “Kamu ke mana sih, Mas? Kenapa masih belum pulang? Nggak telepon atau kirim pesan juga,” gumam Citra. Seketika matanya terasa hangat dan merasa ingin menangis karena ketakutan. “Apa terjadi sesuatu padanya?” Tiba-tiba Citra merasa khawatir. Dengan mata berkaca-kaca, Citra mencoba untuk menelepon Dokter Ardian. Namun, yang terdengar hanyalah suara operator yang mengatakan kalau nomor yang dituju sedang tidak aktif. Ia pun mendesah pelan dengan raut wajah penuh kekecewaan. Tiba-tiba ruangan
Read more
BAB 65-66
BAB 65 “Mas, kasihan Nizam sendirian di kamar,” bisik Citra di telinga Dokter Ardian. Itu hanyalah alasan Citra saja supaya Dokter Ardian mau menemaninya di kamar karena takut sendirian. Dokter Ardian bisa merasakan embusan napas Citra pada daun telinganya. Dan itu membuatnya sangat geli dan terangsang. Tiba-tiba, adik kecilnya bereaksi. “Kalau saya temani di kamar, kamu mau kasih saya apa?” tanya Dokter Ardian dengan posisi yang sama yaitu membelakangi Citra. “Terserah Mas maunya apa,” balas Citra pasrah. Yang penting Dokter Ardian mau menemaninya ke kamar, pikir Citra. Tanpa ia tahu apa yang akan diminta Dokter Ardian. “Oke.” Dokter Ardian mengiyakan permintaan Citra. Kemudian mereka berdua kembali ke kamar Citra. Dokter Ardian naik ke atas tempat tidur Citra dan berbaring di sana. “Mas, mau apa? Teh, kopi, susu, mie, atau apa?” tanya Citra menawarkan makanan pada Dokter Ardian. “Apa?” Dokter Ardian melongo mendengar penawaran Citra. Kenapa harus makanan coba, pikir Dokter Ar
Read more
BAB 67-68
BAB 67 POV Citra Sore ini sudah beberapa kali aku memandangi jam, baik yang tergantung di dinding maupun yang ada di layar ponsel-ku. Semakin sore, jantung-ku semakin berdegup kencang. Aku yakin, sebentar lagi Dokter Ardian atau tepatnya suamiku itu akan segera pulang. Namun, aku sangat berharap semoga dia pulang larut malam seperti kemarin malam. Semenjak membaca buku yang diberikannya tadi pagi, aku jadi membayangkan yang tidak-tidak. Sudah pukul setengah lima sore. Aku turun ke lantai bawah dengan menggendong Nizam di dadaku setelah mandi dan memandikan Nizam. Kulihat Mbak Mirna sudah bersiap-siap untuk pulang. “Mbak, mau pulang?” tanyaku seraya berjalan menghampirinya. “Iya, Mbak,” jawabnya singkat. “Nggak menginap di sini saja, Mbak?” tanyaku, tapi lebih tepatnya meminta supaya dia menginap di sini malam ini. “Nggak, Mbak. Sebentar lagi Herman akan datang. Aku ke depan dulu, ya,” pamit-nya lalu pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa menghela napas panjang. Karena tidak ada k
Read more
BAB 69-70
BAB 69 “Cit, biar Nizam tidur sama Ibuk saja ya,” ujar Bu Ratna karena Nizam sudah tidur di gendongannya. “Loh kenapa, Buk?” tanya Citra. “Kamar kamu kan sempit, nanti nggak bisa gerak. Lagian Ibuk kan tidur sendiri. Nggak apa-apa kan kalau Nizam tidur sama Ibuk?” tanya Bu Ratna seraya menatap Dokter Ardian. “Iya, Buk. Nggak apa-apa,” balas Dokter Ardian dengan tersenyum. Bu Ratna pun mengajak Nizam masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Citra masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkannya sebentar. “Mas, kalau capek, istirahat saja. Kamarnya sudah saya bersihkan,” ucap Citra pada Dokter Adrian. Dokter Ardian pun mengangguk lalu masuk ke dalam kamar Citra. Setelah Dokter Ardian masuk ke dalam kamarnya, Citra pergi ke kamar Bu Ratna. “Buk, Citra mau bicara sebentar,” ucap Citra dengan setengah berbisik. “Ada apa, Cit?” tanya Bu Ratna setelah bangkit. Mereka pun berbicara di ruang tengah supaya tidur Nizam tidak terganggu. “Ibuk kenapa langsung setuju aja saat Dokter Ardian melamar
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status