Semua Bab Like a Fairy Tale: Bab 61 - Bab 70
88 Bab
61’ Robot vs Elf
Ctarr Ctarrr Sambaran halilintar keluar dari tangan robot sebesar sepuluh meter berzirah kuning. Robot raksasa itu berjumlah sembilan, dengan baju zirah yang memiliki warna yang berbeda, melekat dimasing-masing robot tersebut. Benda besi raksasa itu tiada hentinya meluncurkan serangan pada elf-elf yang terlihat seperti kurcaci berterbangan. Ctarr Ctarr Elf-elf itu gesit menghindar serangan halilintar dari besi raksasa berzirah kuning yang menyerangnya. Para elf dengan elemen tanah, berhadapan dengan tiga robot raksasa berzirah kuning, elf dengan elemen api dan petir  berhadapan dengan tiga robot raksasa berzirah hijau, dan elf elemen air dan salju berhadapan dengan tiga robot berzirah biru. Aredel menapakkan kakinya di tengah medan pertempuran, melihat sekelilingnya yang penuh dengan suara tembakan, darah, serta teriakan-teriakan dari para manusia dan elf. Aredel dan Felix bergabung bersama elf elemen air dan salju untuk mengala
Baca selengkapnya
62’ Robot vs Elf pt.2
Lingkaran sihir pelindung berbentuk kubah transparan itu mulai terbentuk lagi. Serangan demi serangan terus diluncurkan oleh robot raksasa yang berada di tengah tersebut. Robot sebelah kiri tadi, terlihat mulai lambat menghisap api biru yang berada di tubuh rekannya tersebut.“Sebentar lagi robot penghisap itu akan mati,” gumam Tuan Owen dengan senyuman sinisnya. Pria paruh baya dan elf lain merasa senang, seperti di atas awan.Slap Klang Kubah pelindung mereka pecah. Robot yang menyerang mereka pun kembali meluncurkan cambukan berbentuk bulan sabitnya pada sekumpulan elf kecil di hadapannya. Para elf terbang menghindari cambukan-cambukan bulan sabit tersebut dengan mudahnya.Slap SlappFelix membuka paruhnya, setelah melihat kesempatan untuk menyerang balik robot sebesar sepuluh meter itu. Burung gagah tersebut menyerang robot tersebut dengan bola api raksasa, dibantu oleh beberapa elf di belakangnya
Baca selengkapnya
63’ Robot vs elf pt.3
Felix mengeluarkan suara nyaringnya, terbang di langit melewati robot-robot berzirah biru tersebut diikuti dengan beberapa elf di belakangnya. Aredel, dan para elf elemen es lainnya tersenyum senang, ketika melihat burung gagah itu membawa pasukan bantuan. Felix membuka paruhnya lebah, kemudian mengeluarkan api bersarnya, melelehkan beberapa panah es yang runcing tersebut. Para elf berelemen api tersebut menyusul mengeluarkan api dan petirnya menyerang para robot raksasa tersebut. Robot berzirah biru dengan motif gelombang air, dengan sigap mengeluarkan badai salju. Badai tersebut sangat besar dan dingin, meskipun tidak se ganas badai di Gunung Rinjanist, tetapi tetap menghambat gerakan para elf. Tumbuhan-tumbuhan hijau yang berada di dalam hutan tersebut berubah menjadi putih akibat terkena badai salju. Aredel dan Rayzeul lincah berlari kesana kemari menghindari badai tersebut, seraya mencoba membekukan tubuh besar robot tersebut. Para elf yang lain membantu Aredel
Baca selengkapnya
64’ Cahaya dan Kegelapan
Perempuan bersurai putih itu terlihat kesal. Dia menyunggingkan senyuma sinisnya, mengeluarkan lingkaran sihir di tombak milik Aredel. Aredel terkejut, ketika melihat lingkaran hitam itu menyelimuti tombak esnya.Splah Tombak tersebut menghilang, secara cepat.“Aku penasaran dengan apa yang kau lihat tentang diriku anak kecil. Ternyata kau menarik, bisa melihat masa laluku hum,” ujarnya dengan senyuman sinis.ClingSebuah lingkaran sihir tiba-tiba saja muncul di langit. Lingaran sihir tersebut mengeluarkan tombak es aredel tadi. Benda lancip itu pun tanpa aba-aba langsung menghantam beberapa elf di bawahnya. Aredel membelakkan matanya tak percaya ketika melihat tombak es miliknya berpindah begitu saja.“Dia bisa memindahkan senjataku menggunakan sihir ruang dan waktunya,” batin Aredel.“Kenapa diam? Aku memintamu untuk menceritakannya, jadi cepatlah bercerita!” teriak Morie sambil
Baca selengkapnya
65’ Cahaya dan Kegelapan pt.2
“Hahahaha.”Suara tawa dari perompak itu kian menggema disertai dengan suara bom dari meriam yang terus menyala. Para perompak itu megeluarkan sebuah tali besar, seraya berjalam mendekati Morie yang sedang terbaring lemah di atas lantai kapal kayu.“Jangan sentuh dia!” ujar pria bersurai kuning itu sambil merentangkan kedua tangannya, berupaya untuk menghalangi para perompak untuk tidak mendekati Morie.“Wah … berani juga kau,” ledek salah satu perompak.Morie mendengus sebal. “Dasar bodoh.”Perempuan bersurai hitam itu pun dengan cepat membuat lingkaran sihir hitam di tempat dia berbaring dan tempat pria bersurai kuning itu berdiri. Para perompak terkejut, mereka dengan sigap menjauh dari lingkaran sihir tersebut. Lingkaran sihir hitam itu bersinar terang, kemudian menelan Morie dan pria bersurai kuning tadi.Cling “Mereka menghilang?” tanya salah satu perom
Baca selengkapnya
66’ Cahaya dan Kegelapan pt.3
Pria berpakaian seperti bajak laut itu mengeraskan rahangnya, dengan tatapan berapi-api dia kembali bangkit dari jatuhnya bersiap untuk menyerang perempuan yang telah menendangnya tadi. “Jangan bertindak bodoh, kau tidak akan menang melawanku.”Perempuan bersurai putih keemasan itu santai, melangkahkan kakinya maju dengan kesiur angin kencang yang menyelimuti tubuhnya.”Kau sudah lihat, kan? Menyerahlah sebelum aku mempermalukanmu lebih dalam lagi.”Pria berpakaian bajak laut itu berdecih pelan, mengedarkan pandangannya ke arah kedai melihat sepasang mata penasaran yang sedang memeperhatikan mereka berdua. “Dasar perempuan sialan!”Pria tersebut berteriak keras, kemudian berlari cepat menuju kapal kecil yang berada di pinggiran laut tersebut.Morie tersenyum miring, kemudian menghampiri perempuan cantik tersebut. Diikuti dengan Zayn di belekangnya. “Kau hebat sekali bisa mengusir pria bajak laut itu.”
Baca selengkapnya
67’ Cahaya dan Kegelapan pt.4
Perempuan bersurai hitam itu sempoyongan, akibat suara merdu tersebut yang kian masuk ke dalam telinganya. Kabut di sekitarnya semakin menebal, membuat penglihatan semakin kabur dan tak jelas.“Agh! Pusing,” teriaknya dengan kedua tangan yang terus menutup telinga.“Aku senang sekali, bisa bertemu dengan elf kegelapan di sini,” ujar seorang dengan suara khas wanita.Suara itu merdu dan sangat lembut. Kabut yang menutupi kapal mereka kian menghilang, diiringi dengan langkah kaki seorang perempuan cantik dengan rambut panjang hitam dan baju bikini. “Kenapa elf kecil sepertimu kemari? Apakah kau tersesat?”Morie berdecih pelan seraya memijit lembut pelipisnya. Dia berusaha konsentrasi, menghilangkan rasa kantuk nan pusing yang mengelilingi kepalanya.“K-kau … siren, kan?” tanya Morie dengan suara seraknya.Perempuan bersurai hitam yang dibilang siren itu tersenyum miring, menaikan satu alis
Baca selengkapnya
68’ Cahaya dan Kegelapan pt.5
Suatu gelombang yang sangat besar tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka. Ketiga makhluk yang berada di dalam kapal kecil itu panik, melihat hamparan air laut yang tiba-tiba naik ke atas. “Apa yang terjadi?!” teriak Zayn panik. “Sesuatu yang besar akan muncul! Morie ayo bantu aku untuk menyerang, dan Zayn pegangan yang erat!” seru Tauriel dengan lingkaran sihir berwarna putih yang sudah teracung ke depan. “Menyerang? Apa yang harus kita serang?!” tanya Morie panic. Raarrr Byuurr Cling Enam pasang mata mereka terbelalak, ketika merasakan hempasan gelombang air asin tersebut membasahi seluruh kapal. Mereka bertiga aman tidak terkena hempasan air laut itu karena Morie sigap membuat kubah pelindung. “Terima kasih Morie,” ujar Tauriel, yang diangguki kecil oleh perempuan bersurai hitam tersebut. Raarrr Mata Tauriel menajam. Dia terbang ke atas melihat siluet besar dari dasar laut.
Baca selengkapnya
69’ Cahaya dan Kegelapan pt.6
Setelah mengalami hal yang berat dan gelap, akhirnya matahari mulai keluar dari sarangnya. Membuat seluruh permukaan air asin ini terang, dan hangat. Morie, Zayn, dan Tauriel menganggukkan kepalanya mengerti, kemudian mulai bergerak keluar dari kapal es mereka.“Kita harus mengendap-ngendap, dan bersembunyi di suatu tempat,” ujar Tauriel pelan dengan pandangan yang menyelidik.Dia pun mulai berlari kecil, melangkah ke dekat semak-semak diikuti dengan kedua temannya yang lain. “Kau seperti mengenal tempat ini.”Tauriel mengangguk pelan, menjawab pertanyaan dari pria bersurai kuning di sampingnya. “Kita harus fokus, karena sebentar lagi para bajak laut itu pergi.”Tempat di daerah pesisir pantai itu sangatlah luas, banyak semak-semak dan pohon kelapa. Mirip dengan pulau pada umumnya.Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Tauriel sebelumnya, tempat para bajak laut itu seperti istana kayu yang megah. Istana megah itu
Baca selengkapnya
70’ Cahaya dan Kegelapan pt.7
KrietPintu besar ruangan harta itu terbuka. Zayn dan Tauriel terkejut, ketika melihat perempuan bersurai hitam yang biasa mereka panggil Morie itu membuka pintu tersebut secara tiba-tiba.“Apa yang kau lakukan?” tanya Tauriel bingung.“Jangan menghalangiku, jangan hanya karena kau seorang elf cahaya kau bisa menyuruhku seenaknya.”Tauriel mengernyitkan dahinya bingung mendengarkan ucapan dari Morie.“Bagus Morie, kau tidak boleh membiarkan elf cahaya itu mempengaruhimu. Kau harus lebih kuat dengan caramu sendiri, agar bisa melindungi Zayn.”Morie tersenyum kecil, mendengar suara di kepalanya. Dia tertawa kecil, membuat kedua temannya memandanginya bingung. “Kau tidak apa-apa?”“Tentu saja aku tidak apa-apa. Ayo kita langsung ke ruangan Kapten.”“Kau tahu di mana ruangannya?” tanya Zayn dengan kepala yang dia hadapkan pada Tauriel. Perempuan yang d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status