All Chapters of Hati yang Tersakiti: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
41. London Waktu Itu
Sepuluh Tahun LaluTeriakan penonton begitu memekakan telinga saat seorang DJ yang ternama itu naik ke atas panggung. Hentakan musik yang berdentum keras membuat mereka mulai mengangkat tangan ke udara sambil menggoyangkan tubuh.Ini bukan selera musiknya. Maka Gian memilih menyingkir dari kerumunan. Dia kembali ke tendanya dan duduk di kursi lipat. Dari kejauhan dia masih bisa melihat kemegahan panggung itu dengan kelip lampunya yang menawan serta lautan orang yang semakin menggila.Gian mengambil brosur di dekatnya, melihat line up keesokan harinya. Sudah dua hari dia berada di sini dengan beberapa temannya, sengaja menginap demi konser musim panas yang mereka tunggu-tunggu.Konser ini diadakan di lapangan besar di pedesaan. Sebuah camp ground khusus disediakan untuk para pengunjung yang menginap.Matanya kemudian memandang langit gelap yang dipenuhi taburan bintang. Semilir angin malam memberinya kesejukan di t
Read more
42. London Waktu Itu (2) - Keputusan
“Aku nggak akan kembali ke Indonesia,” Gian duduk di ruang tengah kediaman ibunya.“Tapi, ayahmu ada benarnya juga,” Nia, ibunya Gian, menarik kursi di hadapan putranya. Dia menatap wajah Gian yang berantakan. “Kau hidup terlunta-lunta di sini. Kalau kau ikut ayahmu, hidupmu akan jauh lebih baik. Lagi pula, Fiona membutuhkanmu. Dia tidak bisa mengurus bisnis keluarga itu sendirian. Atau setidaknya kau bisa menerima tawaran ayahmu untuk melanjutkan kuliah.”Gian menghela napas panjang. “Aku nggak ingin hidup bergantung pada orang lain, Bu. Jika ayah membiayai kehidupanku, pasti hidupku akan dikontrol olehnya.”Nia membenarkan posisi cardigan rajut abunya itu. Gerak-geriknya nampak sedikit gelisah. “Gian, selama ini ayahmu-lah yang membiayai hidupmu. Dia selalu mengirimkan uang dalam jumlah besar padaku. Kau tahu sendiri kan kehidupan John dan aku seperti apa? John bahkan berterima kasih karena ayahmu membiayai
Read more
43. London Waktu Itu (3) - Akhir Tragis
Plak!Sebuah tamparan keras tepat mengenai pipi kiri Gian. Namun rasa sakitnya yang menjalar tidak seberapa dengan rasa bersalah yang menghantui dirinya. Gian tertunduk lesu di depan ibunya Anna, Marlina. Wanita berambut ikal panjang itu kini sedang menatapnya dengan kilatan murka.“Gara-gara kau, aku hampir kehilangan Anna!” Jarinya yang kurus itu menuding ke arah Gian. “Sekarang dia terbaring koma! Mau tanggung jawab apa kamu, hah?!” Marlina mengguncang-gundang tubuh Gian.“Maafkan aku.” Tukas Gian lirih tanpa berusaha mengelak.“Maaf? Kata itu tidak ada gunanya sekarang! Kau telah menjerumuskannya ke dalam lembah hitam. Kaulah yang membuatnya keluar dari rumah, menjalani hidupnya dengan menyedihkan bersama pecundang seperti dirimu!”Di ujung selasar rumah sakit yang sepi, Marlina menumpahkan segala kekesalannya pada Gian. Lantas, dia menarik kerah baju Gian, menyeret tubuh anak muda itu mendekati d
Read more
44. Kisah Lama
“Let’s just call him G.” Anna memperlihatkan pergelangan kirinya. “Ini adalah tato inisial dari nama kami.”Kiara hanya manggut-manggut menanggapinya. Seraya menyesap teh yang disajikan Anna, dia mendengarkan kisah cinta masa lalu tetangga barunya itu.“Begitu tragis,” pikirnya dalam hati. “Dia bahkan harus kehilangan calon bayinya tanpa tahu kalau sedang mengandung.”Kemudian, Anna terdiam sejenak setelah dia bercerita tentang G yang pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal di hari itu, dia datang jauh-jauh dari Glasgow untuk bertemu dengan pacarnya. Kedua matanya yang biru menatap pinggiran mug tehnya.“Beberapa tahun kemudian, aku menikahi pria tua yang kaya raya, berharap segala kekayaannya bisa membuatku melupakan G. Aku tahu G datang diam-diam di hari pernikahanku. Aku berharap dia merusak pesta itu dan membawaku kawin lari bersamanya. Tapi dia tidak melakukanny
Read more
45. Aku Jessica
Raut wajah Ray berubah geram begitu dia membalik halaman majalah bisnis dan ekonomi yang dibacanya. Wajah kakaknya itu terpampang jelas di halaman berikutnya. “Alex Djaya, pengusaha muda penyelamat bisnis yang hampir bangkrut.” Ray membaca headline di artikel itu dengan nada mencibir. Hatinya semakin iri begitu dia lanjut membaca keseluruhan artikel itu yang membahas kesuksesaan Alex selama ini dalam mempertahankan bisnis Keluarga Djaya. Mata Ray lalu tertuju pada foto keluarga Alex yang ada di sudut atas artikel itu, menyiratkan bahwa kakaknya itu juga berhasil membangun keluarga yang harmonis. “Cih, seharusnya mereka mewawancaraiku!” batin Ray kesal. “Aku adalah CEO utama Sinar tekstil!” Ray mendengus kesal. Seharusnya dia merasa lega karena Alex berhasil menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut di bawah kepemimpinannya itu, tapi entah kenapa dia sepertinya malah suka kalau Sinar Tekstil bangkrut sekalian. Jadi, Alex
Read more
46. Undangan Pernikahan
Malam ini, Prita terbaring lesu di atas ranjang. Dia memijit pelipisnya berkali-kali. Seketika kepalanya pusing, mungkin dia kurang darah. Sementara itu di ruang makan Keluarga Djaya, kedua mertuanya, kakak iparnya, Alex serta Ray sedang menikmati makan malam.Sebenarnya dia merasa beruntung tidak enak badan karena bisa menghindar dari acara makan malam yang menyebalkan itu.“Apa dia memang selemah itu?” tanya Utami setelah menelan makanannya.“Dokter bilang dia kekurangan magnesium dan punya darah rendah,” terang Ray, menjelaskan kondisi Prita. “Tapi dokter sudah memberikannya beberapa vitamin kok. Jadi, Mama nggak usah khawatir.”“Bukannya gitu, Ray. Mama hanya nggak mau dia tiba-tiba nggak bisa menghadiri acara tujuh bulanan calon anak kalian.” Tukas Utami kemudian.Ray pun teringat perihal betapa kesalnya Prita soal acara tujuh bulanan anak mereka yang disabotase ibunya itu. Ray berdeham sebelum b
Read more
47. Perangkap
Alisa melemparkan tas tangannya ke atas meja lantas dia menghempaskan tubuhnya yang letih di atas sofa. Kini pandangannya beralih ke jendela apartemennya. Warna jingga menyeruak membelah pagi.Alisa menghela napasnya dengan berat. Pelanggan super VIP-nya itu sudah membuat mood-nya buruk. Dia tidak menyangka akan disiksa berkali-kali di atas ranjang.Pergelangan tangannya memerah serta punggungnya nyeri. Bokonganya berkali-kali dicambuk oleh pria itu. Namun semuanya sepadan. Uang ratusan juta telah masuk ke dalam rekeningnya dan bulan depan dia akan ikut pria itu dalam perjalanan bisnis ke luar negeri.Mata Alisa setengah terpejam. Lama kelamaan dia pun tertidur di atas sofa.Namun tak lama setelah itu, dia kembali terkesiap saat sebuah tangan menyapu pangkal pahanya. Matanya langsung membelalak begitu mendapati seorang pria yang tersenyum manis di depannya.“Raymond?” Kedua alis Alisa bertautan. Jantungnya sontak berdetak keras. &ld
Read more
48. Kecurigaan Prita
Tiba-tiba kedua mata Prita membelalak lebar. Dia lantas memiringkan tubuhnya dan mendapati Ray tidak berada di sampingnya. Prita langsung menyalakan lampu tidur yang ada di sebelah ranjangnya lalu menatap layar ponsel. Ternyata sudah lewat tengah malam.Dengan perasaan sedikit gelisah, Prita menghubungi ponsel suaminya itu. Namun teleponnya tidak dijawab. Dia berdecak kesal sambil bersandar di kepala ranjang.“Kemana dia?” pikirnya dalam hati. Seketika benaknya mulai dihantui oleh prasangka buruk. Terlintas di pikirannya bahwa Ray berselingkuh. “Tidak! Itu tidak mungkin.” Prita menggeleng cepat. “Sebentar lagi kami akan segera punya anak. Dia tidak mungkin melakukan itu.”Kemudian, Prita mengirim pesan pada Ray. Namun lagi-lagi, pesannya bahkan tidak dibaca. Prita menggeram kesal dan mulai menghubungi ponsel suaminya lagi. Setelah berkali-kali tak terjawab, akhirnya Prita melempar ponselnya ke atas kasur. Kedua tangannya menge
Read more
49. Kecurigaan Prita (2)
Mulut Nabila menganga lebar. “Jadi, kalian terpaksa mengundang Keluarga Djaya?”Gian mengedikkan bahunya. “Begitulah. Sebenarnya kami juga nggak sudi, tapi mereka adalah salah satu rekanan bisnis keluarga gue.” Gian lantas menyendokkan fetucini ke dalam mulutnya.Kali ini, Kiara, Nabila dan Gian menyempatkan untuk brunch sebentar di sebuah restoran Itali sebelum mereka kembali pada aktivitas masing-masing.“Ha, tapi itu bakalan jadi pukulan telak buat mantan suami lo, Ki.” Lanjut Nabila sambil mengunyah bruschetta. “Tapi gue rasa mereka nggak akan berani hadir. Nggak tahu malu banget kalau sampai ada salah satu anggota Keluarga Djaya yang dateng.”“Mudah-mudahan aja begitu,” Kiara mendesah panjang setelah menyeruput kopinya. Dia sendiri tidak bisa membayangkan jika Ray ada di tengah-tengah pernikahannya.“Lantas, udah sejauh apa persiapannya?” Tanya Nabila lagi dengan penasaran
Read more
50. Karma
Musik yang menghentak keras membuat semua orang yang ada di lantai dansa menggerakkan tubuh mereka. Sementara itu, Ray merangkul tubuh Alisa dari belakang. Kedua tangan Alisa bergerak bebas di udara sambil sesekali meliukkan tubuh seksinya.Ray menyesap wangi wanita itu, menciumi leher jenjang Alisa. Semua yang Alisa lakukan begitu membuatnya bergairah. Dia merasa seperti kembali muda, merasakan nikmatnya nafsu yang membara.Alisa mendesah manja. “Ray, geli ah.” Ucapnya, membelai dagu Ray. Pengaruh alkohol serta sentuhan tubuh mereka membuat gairah Alisa memuncak, apalagi sudah seminggu penuh mereka terpisah. Alisa membalikkan tubuhnya, merengkuh dan menciumi bibir Ray.Ray begitu menikmatinya sementara tangannya mulai membelai bokong Alisa yang padat. Seminggu tidak merasakan tubuh Alisa membuatnya begitu merana ditambah istrinya yang terus-terusan menaruh curiga padanya.Hah, semua itu membuatnya sangat tertekan!Sampai akhirnya kesem
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status