All Chapters of Istri Dadakan: Chapter 61 - Chapter 70
115 Chapters
61. Membuat Cemas
Dave tersentak mendengar suara Fabio. Namun buru-buru memasang wajah datar kala Fabio berjalan ke arahnya.  "Bisa saja lo kalau ngomong," ucap Dave santai. Tanpa banyak bertanya, Dave mengambil map yang di bawa Fabio dan langsung menandatangani kertas yang ada di map tersebut. "Oiya, hampir saja gua lupa. Alex balik dari luar negeri hari ini," ujar Fabio begitu Dave memberikan map yang telah ditanda tanganinya. "Benarkah? Kalau begitu gua harus kasih tahu Rachel sekarang juga," ujar Dave seraya mengambil ponselnya dengan cepat. Fabio hanya memperhatikan gerak-gerik Dave yang nampak gelisah saat mencoba menelepon Rachel. "Kenapa nggak di angkat-angkat teleponnya? Mana dia lagi sakit pula," gumam Dave sambil mengigit ujung kukunya. "Sakit?" Fabio mendadak tersentak mendengarnya. "Hmm. Badannya agak panas tadi pagi.
Read more
62. Mau Makan Apa?
Dave merasa risih dengan tatapan Rachel. Ia lantas mengalihkan perhatian dengan melihat ke jalan raya. "Kenapa malah ngeliatin saya begitu? Ayo, pilih mau makan dimana? Mumpung kita lagi lewat banyak resto nih." Mengikuti gerakan suaminya, Rachel lalu menengok ke sekelilingnya. Mobil yang mereka tumpangi itu sedang melintas di sekitar area tempat makan. Namun anehnya, tidak satupun rumah makan yang dapat mengugah napsu makan Rachel. "Mau makan seafood?" tawar Dave seraya menunjuk restoran seafood yang ada di depan persimpangan jalan. Rachel mengeleng pelan. Ia sedang tidak berselera menyantap makanan resto. "Aku nggak mau makan seafood, Dave. Pengen makan di rumah saja," tolak Rachel secara halus. Dave mendesah pelan, kemudian mengangguk paham. Ia lantas melajukan mobilnya dengan cepat menuju apartement mereka. Begitu sampai di dalam, Rac
Read more
63. Kabar Mengejutkan
Rachel melihat seorang lelaki berjas putih berdiri di sudut ranjang kamar Dave. Lelaki itu tersenyum ramah kepadanya.   "Selamat malam. Perkenalkan saya Vincent. Saya dokter pribadi yang biasa di panggil oleh keluarga Senkevich."   Rachel membalas datar senyuman dokter Vincent. Dahinya sedikit mengerut ketika bertatapan langsung dengan lelaki berkulit seputih susu yang memiliki wajah cerah seterang mentari dengan senyum merekah bagai sinar rembulan.    Rachel merasa baru pertama kali melihat dan mendengar namanya. Matanya berkelebat kala dirinya mendadak teringat akan cerita Dave tempo hari.    Dave pernah bercerita kalau ada salah satu sepupunya yang seorang dokter sudah kembali dari luar negeri. Sepupunya itu juga tidak dapat hadir di acara pernikahan mereka karena keberadaannya di luar negeri untuk urusan penting terkait pekerjaannya. Jika di hubungkan dengan cerita Dave, kemungkinan bes
Read more
64. Mogok Makan
Hati Dave serasa tercubit takkala melihat pemandangan dua orang berbeda jenis kelamin yang ada di hadapannya. Belum lagi senyum manis yang di tujukan Rachel saat memandang Vincent, menyiratkan kekaguman di wajahnya. Namun Dave tidak bisa berbuat apapun manakala ia ingat kedatangan Vincent ke apartemennya tidak lain karena panggilan darinya.    Setelah memastikan semua alat kedokteran yang di bawanya masuk semua ke dalam tas, Vincent kembali menegakkan pungungnya. Mengangguk singkat pada Rachel sembari tersenyum tipis.    "Mungkin kita baru pertama kali bertemu, tapi ke depannya Bu Rachel mungkin akan sering menemui saya. Kebetulan saya dokter spesialis kandungan. Jadi jangan bosan ya," ujarnya seraya berjalan ke pintu.   "Jangan terlalu percaya diri. Yang mau pakai lo lagi tuh siapa?—"   Dave berjalan mendekati Vincent.   "Sudah sana buruan pergi. Istri gua mau istrirah
Read more
65. Gara-Gara Pizza
"Harus diakui kalau saya lebih peduli padamu sekarang ini tidak lain karena kehamilanmu itu. Sebagai suamimu yang sah, saya ingin ada dan bertanggung jawab atas kalian. Apa menurutmu itu salah?"   Rachel menatap ke dalam manik grey mata Dave yang kini nampak sendu. Tatapan Dave yang terlihat tulus di matanya saat ini, seketika meluluhkan hati Rachel.    "Kamu mungkin tidak ingin hamil, tapi jangan pernah berpikir menggugurkannya. Saya tidak akan diam saja kalau kamu berani berbuat begitu."   Rachel seketika terbelalak.   "Yang mau menggugurkan bayi ini tuh siapa?" geram Rachel.   Dave mengejapkan mata berulang kali. Ia seketika sadar telah salah berucap pada istrinya.    "Kamu salah paham, Dave. Aku memang kaget setengah mati pas sepupu kamu bilang kalau aku hamil. Tapi sedikitpun aku nggak ada niatan—"   Rachel membuang muka se
Read more
66. Salah Sangka
Hangatnya matahari pagi, membangunkan Dave dari peraduaannya. Semangat yang mengairahkan harinya pagi ini, membuat Dave bersenandung kecil sejak dari bangun dari tempat tidur sampai selesai berpakaian rapi.   Suasana hati yang tengah bahagia nampak jelas di wajahnya yang secerah mentari. Senyumnya mengembang kala melihat Rachel begitu membuka pintu kamar.   "Eoh. Baru mau aku bangunkan. Sudah rapi dan wangi saja kamu," ujar Rachel saat melihat penampilan Dave yang menyegarkan mata.   Dave hanya tertawa kecil sambil mengusap rambutnya kala mendengar pujian kecil dari istrinya. Ia ingin mengajak Rachel bicara sedikit lama. Namun saat melihat Rachel nampak buru-buru berlalu dari hadapannya, Dave lebih memilih mengekor di belakang.   Rachel kini tengah sibuk meracik bahan makanan di dapur untuk sarapan mereka berdua.   "Bikin sarapan yang simpel aja, Hel. Inget kata dokter, kamu ngga
Read more
67. Kelemahan Wanita
Namun semua itu hanyalah angan Rachel yang sekelebat terlintas dalam benaknya. Nyatanya ia hanya memasang tampang sendu sambil mengusap perutnya yang masih rata. "Maaf, tapi sepertinya kita harus mengakhiri keributan ini. Saya hanya tidak ingin anak saya merasa tidak nyaman karena ibunya berdebat dengan sesama rekan kerjanya." "Anak? Anak siapa yang mbak maksud?" gumam Dewi nampak bingung. Dewi sontak menutup mulutnya saat menyadari maksud gerakan tangan Rachel.  "Mbak lagi hamil?" tanya Dewi memastikan. "Betul sekali." Rachel mengangguk. Melihat keterkejutan di wajah Dewi, ia pun mengulas senyum tipis. "Jadi menurut mbak apa saya masih bisa mencari perhatian dalam kondisi berbadan dua begini? Tidak, Mbak. Saya akan lebih memilih berada di sisi bapaknya anak ini," tutur Rachel dengan wajah penuh keyakinan. "Oh. J
Read more
68. Dilema Menghantui
Rachel seketika terdiam membisu. Ia tidak menyangka Alex akan berkata seperti itu. Sejenak ia meragu. Apakah mungkin anak yang di kandung ini bukan anaknya Dave, melainkan anaknya Alex.   Rachel mengeleng pelan. Menghapus keraguan dalam benaknya. Ia lebih yakin jika Dave-lah ayah dari anaknya.    "Tentu. Jangan asal bicara kamu, Lex. Kamu tidak mungkin ayahnya," kekeh Rachel sambil mengelus perutnya.   "Apanya yang tidak mungkin?—"   Alex mendadak tersenyum miring.   "Kau lupa atau pura-pura lupa kebersamaan kita sebulan yang lalu? Tidak mungkin bukan kamu melupakan kenangan bersejarah kita waktu itu?"   Rachel mendadak bungkam. Kenangan yang tidak ingin diingatnya dan telah terhapus dalam memorinya seketika kembali muncul.   "Kenangan? Kau tidak pantas menyebutkan kenangan. Bagiku kesalahan yang kita perbuat waktu itu bagaikan mimpi
Read more
69. Dua Kutub Yang Berlawanan
"Kamu bilang apa tadi?" Dave bukannya tidak mendengar perkataan Rachel, tapi ia hanya ingin memastikan pendengarannya salah dan tidak berfungsi saat ini. "Ceraikan aku secepatnya, Dave." Tak ada angin maupun hujan, tiba-tiba saja Rachel meminta cerai pada suaminya. Dave seketika mengernyitkan dahi, menatap Rachel bingung.  "Kamu bercanda ya? Ini nggak lucu, Hel." "Apa perkataanku ini terdengar gurauan bagimu?" Mendengar nada suara istrinya yang terdengar serius, Dave kini benar-benar yakin kalau istrinya sedang tidak bercanda. Otaknya seketika berpikir keras. Kesalahan apa yang telah diperbuatnya hingga Rachel tiba-tiba meminta cerai.  Melihat suaminya diam saja, Rachel kembali melanjutkan perkataannya. "Aku sudah memikirkan ini sejak lama. Kita seharusnya memang sudah berpisah dari beberapa bulan yang lalu
Read more
70. Mendadak Sakit Perut
Dave mengambil ponsel dari saku celananya. Menekan-nekan layar kemudian mendekatkan telepon ke telinga seperti tengah menghubungi seseorang.   Di lain tempat, seorang wanita tengah mengulas senyum manis saat melihat tamu yang datang.   "Pesanan atas nama Dewi," ujar pengantar paket sambil membaca tulisan stiker pada kotak yang ada di tangannya.   "Iya, saya Dewi."   Dewi yang sudah menunggu lama itu, lantas menyambar kotak makanan. Kemudian membawa masuk ke dalam rumah. Wajahnya terlihat sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan yang di belinya.    Tangan Dewi perlahan bergerak menyendokkan makanan sambil membuka mulutnya lebar-lebar. Ketika sendok sudah di depan mulutnya, tiba-tiba saja perutnya terasa mual. Seperti ingin memuntahkan sesuatu di dalam perutnya. Wanita itu lantas bangkit dari tempat duduknya.   Dan tepat saat itu ponselnya tiba- tiba berb
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status