Semua Bab Broken Vessel: Bab 121 - Bab 130
152 Bab
Chapter 120
"Bunuh mereka." Itulah yang dikomat-kamitkan oleh mulut Layla. Dia memberiku perintah untuk menghilangkan nyawa kedua orang yang berdiri di dekatnya.Tubuhku bergerak sendiri mengikuti perintahnya. Aura kegelapan meluap keluar dari tubuhku dan melapisi kedua kakiku sehingga membentuk sepasang sepatu boots berwarna hitam pekat. Kutarik kaki kananku ke belakang dan menerjang ke arah mereka secepat kilat.Kini aku berada tepat di balik punggung Kapten Giedrius. Nona Tabella yang melihatku tiba-tiba muncul di belakang Kapten langsung berteriak memperingati pria berambut biru malam itu. Namun, Kapten Giedrius terlambat menyadari kehadiranku.Kapten membalikkan badannya dan tersentak kaget saat melihatku. Dia pasti tidak menyangka akan melihatku lagi karena mengira aku telah tiada di dunia ini setelah terkena kekuatannya. Aku pun tidak tahu bagaimana aku dapat selamat dari 'Arte'-nya.Aura kegelapan yang melayang mengitariku langsung bergabung membentuk seekor
Baca selengkapnya
Chapter 121
Kuayunkan pedangku ke bawah dan memenggal kepala Nona Tabella. Kepalanya terpisah dari badannya dan menggelinding di lantai. Permukaan lantai yang berwarna putih kini berhiaskan warna merah.Seketika senjata tajam yang ada di genggaman tanganku menghilang setelah aku membunuh target terakhir. Tubuhku langsung ambruk dan terduduk di lantai. Kedua tanganku menopang badanku dengan menempel di permukaan lantai yang bersimbah darah.Tubuhku terasa lemas dan tidak dapat digerakkan. Bahkan untuk mempertahankan posisi ini sudah terasa berat bagiku. Fisik dan mentalku terkuras habis akibat pembantaian yang kulakukan tanpa keinginanku itu.Aku mengangkat kepalaku dan menatap Layla. "Layla ... kamu mengendalikan diriku?" tanyaku dengan suara kecil. Akhirnya suaraku dapat dikeluarkan setelah aku membisu selama beberapa menit."Ya, karena kalau aku tidak melakukannya, kamu tidak akan menjalankan permintaanku," jawab Layla dengan nada datar. Tatapan matanya menatapku d
Baca selengkapnya
Chapter 122
Kuayunkan kakiku untuk menghampiri Layla. Sepanjang jalan menuju tempatnya berdiri, jejak merah mengikuti langkah kakiku di lantai.Layla yang berdiri dengan jarak beberapa meter di depan mulai tertawa. "Hahaha. Kamu tidak akan mempercayai aku lagi? Memangnya kamu bisa membuang kepercayaanmu itu hanya dengan berkata begitu?" sindir Layla.Bibirku melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman miring. "Kenapa tidak? Ayo kita lihat apakah aku masih mempercayaimu atau tidak," balasku yang kini berjarak beberapa langkah darinya."Berhenti. Jangan mendekatiku," titah Layla kepadaku. Tak kugubris perintahnya dan terus melangkahkan kakiku ke arahnya.Sekilas dia melebarkan matanya karena aku tidak menuruti perintahnya, tetapi sedetik kemudian matanya kembali seperti biasa. Layla mulai meningkatkan kesiagaannya terhadapku.Kuhentikan kakinya saat aku berada tepat di hadapannya. Jarak antara tubuh kami hanya sejauh satu langkah saja.Kuangkat tangan ka
Baca selengkapnya
Chapter 123
Aku meraba pinggang belakangku dengan tangan kananku dan mencabut sesuatu yang menancap pada badanku. Begitu benda itu terlepas dari pinggangku, aku merasakan rasa sakit yang lebih menyakitkan dari sebelumnya dan kurasakan darahku merembes keluar dari luka itu.Kulihat benda yang baru saja kucaput dari pinggang belakangku, benda itu adalah sebuah belati. Belati tajam itu dilumuri oleh darah segarku.Kualihkan pandanganku ke arah Layla dan menggertakkan gigiku. "Kamu ..?!" geramku sambil menggenggam erat senjata tajam yang ada di tangan kananku."Aku tidak bisa menggunakan 'Arte'-ku kepadamu, itu berarti kamu sudah tidak mempercayaiku lagi, tapi kenapa kamu malah melindungiku dari serangan mereka? Kamu aneh, ya?" heran Layla sambil tersenyum sinis."Aku sudah melindungiku, tapi kamu malah menusukku seperti ini ... kamu membuatku menyesal karena sudah melindungimu. Seharusnya kubiarkan saja kamu diberondongi serangan 'boneka-bonekamu,' " sesalku sembari men
Baca selengkapnya
Chapter 124
Setelah terbang dan menghindari kejaran pasukan elit negara dan Custodia, akhirnya aku berhasil menjauh dari pusat Kota Centralis, Ibu Kota negara ini.Saat ini, aku sedang berada di bagian selatan luar Ibu Kota. Wilayah ini tidak semaju di bagian pusat kota. Tidak banyak gedung pencakar langit berdiri di wilayah ini, malahan tempat ini terlihat cukup kumuh.Aku berjalan dan melompati atap-atap bangunan yang ada di daerah ini karena jalanan di bawah dilalui oleh rakyat jelata. Aku tidak tahu apakah pikiran mereka juga telah dikendalikan oleh Layla atau tidak. Oleh karena itu, untuk berjaga-jaga aku akan menghindari mereka.Saat memperhatikan sekelilingku, mataku menangkap ada suatu penampakan di atas salah satu gedung kaca yang berada cukup jauh dariku. Penampakan itu terlihat menyerupai figur manusia yang berwarna serba hitam.Aku pun memutuskan untuk mendekat ke bangunan dimana aku melihat penampakan itu. Begitu aku sudah cukup dekat dengan mereka, baru
Baca selengkapnya
Chapter 125
Anggota Fylax yang kutemui di salah satu atap gedung membawaku ke sebuah bangunan kosong yang sepertinya sudah lama tidak digunakan.Bagian luar bangunan bertingkat 4 itu terlihat suram. Rerumputan yang ada di perkarangan bangunan itu begitu panjang karena tidak pernah dipotong. Lumut-lumut juga menempel di beberapa bagian dinding.Kami berjalan memasuki bangunan yang tampaknya merupakan bekas gedung kantor suatu perusahaan.Bagian dalam bangunan ini kosong melompong. Tak ada satu pun perabotan yang menghiasi ruangan ini. Tempat ini juga minim cahaya karena tidak ada lampu yang menyala, pencahayaan ruangan ini hanya bergantung pada sinar matahari yang masuk dari jendela.Aku dan anggota Fylax yang membawaku ke tempat ini melangkah semakin ke dalam bangunan ini. Selama kami berjalan, aku merasakan adanya kehadiran orang lain di dalam gedung terbengkalai ini.Jumlah mereka ada banyak, mungkin sekitar puluhan orang dan mereka tersebar di sepenjuru lan
Baca selengkapnya
Chapter 126
Bunyi serangan mereka masih berlanjut. Orang-orang yang menyerang perisaiku masih belum menyerah walau serangannya tidak berhasil. Kegigihan mereka membuatku tertawa kecil. 'Kegigihan? Itu lebih terlihat seperti keras kepala.'Tanpa aba-aba, kurasakan seseorang memegang pergelangan kakiku. Aku tersentak kaget dan langsung melihat ke bawah. Kulihat sebuah tangan manusia keluar dari lantai dan mencengkeram kakiku.Kutarik kakiku untuk melepaskan cengkeraman tangan itu dari pergelangan kakiku. 'Sial, ini pasti karena perisaiku tidak mencakup bawah tanah, makanya dia bisa menyerangku dari bawah.'Cengkeraman tangan itu terlepas dari kakiku. Aku melangkah mundur untuk menjauhinya hingga punggungku menyentuh dinding bagian dalam perisai bola ini.Orang yang menyerang dari bawah tanah itu mulai memanjat keluar dari lantai. Permukaan lantai dari tempatnya muncul menjadi pecah. Seluruh tubuh anggota Fylax itu telah keluar dari lantai. Dia menggenggam erat sebuah b
Baca selengkapnya
Chapter 127
Aku menyilangkan tanganku di dada. "Mereka yang memulainya duluan," balasku menyalahkan bawahannya.Seseorang berjubah hitam bangkit dari sikap berlututnya dan hendak menghampiriku. "Sialan kamu ...!" geram salah seorang anggota Fylax. Suara bisikan dari orang-orang yang ada di sekitar mengiringi geramannya.Pemimpin mereka mengangkat tangan kanannya sehingga tempat ini menjadi hening seketika. Orang itu pun mengurungkan niatnya dan kembali berlutut di lantai.Setelah situasi kembali tenang, pemimpin Fylax menurunkan tangannya dan melangkahkan kakinya menghampiriku."Trystan, terima kasih karena sudah datang ke sini. Aku akan langsung ke intinya saja, aku mau mengajakmu untuk kembali ke Fylax," ujarnya sambil berjalan ke arahku.Hening. Tidak ada yang berkata apa-apa setelah mendengarnya ingin mengajakku untuk kembali ke organisasi anti-pemerintah itu. Kupikir bawahannya akan memprotes atasannya yang ingin merekrutku.Selain itu, aku sendiri
Baca selengkapnya
Chapter 128
Dia memunculkan sebilah pedang yang terbuat dari api lalu mengarahkannya ke mukaku. Kurasakan hawa panas yang memancar dari pedang itu menyentuh kulit wajahku. Rasanya mukaku seakan-akan terbakar walau tidak bersentuhan dengan pedang api itu."Kamu harus memberi tahu semua yang kamu ketahui tentang Quattor. Karena kamu sudah mendedikasi hidupmu pada mereka sejak mereka menangkapmu 13 tahun yang lalu, kamu pasti tahu rahasia mereka yang tidak diketahui oleh orang luar," ujarnya.Dia masih mengarahkan senjatanya yang menyala-nyala ke mukaku. Aku tidak dapat menggerakkan kepalaku karena jika aku menggerakkannya sedikit saja, api itu akan mengenai mukaku dan membakarku hidup-hidup."Baiklah, sekarang singkirkan pedangmu dari mukaku," balasku. Walaupun baru kurang dari semenit dia mengarahkan pedangnya ke mukaku, keringatku mulai bercucuran membasahi wajahku akibat terpapar hawa panas dari pedang apinya.Pedang yang terbuat dari api itu langsung lenyap dari de
Baca selengkapnya
Chapter 129
Aku menyindir Layla yang tidak hadir di sini. "Mungkin supaya dia menjadi orang yang paling berkuasa di negara ini."Pemimpin Fylax menganggukkan kepalanya menyetujui perkataanku. "Kedengarannya itu masuk akal. Mungkin dia sengaja menyingkirkan mereka supaya tidak ada lagi orang yang memiliki kekuasaan setara dengannya di negara ini."Entah kenapa perbincangan kami terdengar seperti menteri yang membahas tentang permasalahan negara, padahal kami adalah orang-orang yang dianggap sebagai teroris karena melawan pemerintah.Bibirku melengkung naik membentuk sebuah senyuman sinis. 'Ironis sekali, kelompok orang yang dicap sebagai teroris adalah orang-orang yang memperjuangkan kebenaran, sedangkan pemerintah yang dipuja-puja oleh rakyat merupakan penjahat yang sebenarnya.'Selama hampir satu jam kami membahas mengenai kondisi pemerintahan saat ini dan merancangkan rencana penyerangan terhadap satu-satunya orang yang paling berkuasa di negara saat ini, Layla.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status