All Chapters of After 30: Chapter 61 - Chapter 70
90 Chapters
61. Gombal.
"Lia, makan dulu, yuk." Anita berusaha membangunkan Lia yang masih tertidur."Bubur ayamnya sudah datang, mumpung masih anget loh," lanjut Anita."Hmm, aku malas makan, Nit," jawab Lia dengan malas. Dia hanya ingin tidur dan beristirahat."Makan dulu lah, dari pagi belum makan loh, ntar nggak sembuh-sembuh.""Biar lah, nggak sembuh juga nggak apa-apa, biar bisa ketemu Ibu…" desis Lia. Entah bisikan apa yang merasuki Lia sehingga dia bicara ngelantur seperti itu. Lia terlihat lesu dan tak punya semangat."Amalia Hapsari!" teriak Anita marah. "Jaga bicaramu ya! kamu mau aku pukul pakai sapu! cepat bangun dan makan!"Anita menarik tangan Lia dengan keras dan membuat Lia dengan terpaksa terbangun dari tidurannya."Buka mulutmu!" titah Anita sambil menyuapkan sesendok bubur ke mulut Lia.Dengan malas, Lia membuka mulutnya dan menelan bubur yang disuapkan Anita."Sudah, Nit," Lia berusaha menepis suapan ke dua, namun Anita tak menggubrisnya. Dia tetap memaksakan sendok berisi bubur itu agar
Read more
62. Godaan 1
"Lia…" Revan mengetuk pintu rumah Lia. "Baru jam delapan malam, apa mungkin dia sudah tidur?" ucap Revan bermonolog ketika pintu yang dia ketuk tak kunjung dibuka. Namun tak lama kemudian, pintu rumah Lia pun dibuka, dan muncullah Lia yang hanya mengenakan gaun tidur yang dipadukan dengan sweater. "Ada apa Pak Revan ke sini?" tanya Lia kebingungan. "Saya tadi telepon Anita, katanya dia nggak nginep di sini. Jadi kamu sendirian?" Revan masih berdiri di ambang pintu, dia tak berani masuk mengingat waktu sudah malam dan Lia tinggal di rumah ini sendirian. Revan takut jika warga sekitar tak suka dan membuat Lia kesusahan nantinya. "Iya, Saya yang suruh dia pulang buat istirahat." Lia menarik sweater nya agar menutupi bagian dadanya yang sedikit terbuka. Apalagi Lia sudah melepas bra nya tadi, karena memang Lia tak pernah tidur menggunakan bra. "Tapi kamu kan masih sakit, kalau ada apa-apa tengah malam bagaimana?" Omel Revan. "Aku sudah sembuh kok, lihat jalan ku sudah nggak bungkuk
Read more
63. Godaan 2.
Lia terbangun saat cahaya matahari menusuk kelopak matanya yang masih terpejam. Dengan senyum cerah, Lia merenggangkan tangannya, mengendurkan otot-ototnya yang kaku.Dia merasa sangat segar pagi ini. Perutnya tak terasa sakit, tidurnya pun nyenyak tak seperti biasanya yang sering terbangun di malam hari."Kenapa ya? bisa nyenyak sekali tidurku? mungkin karena kasurnya empuk?" gumam Lia bermonolog.Lia melihat sekitarnya, dia tidak melihat Revan, di mana kekasihnya yang bawel itu? Byur!Lia terdiam saat mendengar suara berisik air dari luar, dengan segera dia beranjak dan tak lupa menyambar sweaternya, kemudian berjalan keluar dari kamar mewah itu.Saat sudah sampai di luar kamar, Lia langsung tahu asal suara berisik barusan, ternyata Revan sedang asyik berenang di kolam renang yang berada tepat di depan kamar yang dia tempati semalam. .Revan menghentikan aktivitasnya saat melihat Lia sedang berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan dirinya. Dia tersenyum lalu berenang ke arah si
Read more
64. Merasa bersalah.
Lia menuju kamarnya dan mengambil tas jinjing yang semalam di bawa Revan. Dia mulai mencari-cari baju apa yang bisa dia pakai untuk berenang.Ya, Lia sebenarnya sangat ingin berenang tapi dia malu pada Revan."Berenang nggak ya?" gumamnya sambil memandangi kaos ketat tak berlengan yang dia temukan di dalam tas nya. Kriing! Lia terkejut karena tiba-tiba teleponnya berdering. Buru-buru dia mencari asal suara itu dan akhirnya menemukannya di meja bulat yang ada di tengah kamarnya. "Anita?" Lirih Lia saat membaca nama sahabatnya muncul di layar ponselnya. "Halo?""Halo! Kamu di mana, Lia!" Seru Anita dari seberang. "Aku… aku… di…" Lia terbata, dia bingung harus menjawab apa. "Aku di rumah kamu, dan pintunya terkunci. Kamu ada di mana? Jangan bilang kamu tidur di rumah Pak Revan!""Ee.. ini, di… villa…""Amalia!" Teriak Anita setengah emosi. "Kamu nggak dengerin ucapanku!" sambungnya kesal. "Soalnya semalam…""Di apain kamu sama dia! Kamu nggak macam-macam, kan? Kalian nggak tidur
Read more
65. Hati-hati.
"Pagi…"Lia menoleh untuk melihat siapa yang menyapanya pagi-pagi. "Pak Tristan," Lia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sebenarnya Lia merasa malu bertemu Tristan, karena Tristan sudah mengetahui hubungannya dengan Revan dan Tristan pun mengetahui status Revan. Tristan berjalan persis di sebelah Lia. Mereka hanya diam sambil berjalan melewati lorong panjang yang menghubungkan area parkir dan ruang perkantoran. "Mmm… kamu sudah baikan?" Tanya Tristan, dia berusaha menghilangkan aura canggung di antara mereka berdua. "Sudah, Pak. Terima kasih atas bantuannya kemarin," jawab Lia sopan. Dia masih menunduk dan tak berani menatap mata Tristan. "Mmm… Saya… Kamu tidak usah khawatir. Saya bukan orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain…" Tristan menatap Lia, menunggu reaksinya. Namun Lia masih menunduk dan tak mau menatapnya. "Saya cuma terkejut," Tristan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Revan yang Saya kenal berbeda sekali dengan Revan yang sekaran
Read more
66. Datang...
Lia meregangkan otot-otot nya yang sedikit kaku. Sedari pagi, dia sudah berjibaku dengan pekerjaan yang menggunung karena dia bolos bekerja kemarin. Novi bilang, pekerjaannya bertambah banyak karena Lia tak masuk, namun kenyataannya tak ada satupun tugas-tugas Lia yang diselesaikan oleh Novi. Semuanya masih sama seperti saat Lia tinggalkan kemarin. Lia sadar betul, dan dia tak menyalahkan Novi. Karena Novi memang tak bisa diberi tanggung jawab. Lia bangkit dari duduknya, hendak menuju pantry untuk membuat kopi. Dia butuh asupan semangat dari wangi kopi. "Mau ke mana?" Tanya Novi ketus. "Pantry, kenapa?""Kirain mau pacaran!" Jawab Novi sambil mencibir. Lia mengerutkan alisnya sambil menggeleng pelan. Tak berniat melanjutkan perdebatan, Lia memilih segera pergi untuk membuat kopi. "Eh, Lia. Mau kemana?""Pak Tristan? Dari mana?" Bukannya menjawab pertanyaan Tristan, Lia malah balik bertanya. "Hmmm.. Ditanya, malah balik nanya!"Lia tersenyum di kulum, "Saya mau ke pantry, bikin
Read more
67. Percaya aku, Lia.
"Revan, sayang!"Revan, Tristan dan Lia, sontak menoleh saat mendengar suara merdu seorang wanita memanggil Revan. "Asti… " Gumam Revan yang tampak terkejut. Lia tersentak saat mendengar ucapan Revan. Jantungnya berdebar kencang saat menatap wanita yang sedang berjalan perlahan ke arahnya. Asti benar-benar sangat cantik, kulitnya putih seperti susu, wajahnya mulus dan glowing seperti artis-artis korea. Bukan hanya kulit wajahnya yang menawan, hidungnya pun menjulang sempurna dan bibirnya penuh berisi dan sangat seksi. Dan dari seluruh kesempurnaan itu, tubuh langsingnya yang bagaikan gitar spanyol melengkapi semuanya. Dengan rambut lurus selembut sutra sepanjang baju, dan dada serta pantat yang menonjol sempurna, bagaimana mungkin Revan tidak mencintainya? Seketika Lia merasa insecure, dia jika dibandingkan Asti -istri Revan- bagaikan langit dan bumi. Bagaikan burung merak dan burung gagak. Lia sungguh tak bisa dibandingkan dengan Asti, sudah pasti kalah telak! "Hai… perkenalka
Read more
68. Saling Ancam.
'Siang ini, aku nggak bisa temani makan. Ada urusan dengan Asti.''Makan yang banyak, ya.'Lia hanya bisa mendesah saat membaca chat dari Revan. Tentu saja Revan akan makan siang dengan Asti, kan dia istrinya. Lia tersenyum kecut bersamaan dengan rasa sakit yang tiba-tiba terasa di hatinya. Dari awal, Lia memang sudah tau jika Revan memiliki istri terlepas dari hubungan mereka baik atau tidak, Lia pun tau konsekuensinya, namun ternyata, Lia tak pernah tau jika rasa sakitnya akan seperti ini. "Kamu nggak bawa bekal, Li?" tanya Mita sambil membuka bekal makan siangnya karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 12 lewat 15 menit. "Nggak, Mit. Suka terbuang kalau masak. Mending beli aja," jawab Lia sambil mengambil dompet dari dalam tasnya. "Iya ya, mau masak juga buat siapa ya?" ucap Mita sambil tersenyum kecut memaklumi keadaan Lia. "Mau makan di mana?" tanya Rita ikut menimpali. "Dekat dekat sini aja, aku duluan ya," Pamit Lia sambil membuka pintu ruang Admin tepat sekali den
Read more
69. Ternyata Asti dan...
"Hai!" Asti menoleh dan menatap lelaki yang baru saja datang dengan mengendarai mobil suv berwarna putih. "Finally! Gue lama banget nungguin, Lo!" Kesal Asti sambil berjalan dan masuk ke dalam mobil lalu duduk di kursi penumpang yang berada di sebelah kursi kemudi. "Sorry… gue kira Lo bakal maksi sama suami, Lo. Si Revan. Oiya, gimana reaksi dia saat Lo bilang Lo tau hubungannya dengan Lia? Gue penasaran?""Ck! Nanti ah ngobrolnya! Gue bete! Panas banget tau nggak sih!" Kesal Asti. "Okey…" Si lelaki menurut dan mulai menjalankan mobilnya. Dia tersenyum smirk membayangkan wajahnya Revan. Dan Lia? bagaimana dia? Dia pasti kalang kabut tak karuan karena tau Revan sudah beristri. Ivan terkekeh, ya, lelaki itu adalah Ivan. Dulu saat bertemu Revan di warung sate buntel, Ivan memang merasa tak asing dengan wajah Revan. Dia seperti pernah melihatnya sebelumnya tapi dia lupa. Dan saat dia pergi ke Bandung untuk bertemu dengan Asti, dan bercengkrama di rumah wanita kaya raya itu, Ivan
Read more
70. Menenangkan Diri.
Lia memasuki ruang klaim yang memang selalu sepi, karena penghuninya hanya dua orang saja, dan Pak Anhar -partner kerja Anita- selalu dapat tugas di luar kantor, sehingga Anita sering sendirian di ruangan itu. "Sini, Li!" Panggil Anita yang tengah sibuk dengan mesin printer nya. Lia mendekat dan duduk di dekat Anita, kemudian dia terdiam cukup lama sampai Anita yang memulai percakapan terlebih dahulu. "Kamu tau nggak, kenapa tiba-tiba istrinya Pak Revan datang ke sini?" Tanya Anita lirih, dia tak mau oercakapannya dengan Lia sampai di dengar orang di luaran sana, apalagi jika itu telinga Novi, bisa bahaya nanti. Lia hanya menggelengkan kepalanya. "Katanya mereka nggak akur? Mau cerai? Kok istrinya bisa datang, sih?" Kesal Anita. Memang sejak Anita tahu status Revan, dia langsung tak menyetujui kedekatan sahabatnya dengan atasannya itu, namun jika Lia dihadapkan dengan keadaan begini, tentu saja Anita akan melindungi sahabatnya itu. "Aku juga bingung, Nit. Aku merasa, hubungan Pa
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status