All Chapters of PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS : Chapter 21 - Chapter 30
199 Chapters
Chapter 21
Keesokan harinya. Pagi-pagi Nyonya Sandra dan Aletta memasuki ruangan tempat Fajar dirawat, Aditya mengusap wajahnya yang terasa kering, sangat aneh melihat dua perempuan di depannya saling berbicara dengan akrab. "pagi Nak, ayo cuci muka dulu, sarapan dulu, terus pulang, mandi, kerja" ucap Aletta pada putra semata wayangnya itu. "kalau kecapean, kamu bisa istirahat dulu, nanti Ibu yang akan mewakili di kantor" sahut Nyonya Sandra, dengan suaranya yang lembut, terdengar tulus tetapi bagi Adit itu sesuatu hal yang aneh, dia merasa tidak nyaman serta asing. Tetapi dia tidak mau membahasnya, saat melihat ibunya tersenyum dia sangat bahagia. "ayo cepat cuci muka dulu, ibu eh bibi beliin sarapan kesukaanmu" ucap Aletta s
Read more
Chapter 22
Hari ini Aditya memasuki Kantor dan hanya menandatangani dokumen, keadaan kantor sangat tenang, semua diurus oleh kedua paman dan kedua tetua yaitu Tuan Weber dan Tuan Abraham."Paman Yosef, aku keluar dulu, dokumen sudah diurus dengan baik" ucap Aditya."mau kemana Tuan Muda? hari sudah sore" tanya paman Yosef."menenangkan pikiran, tolong jangan mengikutiku, aku ingin sendirian" ucap Aditya lalu pergi tanpa berkata-kata lagi.Bukan Paman Yosef namanya jika tidak waspada, dia tetap seperti biasa selalu menyuruh dua penjaga mengikuti Tuan Mudanya itu.Aditya keluar dari kantornya dengan mengendarai motor gedenya sendirian, dia
Read more
Chapter 23
"kenapa kamu ada disini? apa aku sedang bermimpi?" tanya Catrina sambil menunjuk hidung mancung Aditya."kenapa kamu diam saja hey, apa kamu bisu? kamu selalu cuek? kenapa kamu tidak pernah mau memandangku? hey apakah aku sejelek itu? lihatlah tubuhku bagus begini" tanya Catrina lagi sambil berdiri tegak dari duduknya kemudian membuka jaket yang menutupi dadanya.Aditya kembali menutupi tubuh Catrina. Dia merasa bingung harus berbuat apa, Catrina mulai meracau kembali, kata-katanya sangat banyak, tubuh dan tangannya terus saja meraba-raba, menyentuh, memegangi, hingga berani memeluk tubuh Aditya berkali-kali, Catrina seperti mendapatkan mainan kesukaannya dia tidak mau melepaskannya."sudahlah, kemana kamu pulang? aku antar pulang yuk?" tanya Aditya.
Read more
Chapter 24
Hari sudah malam dan Aditya pun tertidur di sofa ruang tamu penthouse miliknya. Catrina juga begitu nyenyak sehingga dia tidak sadar jika tidur di rumah orang asing. •••••••• Keesokan harinya, Aditya sudah bangun pagi-pagi sekali, dia menyiapkan sarapan dan kopi untuk dirinya sendiri, sementara Catrina tidak berani keluar dari kamar.Tok, Tok, Tok."Cat, bangun sudah siang, aku harus pergi bekerja!" seru Aditya dari dalam kamar.Catrina tidak berani menjawab, dia terlihat merasa begitu malu, apalagi semalam sudah berbuat demikian pada Aditya.
Read more
Chapter. 25
kring ….Kring ….Kring …Telepon penthouse berbunyi, Aditya kebingungan dan bertanya-tanya siapa yang menghubunginya, dia keluar dari kamarnya, sedangkan Catrina terlihat sedang membersihkan meja makan bekas mereka berdua sarapan.Aditya mencari asal suara telepon yang berdering begitu nyaring tersebut, Penthouse itu memang sangat luas dan baru satu malam dia tinggali, itu pun terpaksa karena Catrina mabuk, seharusnya dia pulang menemani ibunya di rumah sakit."disebelah mana teleponnya yah?" gumam Aditya."nyari apa?" teriak Catrina."telepon" jawab Aditya.
Read more
Chapter. 26
Aditya dan Catrina keluar dari penthouse miliknya bersamaan, Saat sudah berada di lobi apartemen, Catrina tidak berani keluar bersamaan dengan Aditya, sedangkan Aditya langsung keluar lalu menaiki kendaraan yang sudah menunggunya dan meninggalkan Catrina disana, setelah dirasa aman, tidak ada yang mengenalnya, Catrina barulah keluar apartemen, lalu menaiki taksi menuju rumah sakit tempatnya bekerja.Aditya sampai di kantornya, terlihat Tuan Calvin dan Tuan Indra Buana sedang menunggunya di lobi perusahaan tersebut, saat Aditya datang kedua orang tersebut menyambutnya."Selamat pagi Tuan muda, jika anda tidak sibuk, maukah anda sarapan bersama kami?" tanya Tuan Indra Buana.Aditya menghentikan langkahnya, "oh selamat siang, ini sudah siang, saya sudah sarapa
Read more
Chapter. 27
"jika anda tidak keberatan, sepertinya kita harus sering-sering berbincang seperti hari ini, jika anda berkenan juga, anda bisa ikut dengan kami ke club malam milik Tuan Calvin, cobalah datang kesana, agar terasa fresh" ajak Tuan Indra."iya betul, datang yah ke club milikku" sahut Calvin."terima kasih Tuan-tuan, mungkin setelah urusan pekerjaan Ayahku selesai, aku akan merayakannya di club milik anda tuan Calvin" jawab Aditya.Disaat mereka bertiga asyik berbincang, terlihat Paman Yosef mendekat dan membisikan sesuatu pada Aditya. Aditya hanya mengangguk."maaf Tuan-tuan sepertinya sangat disayangkan, pertemuan kita tidak bisa dilanjutkan karena saya harus segera pergi" ucap Aditya.
Read more
Chapter. 28
"Tentu saja tidak, untuk apa saya menjebak anda? Nona Catrina memang tinggal di hotel itu" jawab Dion, "baiklah jika anda tidak mau, biar saya yang antarkan" ucapnya lagi, kemudian mulai mencoba memapah tubuh Catrina."oh tidak perlu, biar aku saja" cegah Aditya, kemudian dia meraih tubuh Catrina, lalu memapahnya menuju hotel yang berjarak dua blok saja dari bar itu, atau hanya terhalang dua gedung dari bar tersebut.Meskipun ragu, Aditya mencoba membawa tubuh Catrina yang berjalan sempoyongan, dia sangat mabuk berat, tidak lama kemudian Aditya memasuki hotel, atau lebih tepatnya motel, dia langsung masuk saja dengan kepala ditutupi oleh hoodie yang dia kenakan, baginya sangat aneh memasuki motel bersama perempuan di malam hari.Aditya mencari kamar yang di
Read more
Chapter. 29
Catrin keluar dari ruangan pasien dengan perasaan bersalah dan terus memaki dirinya sendiri yang sudah tidak profesional. Sedangkan Aditya juga merasa bersalah saat sikap Catrina telah berubah dingin padanya, seolah mereka tidak saling mengenali satu sama lain.Seperti biasa, siang harinya Aditya berangkat ke perusahaan mikik ayahnya, saat dirinya sampai di lobi, dia melihat para pekerja kebersihan begitu sangat menghormatinya."selamat siang Tuan muda? maaf mengganggu, bagaimana keadaan Tuan pemimpin?" tanya seseorang pekerja kebersihan di lobi tersebut.Aditya heran, "kenapa pegawai rendahan seperti ini berani bertanya tentang ayahku? apa ayahku seakrab itu dengan mereka? oh tidak mungkin, mana mungkin orang arogan yang bahkan putranya sendiri saja dia us
Read more
Chapter. 30
"Tuan besar juga bantu istri saya operasi sesar, tuan muda, saat itu gaji saya tidak cukup untuk membayar operasi tersebut, dia tiba-tiba datang ke toilet tempat saya bekerja dan memberi saya amplop untuk biaya operasi istri, sungguh kami para pekerja jelata sangat mengagumi beliau, untuk itu saat tahu beliau terkena musibah, kami sungguh prihatin, ikut bersedih, kami hanya bisa mendoakan beliau" ucap bapak petugas kebersihan itu lagi, terlihat ada linangan air mata yang jatuh di pipinya.Aditya ikut terharu, dia sekarang semakin bingung, "orang lain demi kamu hingga meneteskan air mata, sungguh aku tidak tahu sifat kamu sebenarnya tua bangka, aku tidak mengenalmu, kamu begitu baik dimata orang lain tapi di mataku kini kamu samar, aku juga jadi bingung, aku takut salah, karena sudah begitu membenciku, siapa kamu sebenarnya Tua bangka?" tanya Aditya dalam hati, dia terus mendesah, perasa
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status