Semua Bab Pria Tua Kesayangan: Bab 31 - Bab 40
134 Bab
Bab 31
Ibu segera pergi dari kamar setelah menyuruhku untuk lekas istirahat dan tidak terlalu memikirkan rencana ayah besok malam. Ibu sendiri yang akan bilang untuk membujuk ayah agar menunda pertemuan itu. Sebelum tidur ada pesan masuk dari nomor baru. Siapakah malam-malam begini berkirim pesan? Kubuka pesannya dan seketika aku tersenyum-senyum sendiri. Rasa kesal dan sebal disebabkan ulah ayah seakan sirna. Setidaknya ini awal yang baik melepas hari ini dan tenggelam dalam lautan mimpi. Dan sebuah awal yang baik untuk mengawali lembaran baru besok pagi setelah episode tak mengenakkan sebelumnya. Ternyata, pesan itu datang dari gadis yang tadi pagi sempat membuatku kikuk dan gugup. “Maaf mengganggu Bapak malam-malam. Pak Komisaris memberikan nomor Bapak ke saya. Dan Ini nomor saya mohon di-save untuk kemudahan komunikasi kita kedepannya. Shopia.” Sesederhana itu namun rasanya sungguh berbeda. Seperti rasa yang pernah kurasakan dengan Renata namun dalam be
Baca selengkapnya
Bab 32
Aku kembali menghambur ke teman-teman kantor yang asyik mengobrol. Belum genap semenit satu orang menagkap sikapku yang tidak biasa.“Pak David? Are you okay?” Pertanyaan salah satu karyawan mengagetkanku.“Ya.. ya.. I`m fine. It`s totally fine. Don’t worry.” Aku mencoba meyakinkan mereka kalau situasinya setidak apa-apa itu. Tapi belum genap aku melanjutkan hape yang saat itu kutaruh di atas meja memekik. Dari layar keluar satu nama yang tak lain dan tak bukan adalah nama ibu. Ibu menelepon lagi setelah tadi kututup paksa. Mendengar dering telepon yang semua bisa mendengarnya semua pandangan menuju ke arahku. Andrew yang duduk di sebelahku menangkap sesuatu setelah mengetahui ternyata ibuku yang menelepon.“Jika itu penting sekali, tidak apa-apa Bapak duluan saja. Kami tidak apa-apa di sini.” Saran Andrew. Yang lain menyepakati dan mendorong agar aku tidak berlarut-larut dalam ketidaknyamanan ini.
Baca selengkapnya
Bab 33
“Maaf kak, jadi ngagetin,” ujar Maria.  “Iya, gak apa-apa,” aku hanya membalas singkat. “Boleh aku duduk di tempat yang kelihatannya sangat nyaman ini?” Ia meminta izin. “Iya,” jawabku masih singkat dan dingin. “Sepertinya kakak tidak menghendaki perjodohan ini,” ia langsung to the point. Aku belum siap dengan jawaban itu. Segera kualihkan ke pembahasan lain. “Oya, kenapa kamu kesini? Bukannya di dalam sedang membahas hal penting.” “Ibu kakak yang menyuruhku menemani kakak. Barangkali kakak butuh ditemani.” “Tidak. Aku sedang ingin sendiri. Kamu kalau mau masuk lagi juga gak apa-apa,” jawabanku makin ketus. Ia tidak menyerah. “Gak ah. Enakan disini. Biar.. saling akrab dan mencoba mengenal lebih dekat. Bukankah sebentar lagi kita akan…” Belum genap melanjutkan aku segera memotong. “Akan apa? Kamu serius ya dengan perjodohan ini? Kamu mau saja dijodohin? Kamu memang tahu aku pria baik-baik?
Baca selengkapnya
Bab 34
Ayah benar-benar membawaku pada situasi hati serumit ini. Tapi cepat atau lambat aku harus katakan sejujurnya. Meski itu pahit dan meluaki dan meskipun aku akan dibenci, dicaci atau dihindari. Aku tak peduli jika ini sudah menyangkut hati dan prinsip. Hanya tinggal waktu baiknya untuk katakan sejujurnya.Tapi setelah kupertimbangkan kembali rasanya aku perlu menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.Aku tak begitu menggubris sindirian mereka. Aku izin masuk duluan karena sudah terlalu lama di luar meski alasan sesungguhnya adalah menghindari mereka.Tak beberapa lama kemudian kami kembali ke dalam. Kali ini kami melanjutkan obrolan di ruang tengah karena sudah selesai makan-makan.“Bapak lihat kalian sudah semakin dekat ya. Semoga kalian cocoklah dan disegerakan.”Pak Herman membuka obrolan itu dengan mengatakan sesuai perspektifnya saja tanpa melihat dari sudut pandang kami.“Iya benar. Semakin akrab. Tidak salah nih
Baca selengkapnya
Bab 35
Ini bukan zaman Siti Nurbaya yang sarat akan perjodohan. Ini zaman sudah modern dan tidak semetisnya disamakan dengan zaman dahulu. Soal cinta adalah urusan hati dan tidak bisa dipaksakan. Aku tidak bisa membayangkan hidup berdua tanpa cinta di hati. Bagaimana bisa para orang tua yang menjodohkan anaknya tanpa mempertimbangkan perasaan keduanya? Dan bagaimana bisa mereka tetap mempertahankan egonya tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada anak-anaknya?Sekali lagi ini bukan zaman dulu yang bisa seenaknya menjodohkan anaknya dan anaknya harus mau. Zaman sudah berubah. Pola pikir dan perilaku manusia pun berubah. Dalam hal apapun khususnya jodoh. Biarlah anak memilih siapa jodoh terbaiknya dan orang tua cukup mendoakannya saja jika tidak mau mendukungnya.Tidak perlu dipaksa dan memang tidak semetisnya terjadi pemaksaan dalam urusan jodoh ini. Banyak kasus terjadi di luaran sana. Terpaksa menerima perjodohan tapi berujung kandas karena terjadi ketidak cocokan. Memang ad
Baca selengkapnya
Bab 36
Di dalam ruangan kerjaku dimana kebetulan Sheily ada di dalam saat mengantarkan berkas yang harus kutandatangani, aku dah Sheily berbincang ringan.“Bapak terlihat sangat gugup saat bertemu Bu Shopia barusan. Seperti tidak sewajarnya gitu.”“Maksudnya Sheil?”“Maaf jika lancang bertanya Pak. Bukankah selama ini kepada client atau partner kerja yang lain bapak selalu tampil profesional dan tidak segugup itu?”“Memang tadi aku tidak profesional dan segugup itu Sheil?”“Jika sempat kurekam dan dibolehkan tentu itu jawaban yang tepat untuk pertanyaan Bapak.”Pertanyaan Sheily sepagi ini membuatku sadar kalau aku bertingkah tidak sewajarnya. Memang cinta bisa mengubah apapun menjadi apapun yang lainnya. Benci menjadi suka, panas menjadi dingin, pahit menjadi manis, susah menjadi mudah dan seterusnya. Lalu, sikapku yang tak kusadari tadi ternyata efek dari mencinta dan j
Baca selengkapnya
Bab 37
Hatiku berdebar-debar seketika. Terlebih lagi saat sekali lagi tak sengaja kami saling bertatapan untuk konfirmasi kalau grup yang dipasangkan itu tidak salah nama. Ia tersenyum ramah namun manis sekali sementara hatiku tak karuan mendebarnya di kedalaman sana. Namun, aku harus ingat satu hal sebagaimana yang ia lakukan padaku profesional!Kami berangkat ke lokasi bersama-sama. Meski grup sudah dibagi kami berangkat bersama dengan mobil masing-masing anggota tim dari perusahaan masing-masing. Karena hal ini aku jadi sedih karena tidak bisa satu mobil dengan Shopia. Sebenarnya bisa saja aku meminta satu mobil dengannya tapi hal itu akan membuat kecurigaan. Lagi dan lagi aku harus tetap pada prinsip profesional.Setelah menempuh perjalanan dengan segala hiruk pikuk keramaiannya kami tiba di lokasi. Setibanya disana baru kami bertemu dengan grup yang sudah dibagi. Seperti magnet yang saling di dekatkan, masing-masing dari kami mencari sendiri-sendiri pasangan grupnya. Dan
Baca selengkapnya
Bab 38
Aku memutuskan untuk berhenti dan menghadapi pemilik suara itu yang ternyata ada 6 orang berpakaian preman. Shopia terpaksa mengikuti dan mencari perlindungan di belakangku.“Maaf, siapa kalian semua? Dan kenapa berteriak tak jelas ke kami?”“Kalian yang siapa? Dan kenapa kalian ke sini?”“Kami hanya menjalankan tugas dan tidak ada urusannya dengan kalian.”“Persetan dengan tugas kalian. Yang jelas kehadiran kalian mengancam kenyamanan dan ketentraman lokasi kekuasaan kami. Dan siapapun yang mengusik tempat ini maka mereka akan berhadapan dengan kami semua dan saya khususnya.”“Kami tidak ada niat untuk mengusik abang-abang semua. Kami hanya menjalankan prosedur dan tempat ini sudah dilegalkan secara hukum untuk digarap.”“Dan itu masalahnya. Pemerintah selalu tidak kooperatif untuk hal dasar begini. Sikapnya terkesan egois dan lebih mementingkan golongan sebelah. Ini tidak
Baca selengkapnya
Bab 39
Mau tidak mau suka tidak suka aku hadapi mereka. Secepat yang kubisa lakukan aku amankan Shopia dengan membawanya agak menjauh meski dengan berlari di tengah jalanan becek sehingga sepatu dan celana kami penuh dengan bercak tanah basah. Dan tahap selanjutnya adalah memulai pertarungan itu.Dengan kemampuan bela diri yang pernah kupelajari dan kecepatan gerakan yang pernah kufokus dalami membuat pukulan mereka kalah cepat dengan pukulanku yang mendarat di beberapa bagian fatal tubuh mereka satu satu. Serta merta mereka sempoyongan dan dari mereka ada yang langsung ambruk.Segera kuhajar satu persatu di bagian fatal yang lain sehingga mereka sulit bergerak dengan masing-masing tinju mengepal mengenai wajah mereka. Dengan durasi yang singkat aku berhasil melumpuhkan mereka. Tepat saat semua ambruk tak berdaya kawan-kawan tim yang terdiri dari beberapa grup berbondong-bondong menghampiri kami.“Are you okay Pak? Are you okay Bu?&ldquo
Baca selengkapnya
Bab 40
Ibu menceritakan soal Renata yang meskipun aku sangat malas membahas itu lagi. Ibu memintaku untuk mendengarkannya dengan begitu aku bisa semakin bulat mengambil sikapku. Hubungan baik dan kedekatan ibu dengan Renata tempo lalu membuat ibu merasa tidak enak jika tidak mengatakan itu padaku.Intinya Renata sangat menyesali perbuatannya. Dengan isak tangis yang menderu ia menyampaikan permintaan maafnya dan memohon agar menyampaikannya padaku karena sejak kejadian itu aku memblokir nomornya. Sepanjang di telepon Renata, ibu tidak banyak berkomentar selain meminta Renata untuk sabar dan ikhlas sekaligus menasihati untuk mencari lelaki yang lebih baik. Ibu tahu sikap dan karakterku bagaimana dan rasanya sangat sulit jika harus balik dengan Renata apalagi dipaksa.Aku berterimakasih pada ibu yang sangat kooperatif. Lalu ibu sedikit membahas soal ayah. Ibu mengaku kalau ayah sudah tahu soal pembicaraan aku dan ibu semalam. Karena momennya pas ibu sekaligus membujuk ayah untu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status