All Chapters of Pria Tua Kesayangan: Chapter 41 - Chapter 50
134 Chapters
Bab 41
Pak Anthoni mengabarkan kalau hari ini Shopia berhalangan hadir karena ditugaskan untuk menyelesaikan berkas-berkas yang harus disiapkan sebelum dimulainya proyek. Itu artinya dia bersibuk di ruangan kerjanya di tempat berbeda dari gedung ini.Di dalam ruangan komisaris kami membahas tentang persiapan matang menuju dimulainya proyek yang sebentar lagi diselenggarakan. Pak Komisaris menetapkan akhir minggu ini semua persiapan harus sudah siap karena setelah weekend proyek akan dimulai. Pak Anthoni dan Pak Komisaris menegaskan beberapa hal kepadaku selaku Ketua agar proyek berjalan sesuai yang direncakan dan menghasilkan sesuai yang diharapkan. Aku meyakinkan mereka berdua sekaligus menjabarkan strategi yang akan kulakukan.Saat istirahat kerja ayah berkirim pesan agar sepulang kerja nanti aku mampir ke suatu tempat tak jauh dari tempat kerjaku. Ada seseorang yang mau memberikan barang ke ayah tapi tak sempat main ke rumah. Karena barangnya mendesak dibutuhkan j
Read more
Bab 42
“Kenapa kau di sini Maria? Gerangan apa yang membawamu ke sini?”“Lho. Kakak yang kenapa di sini? Aku disuruh ayahku ke sini menemui seseorang.”Apakah ini benar-benar jebakan? Bagian dari strategi Ayah dan Pak Herman agar kami bertemu? Terus jika sudah ketemu mau apa? Kami harus apa? Dan apa mau mereka?“Berarti kita dijebak Mar. Ayahku bilang hal yang sama.”“Tidak salah lagi Kak.”“Orang tua kita benar-benar bersikeras agar kita berjodoh serta menyetujui pernikahan yang mereka harapkan.”“Kalau aku sih tidak menolak Kak. Justru senang-senang saja dan berterimakasih malah.” Maria mengatakannya dengan semangat dan senang. Berharap aku merespons senada tapi maaf aku tidak seperti itu.“Tapi tidak denganku Mar.” Ekspresi wajahnya yang tadinya ceria mendadak lesu dan murung. Aku tidak begitu mempedulikannya.“Sebagaimana kita sepakati bersam
Read more
Bab 43
Setelah tertegun cukup lama untuk merasakan kesedihan akibat pertanyaanku Maria menjawabnya.“Banyak kak. Banyak sekali yang akan terjadi.”“Contohnya?” tanyaku memastikan.“Kesehatan, kepercayaan, hubungan, penyesalan, perasaan, dan banyak lainnya.”“Bisa kau breakdown detailnya?”“Dalam kesehatan, kedua ayah kita sama-sama memiliki riwayat jantung. Apalagi ayah Kakak yang dengar-dengar punya penyakit asma juga. Ayahku sendiri selain memiliki riwayat jantung juga memiliki gejala struk.  Maka jika perjodohan yang batal itu sampai menyerang jantung mereka maka, apa artinya hal itu jika tidak membunuh mereka perlahan?“Selain itu, selama ini kedua belah pihak di keluarga kita sudah saling percaya dan saling menaruh harap diantara keduanya dalam perjodohan ini. Jika salah satu ada yang menolak itu artinya telah kepercayaan itu akan ternodai yang mana secara tidak langusng
Read more
Bab 44
Namun sayang seribu sayang. Belum sempat aku mengangkat telponnya Maria mendekatiku dan mengatakan sesuatu untuk kemudian pergi. Membuat langkah tanganku terhenti seketika.        “Kak, dengarkan aku. Meski saat ini aku tidak memperoleh cinta Kakak tapi aku berjanji akan berjuang sekuat tenaga untuk membuat Kakak mencintaiku. Meski pada akhirnya kita tidak jadi menikah alias perjodohan itu sesuai apa yang Kakak inginkan. Batal!”Aku tak merespons sama sekali. Maria berjalan membelakangiku lalu menjauh dan pergi entah kemana. Mungkin pulang dan menceritakan kejadian ini pada ayahnya. Atau bergegas ke kamar begitu sampai rumah lalu menangisi apa yang terjadi dengan terus meratapi. Aku tidak peduli. Itu urusannya dan bukan urusanku. Lagian di awal aku sudah bilang dan berkali-kali aku tegaskan kalau aku tidak mencintanya.Telepon terus berdering hingga akhirnya mati. Sengaja tak kuangkat. Rasanya kurang nendang jika a
Read more
Bab 45
Pilihan ini cukup menyulitkanku untuk kupilih. Antara melanjutkan pekerjaanku di hari pertama mulai proyek atau pulang ke rumah sebagaimana disarankan orang yang ada di telepon. Suara pemilik telpon itu tak lain dan tak bukan adalah Maria. Hati dan pikiranku diliputi kebingungan dengan sekenario kejadian yang disampaikan dengan terburu-buru oleh Maria.Ia bilang kalau ayah sedang kumat jantungnya dan membutuhkan perawatan segera. Tapi kenapa ia ada di rumahku? Lalu ibu kemana? Kenapa bukan ibu yang memberi tahuku langsung. Aku berpikir kalau mungkin itu adalah akal-akalan ayah saja agar aku bisa menemui Maria. Seperti yang dilakukan sebelumnya.  Karena keraguanku itu ditambah aku harus segera melaksanakan tugasku sebagai ketua akhirnya drama itu tak begitu kugubris. Aku bilang padanya lakukan saja apa yang bisa dilakukan jika ayah benar benar kambuh. Tak lama kemudian aku menutup teleponnya dan menyampaikan kalau aku sangat sibuk hari ini.Ya! Aku lebih me
Read more
Bab 46
Aku pun segera menuju rumah sakit. Rumah sakit yang sama dengan tempat aku dirawat. Mobilku melesat cepat. Jalanan tak seramai saat berangkat. Karena sudah semakin larut tak banyak kendaraan yang memadati seisi jalan kota sehingga aku sampai di rumah sakit lebih cepat.Setiba disana aku langsung ke resepsionis, menunjukkan identitas dan memberitahu keperluanku. Sesaat kemudian petugas memberitahu tempat ayah dirawat. Bergegas aku menuju ke ruangan yang dimaksud.Begitu tiba di ruangan, pintu kuketuk lalu kubuka. Semua perhatian mengarah padaku. Ayah yang terbaring lemas dengan oksigen membantu pernafasannya dan tentu saja infus yang terhubung ke salah satu punggung tangannya. Wajahnya berubah senang begitu tahu aku datang hanya saja ia tak bicara. Ibu yang tahu aku datang juga lega dan sedikit mengeluhkan kenapa baru datang sekarang. Aku jelaskan soal pembukaan proyek dan hari pertama eksekusi. Lalu di samping ibu ada Pak Herman dan putri kesayangannya Maria juga sedan
Read more
Bab 47
“Duduk saja jika mau.”Tampak wajah cantiknya yang putih bersih itu berbinar dan senang. Dalam hati aku tetap menanyakan kegigihannya masih mengejarku padahal sudah jelas-jelas aku menolaknya.“Terima kasih Kak.”“Kamu tidak apa-apa disini dan membiarkan ayahmu duduk sendiri di bangku depan ruangan inap?”“Ayah malah yang nyuruh.”Aku mengangguk saja. Dan hening tak ada pembicaraan. Sampai akhirnya ia yang menekan egonya untuk bertanya terlebih dahulu.“Untung saja Ayah Kakak segera dibawa ke rumah sakit. Jika terlambat sejam saja kami tidak tahu bagaimana nasibnya.”“Oo. Terima kasih ya sudah sangat peduli dengan keluarga kami.”“Ini bukan soal terima kasih. Tapi perhatian kita dan kepedulian saat situasi genting seperti tadi pagi di rumah Kakak.” Aku terdiam. Seperti tertampar dengan ucapan Maria.“Karena paniknya aku bingung haru
Read more
Bab 48
“Hubungan tidak baik?”“Bukan hanya itu kak. Lebih!” Aku mulai serius menatap Maria. Kuamati wajahnya yang masih tetap cantik di situasi sepert ini dan tengah semangat menjelaskan perihal ini.“Sebagaimana yang kusampaikan tempo lalu soal konsekuensi itu. Tidak hanya hubungan baik. Melainkan yang lebih penting dari itu. Kesehatan dan keberlangsungan hidup orang tua kita. Ibarat lem yang sudah sangat melekat lama lalu dicabut paksa.“Hubungan erat dan super sejoli berpuluh-puluh tahun dengan harapan dan mimpi mereka berdua yang sudah sangat melekat lalu harus rusak dengan dengan perjodohan itu. Memang belum tentu akan seperti itu tapi jika tidak kuat mental maka akan berpengaruh ke kesehatan. Apalagi kita tahu bahwa kedua ayah kita memiliki riwayat penyakit yang gampang sekali kambuh.“Dan pembatalan perjodohan itu sangat berpotensi menyerang penyakit yang bisa kapan saja kambuh. Dan biasanya untuk menyembuhkan san
Read more
Bab 49
“Di kamarmu saja kalau kamu boleh. Lalu kamu tidur di kamar tamu. Ya nggaklah. Kamu gimana sih. Ibu Sudah bilang Mpok Yanti untuk menyiapkan kamar tamunya. Nanti Maria bisa tidur di situ.”Perintah mendadak yang sangat tidak aku inginkan. Sebenarnya berat sekali dan ingin menolak tapi situasi sedang tidak bersahabat untuk berdebat dengan ibu. Agar aku bisa segera pulang dan istirahat aku iyakan saja. Kami berpamitan ke ibu dan Pak Herman. Kata ibu ayah sudah terlelap jadi tidak perlu pamit. Lalu kami segera meluncur ke rumah.Malam semakin larut dan jalanan semakin sepi dari kendaraan. Membuat mobil yang kukendarai melesat lebih cepat. Sementara aku menyetir mobil, Maria yang duduk di sampingku hanya diam dengan wajah sumringahnya. Mungkin ia merasa menang aku berada di pihaknya.Sejauh ini aku tak pernah membayangkan duduk berduan di dalam mobil bersamanya. Apalagi dia menginap di rumahku dan sedikit banyak akan tahu aktivitasku. Duh! Merepotkan. Ak
Read more
Bab 50
“Gadis cantik di samping saya adalah calon tunangan saya pak. Ibu saya yang menyuruh untuk membawa ke rumah karena ayah sedang dirawat di rumah sakit. Jika ingin bukti kebenaran ucapan saya apa perlu saya teleponkan?” Jelasku sambil mengeluarkan handphone untuk menelepon jika diminta. Seketika Pak Sekuriti mengerti dan memaklumi lalu mempersilakan kami langsung masuk kompleks sebelum menitipkan salam pada keluargaku yang sedang ditimpa musibah.Aku toleh Maria yang ekspresi wajahnya berubah lagi. Kali ini ia tersipu malu bercampur wajah bahagia dan berbunga. Pastilah karena ucapanku barusan.   “Terima kasih ya Kak sudah menyelamatkanku.”“Itu sudah keahlianku. Biasa saja kali,” responsku pendek. Dalam hati aku sebal kenapa begitu aku beri kesempatan berbicara ia hanya diam saja.“Dan terima kasih sudah menganggapku tunangan Kakak.” Kali ini aku menoleh ke arahnya sekadar memastikan d
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status