Semua Bab Desah Di Kamar Sebelah: Bab 31 - Bab 40
146 Bab
31
BAGIAN 31POV ANWARGILA               “Apa? Ulangi kata-katamu! Kupingku tidak salah dengar?!” tanyaku ngotot. Hampir copot rasanya kedua bola matku saking melotot. Apa anaknya si Ina sudah gila?              “Bercanda. Aku hanya bergurau. Kenapa Papa terlalu serius?” Jawaban Lia membuatku meradang. Apa dia pikir, lucu bercanda seperti itu?              “Lucu bercandamu?” Aku masih juga belum bisa menghilangkan kesal. Bagiku, sekecil apa pun kesalahan Lia, akan menjadi sebuah bara yang mudah meledak dalam waktu singkat. Entah mengapa. Mungkin, sebab sejak dia lahir, aku tak merasakan sedikit pun ikatan cinta antara bapak pada anaknya. Bagiku semua hambar bila tentangnya. Sekuat apa pun aku berusaha untuk
Baca selengkapnya
32
BAGIAN 32POV RISTI              “Bagaimana? Kamu tidak jadi ingin kubantu keluar dari sini?” tanya dokter Savero dengan suaranya yang berubah angkuh lagi.              Cepat aku menggelengkan kepala. Perlahan kubuka mata dan kutatap dirinya yang sedang duduk sambil menatapku dingin. Aku pun langsung berkata, “Tidak. Aku tetap ingin keluar dari sini.”              Dokter itu tersenyum. Dia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Lekas dia menempelkan ponsel tersebut ke telinga dan berujar, “Mbak Nia, dinas nggak?”              Suara dokter Savero berubah manis kembali. Aku heran bukan main dibuatnya. Dokter ini mudah sekali b
Baca selengkapnya
33
BAGIAN 33POV RISTIMENCEKAM                                  “Harus berapa kali kukatakan bahwa aku tidak ragu?” tanyaku dengan nada yang agak jengkel.              “Begitu? Tapi matamu tidak bisa berbohong padaku.” Dokter Savero menjawab dengan agak tajam. Pria itu lalu menyendoki nasi dan bersama sedikit sayur oseng. Dia lalu menyodorkan ke depan mulutku.              “Jangan sok tahu menilai mataku, Dokter. Mataku memang begini. Bohong atau tidak, memang seperti ini,” sahutku benar-benar malas.              Dokter itu meringis. Dia terli
Baca selengkapnya
34
BAGIAN 34POV ANWAR               Berulang kali Risti kuhubungi, hasilnya tetap saja. Nihil! Kecemasanku kini semakin meningkat. Entah mengapa, rasa curigaku kepada Lia dan Ina kini bertambah-tambah.              Adakah sesuatu yang sedang mereka rancang di belakang? Namun, apa itu? Mereka ingin melengserkan Risti dari kehidupan Bayu?              “Tidak bisa kubiarkan!” desisku geram seraya meremas ponsel di genggaman.              Debaran di dada beriringan dengan rasa naik pitam yang kini mendesak di kepala. Semakin kusadari, bahwa Ina ternyata bukanlah wanita baik-baik seperti dugaanku puluhan tahun lalu. Di balik sikap lembut dan baiknya, perempuan itu menyimp
Baca selengkapnya
35
BAGIAN 35              “Ugh ….” Bibirku refleks mengerang. Kedua mata ini akhirnya bisa juga kupaksakan untuk membuka perlahan. Entah sudah berapa lama aku terlelap tidur. Yang pasti, kepalaku terasa sangat berat.              Aku makin kaget saat mataku kini membuka sempurna. Keadaan sekitarku gelap. Hanya ada pendar-pendar cahaya di atas langit-langit sana. Berasal dari kilau stiker glow in the dark yang ditempel secara menyebar. Stiker itu berbentuk bintang-bintang dan bulan sabit. Aku rasanya seperti berada di ruang angkasa. Aku terkesiap. Panik luar biasa. Di mana ini?              Belum sempat pertanyaan di kepalaku terjawab, telinga ini tiba-tiba saja menangkap suara dengkuran yang nyaring dari sisi kanan. Tengkukku langsung merinding hebat.
Baca selengkapnya
36
BAGIAN 36POV ANWAR              Lekas kuletakkan kembali piring berisi nasi beserta lauk pauknya ke atas meja. Gegas aku bangkit dari kursi, lalu berjalan cepat menuju ruang kerjaku kembali. Tidak bisa dibiarkan, pikirku. Ini adalah kesempatan terakhir. Masa-masa di mana aku harus bertindak tegas. Mengambil sebuah keputusan tepat, meskipun mungkin kelihatannya sangat kejam sekaligus terburu-buru.              Seorang penjahat, apalagi pembunuh tidak boleh diberikan kesempatan, meski hanya sekali. Mereka pantas buat mendapatkan ganjaran. Okelah jika sasarannya aku. Namun, coba kalau orang lain yang lugu dan polos? Nasi opor berisi sianida itu pasti sudah membuat si korban mati seketika pada suapan pertama.              Bedebah memang Rustina! Perempuan itu, ter
Baca selengkapnya
37
BAGIAN 37POV BAYU              Mobil kupacu secepat kilat demi bisa tiba di rumah dalam sekejap mata. Rasa rindu dan khawatirku akan keadaan Lia kini telah membumbung tinggi. Bagiku, Lia adalah detak jantung. Dia helaan napasku jua. Tanpa Lia, rasanya aku hanyalah seonggok tubuh tanpa jiwa.              Dari Lia yang beranjak dewasa, kutemukan cinta. Ya, aku memang pernah jatuh hati dulunya. Pada Karina, mantan istri pertamaku. Perpisahan dengan wanita cantik itu telah menimbulkan banyak luka dan trauma. Wanita itu meninggalkanku, lalu meminta cerai, dan mengutarakan hal-hal yang sangat menyakitkan hati di depan majelis hakim.              Karina yang kucintai, mengaku tak pernah kugauli. Aku bukan tak pernah menggaulinya. Demi Tuhan, aku telah berusaha sekuat
Baca selengkapnya
38
BAGIAN 38POV AUTHORFlash back sepuluh tahun yang lalu ….              Ina merasa gelisah dengan rencana pernikahan sang anak sambung, Bayu. Pria yang selama ini dirawatnya dengan sepenuh hati, dengan tujuan agar kelak bisa membalas budi baiknya dengan limpahan harta, malah akan jatuh ke tangan wanita lain. Terlebih, wanita itu tampak sangat cantik dan berasal dari kalangan yang cukup mapan. Paket komplet. Tipikal istri idaman dan tak akan dilepaskan oleh Bayu sampai kapan pun.              Sebagai ibu sambung yang hingga detik ini tak mendapatkan kepastian tentang pembagian harta dari sang suami, satu-satunya harapan Ina untuk bisa menjadi jutawan suatu hari nanti hanyalah Bayu seorang. Dia telah mewanti-wanti, bila memang sang suami pada akhirnya tak memberikan sepeser pun harta buat diwariskan dan semua kekayaan ja
Baca selengkapnya
39
BAGIAN 39POV INADEMI KEHANCURANNYA               Di sebuah ruangan kecil nan remang, aku kini berhadap-hadapan dengan seorang lelaki tua bertubuh kurus yang hanya mengenakan ikat kepala batik dan celana panjang lusuh berwarna abu-abu. Celana itu bahkan telah melorot dan harus diikat dengan tali rapia berwarna merah muda yang mencolok mata.              Kuedarkan pandang ke sekeliling ruangan yang hanya memiliki luas sekitar 2,5 x 3 meter tersebut. Dindingnya terbuat dari susunan bata merah yang plesteran semennya masih kasar dan serampangan. Sedang atapnya terbuat dari genteng tanah liat yang bila kulihat dari dalam sini, akan tampak cahaya matahari yang masuk lewat celah-celah kecil sebab pemasangan genteng yang tak rapi dan beberapa bagian juga ada yang telah retak maupun pecah. Aku bisa membayangkan bagaiman
Baca selengkapnya
40
BAGIAN 40POV ANWAR               “Tidak! Hentikan!” Ina terus memberontak. Tangannya pun dengan kasar mendorong sendok yang kusodorkan.              Prang! Sendok itu terjatuh di ubin. Sesuap nasi yang kukaut di dalamnya pun berhamburan mengotori lantai. Aku berang. Sebelum dia memporakporandakan barang bukti, kutarik wanita itu menjauh dari meja makan.              Ina, dengan sangat berani, terus memberontak. Kedua tangannya dia tarik-tarik dari cengkeramanku. Aku tak peduli. Kutarik terus perempuan itu hingga ke ruang tamu.              “Mas, apa-apaan kamu? Kenapa kamu memperlakukanku begini, Mas? Salahku apa?” tanya Ina dengan derai tangis yang hi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status