All Chapters of Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar : Chapter 91 - Chapter 100
120 Chapters
91 Kenapa Tidak dari Awal?
“Ma, aku lapar.” Nico mengeluh kepada Shara ketika dia baru saja pulang sekolah. “Minta sama Bik Tata sana kayak biasa.” “Tapi aku mau Mama yang siapkan makanku.” Shara yang sedang sibuk berbalas pesan dengan salah satu temannya, hanya menggelengkan kepala. “Ma?” “Apa sih, sana minta sama Bik Tata!” “Tapi, Ma ....” “Nico, mama ini lagi sibuk. Kamu juga sudah bukan anak TK lagi,” sentak Shara dengan ekspresi tidak suka di wajahnya, hingga Nico akhirnya memilih untuk menyerah dan tidak lagi memaksa. Bik Tata dengan penuh senyuman menyambut kedatangan Nico di dapur. “Pasti capek, bibik siapkan makan dan minumnya ya?” Nico mengangguk saja, wajahnya yang rupawan tertutup mendung tebal karena sikap Shara yang kurang menyenangkan hatinya. “Papa kapan pulang, Bik?” tanya Nico. “Mungkin sebentar lagi, Nico kangen papa ya?” “Iya ....” “Ya sudah, makan dulu sambil nunggu papa ya? Papa kan lagi cari uang untuk Nico juga.” “Iya, Bik.” Bik Tata tersenyum ketika menyaksikan Nico yang
Read more
92 Sesuatu yang Berdesir di Hati
“Nic, ayo siap-siap!” suruh Shara dengan suara keras. “Iya, Ma.” “Nanti di sana jangan nakal lho ya, nurut apa kata guru les kamu.” Shara memberikan wejangan ketika dia dan Nico sudah berada di dalam taksi yang melaju. “Iya,” angguk Nico singkat. “Aku boleh pinjam ponselnya, Ma?” “Apa?” “Pinjam ponsel, boleh?” Shara langsung menggeleng tegas. “Nggak boleh, kamu masih kecil!” “Tapi aku mau main ....” “Ini kan ponsel punya mama, kamu nggak boleh pinjam. Anak kecil itu tugasnya belajar, ngerti?” Nico tidak bicara lagi sampai taksi yang mereka tumpangi menepi di depan gedung les yang minggu kemarin didatangi Rio. “Sudah ya, mama tinggal ....” “Antar aku ke kelas dong, Ma?” pinta Nico dengan wajah berharap. “Mama sibuk, habis ini mama juga harus pergi.” “Sebentar saja kok, Ma. Kalau aku sudah masuk kelas, nanti Mama bosku pergi.” “Nggak ada, Mama bisa telat ini. Lagian kamu kan sudah besar, malu kalau harus diantar mama.” “Tapi ....” “Sudah, sudah. Cepat sana masuk, jangan b
Read more
93 Ditahannya Rasa Rindu Itu
Slavia menjeda ucapannya sejenak. Untuk datang ke rumah pun, aku nggak kuat mental saat itu.” Raras mengangguk paham. “Kamu selidiki saja Nico yang kamu maksud itu diam-diam, apalagi dia les di tempat yang sama dengan Luna kan?” “Iya, aku akan coba menyelidiki dia. Kalau benar bocah itu adalah Nico anak kandungku, aku akan menjalankan rencana.” “Rencana apa, Vi?” “Tentu saja untuk mengambil hak aku yang selama ini mereka rampas,” ucap Slavia penuh dendam. “Kalau begitu sebaiknya kamu pakai jasa pengacara, itupun setelah yakin bocah itu betul-betul anak kandung kamu.” Raras menyarankan. “Aku punya kenalan kalau kamu mau, Vi.” “Suatu saat aku pasti butuh, Ras.” Keduanya terdiam lagi dalam pikiran masing-masing, hingga tiba saatnya bagi Slavia untuk pergi menjemput Lunara di tempat les. “Tadi aku dapat banyak teman, Bu!” celoteh Lunara ketika dia bertemu Slavia yang menunggu sejak beberapa saat yang lalu. “Syukurlah, teman-teman kamu baik semua kan?” “Baik kok, tadi kami main d
Read more
94 Kapok Jadi Istri Kedua
“Ini sudah terlalu sore untuk bertamu, Sayang. Bahkan sudah mau malam, teman kamu tadi harus segera istirahat biar badannya nggak capek.” Slavia menjelaskan dengan sabar, hatinya teriris-iris mendengar bagaimana kasarnya Shara bicara kepada Nico. “Jadi dia benar-benar Nico anak kamu?” Slavia mengangguk ketika Raras yang sejak tadi menyimak ceritanya, bertanya dengan kaget. “Yang namanya firasat seorang ibu itu memang nggak pernah salah, Ras. Sejak awal aku lihat dia, aku sangat yakin kalau dia adalah anak kandungku. Wajahnya memang berubah lebih sedikit, tapi tetap saja aku masih mengenalnya.” Raras menarik napas. “Terus apa rencana kamu selanjutnya? Kamu mau langsung kasih tahu Pak Rio tentang adiknya Nico?” “Enggak lah, itu terlalu buru-buru menurutku. Setidaknya aku harus membuat sedikit kejutan buat mantan suami dan istrinya, aku nggak mau tiba-tiba muncul di depan mereka dan terkesan aku butuh bantuan Pak Rio untuk membesarkan Luna.” Raras mengangguk paham, sejak dulu dia ta
Read more
95 Tidak Mendapatkan Penolakan
Rio mengacak rambutnya, teringat kembali dengan pengalaman menyakitkan itu. “Harus ke mana lagi aku mencari Via, Bu?” “Sudah terlambat, Rio. Kenapa kamu baru berniat untuk mencari Via sekarang? Seharusnya kamu cari istri kamu sejak awal ....” “Via bukan lagi istri aku, Bu.” Rio menggeleng. “Dia memilih cerai di saat aku sedang berada di antara hidup dan mati.” Ibu menarik napas. “Sepertinya ayah kamu benar, perpisahan kamu ini janggal sekali. Ibu juga nggak yakin kalau Via setega itu sama kamu, bahkan sampai hati untuk memblokir nomor kita semua. Nggak pedulikah dia sama anak kalian? Kasihan Nico, apa dia pernah menanyakan soal ibunya?” Rio menggeleng. “Yang Nico tahu, Shara adalah ibunya.” “Apa Via punya kerabat lain di luar kota?” “Setahu aku nggak ada, Bu. Sejak aku tahu kalau Via cuma anak angkat yang dibesarkan mertuaku, Shara bilang kalau mereka bertemu Via di pinggir jalan saat dia masih kecil.” Ibu Rio mengerjabkan matanya. “Tragis sekali kalau benar begitu, ibu harap s
Read more
96 Keberadaan Mantan Suaminya
Di saat yang bersamaan, Rio sedang dalam perjalanan dengan mobilnya untuk menjemput Nico “Hore! Ayo Kak, kita jajan sama-sama!” Di tempat les, Nico terlihat pasrah saja saat Lunara menggandeng tangannya untuk masuk ke dalam toko. Sementara mereka sedang asyik memilih-milih jajanan, Slavia mengambil ponsel untuk mendokumentasikan kebersamaan anak-anak kandungnya. “Tante, boleh es krim?” “Boleh, ambil saja apa yang kamu suka.” Senyum Nico merekah, membuat pertahanan diri Slavia nyaris jebol dan ingin merengkuh anak itu dalam dekapan hangatnya. “Aku juga mau es krim dua!” celetuk Lunara ikut-ikutan. “Jangan berlebihan, nggak baik.” Nico menasehati. “Es krim memang enak, tapi makan satu cukup. Besok bisa beli lagi ....” “Terus aku jajan apa lagi?” “Roti lebih sehat, keripik kentang juga enak.” Lunara manggut-manggut dan mengambil produk-produk yang disebut Nico. Sungguh, Slavia sangat terharu dengan kebersamaan mereka saat ini. Di luar, Rio baru saja selesai memarkirkan mobilny
Read more
97 Punya Rencana Terselubung
“Tapi bukan tentang hubungan yang lebih pribadi, kamu tahu maksudku kan? Aku masih sibuk dengan dendam masa lalu di hidupku.” Raras mengangkat bahu. “Aku hanya lihat kalau Ardan itu tulus sayang sama anak kamu.” “Nggak apa-apa, kan kita semua bersahabat.” Raras tidak berkata apa pun lagi karena urusan asmara Slavia bukanlah wewenangnya, meski kadang dia merasa kasihan kepada Ardan yang seakan masih berharap terjadi keajaiban di antara mereka. “Apa Nico masih bergaul sama tante-tante itu, Mas?” Di rumah, Shara bertanya dengan nada menyelidik kepada Rio yang baru saja selesai mandi. “Tolong ganti pertanyaan itu.” “Memangnya pertanyaan aku ada yang salah?” Rio menatap istrinya dengan sangat serius. “Nico itu masih anak-anak, tapi cara kamu bertanya sudah seperti membicarakan anak remaja yang terjebak pergaulan bebas bersama tante-tante yang tidak jelas.” Shara tersenyum sedikit sinis. “Habisnya anak itu kelihatan akrab banget sama orang nggak dikenal, ngomong-ngomong kamu sudah
Read more
98 Belum Saatnya Aku Muncul
Seorang wanita melangkah anggun ke dalam resto sembari menenteng tas tangannya dengan elegan. “Mas, lihat apa sih?” tegur Shara yang tanpa sengaja menatap kebisuan Rio. “Ada yang kamu kenal di tempat ini?” Rio terperanjat dan buru-buru menggeleng. “Tidak ada kok.” Shara masih menatap Rio dengan curiga, tapi tidak melanjutkan omelannya. Dia jauh lebih penasaran dengan cita rasa yang diusung oleh restoran baru ini dibandingkan mengusik ketenangan Rio. Setelah menunggu agak lama, seorang pelayan muncul mengabarkan pesanan Shara. “Asyik, udang!” “Pelan-pelan makannya, Nic.” “Iya, Pa.” Perhatian Rio teralihkan sepenuhnya oleh tingkah Nico yang sedang menyantap udangnya dengan penuh semangat. “Enak nggak, Nic?” bisik Shara ingin tahu setelah pelayan tadi pergi. “Enak, Mama mau coba?” Shara mengangguk dan sefera mencomot sepotong udang goreng tepung yang dipesan khusus untuk Nico. “Lumayan, kamu nggak mau coba juga, Mas?” “Jangan, ini punya aku! Papa biar pesan sendiri, Ma!” “Pa
Read more
99 Menginginkan Rio dan Lunara Bertemu
“Aku akan benar-benar muncul di hadapan kamu.” Slavia mengepalkan tangan, dia teringat dengan Nico yang sejak awal bertemu sama sekali tidak menolak kehadirannya. Mungkin itulah yang dinamakan ikatan batin antara seorang ibu dengan anaknya, dan Slavia sangat bahagia. “Luna!” Nico memanggil salah satu murid yang baru saja keluar dari ruang kelas yang ada di bimbel. “Sudah selesai belajarnya?” Lunara mengangguk. “Biasanya sih ibu sudah menjemput,” kata bocah perempuan itu. “Ibu datangnya sama ayah kamu, ya?” tanya Nico ingin tahu sambil mengajak Lunara duduk depan untuk menunggu jemputan. “Enggak, ayahku nggak serumah.” Lunara menggeleng. “Aku selalu dijemput ibuku.” “Nico!” Rio muncul sambil berjalan mendekat. “Ayo pulang.” Nico menoleh ke arah Lunara yang belum dijemput ibunya. “Kok kamu belum dijemput?” “Macet,” jawab Lunara polos. “Yah, aku mau temani Luna dulu ya? Kasihan dia belum dijemput tante ....” Rio mengamati keberadaan Lunara dengan lebih jelas. “Dia teman satu
Read more
100 Mas Rio cuma Milik Aku
“Jawab Mas, apa itu benar?” Rio tidak memiliki pilihan lain kecuali menjawab. “Aku berpikir begitu, aku hanya khawatir seandainya aku salah orang.” Wajah Shara terlihat tidak senang. “Terus mana dia? Kenapa nggak kamu ajak ke sini sekalian?” Rio menarik napas, dia sangat berharap jika Shara tidak menampik pertengkaran dengannya untuk sementara waktu. “Aku belum benar-benar yakin dia Via atau bukan,” ucap Rio dengan suara berat. “Tapi tadi aku dengar di telepon ....” “Aku memang minta Gunadi untuk mencari keberadaan Via,” kata Rio mengakui. “Apa?” “Aku tetap ingin Nico kenal ibu kandungnya, Ra.” “Itu nggak penting, Mas! Memangnya selama ini Via peduli sama Nico? Enggak kan?” Rio diam saja. “Bertahun-tahun Via memutuskan pergi dari kita semua, bahkan dengan sengaja memblokir kontak kita ... Dia akan semakin besar kepala kalau tahu kamu ingin mencari keberadaannya!” Rio enggan menanggapi karena dia tahu jika keributan besar akan membubung tinggi tidak lama lagi. “Bertahun-t
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status