All Chapters of Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Chapter 131 - Chapter 140
390 Chapters
131. Double
"Sore, Mbak," sapa Adit yang melihat Sonya berjalan ke arah restoran."Sore," jawab Sonya pendek, Sonya hanya melihat sekilas dan kembali melanjutkan jalannya."Jalan, Mbak?"Sonya mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan Adit, tentu saja dia jalan. Memang Adit sangka dirinya merangkak? Ya ampun ... makin aneh saja pertanyaan orang-orang disekitarnya. "Iya, jalan, Mas ... Mas liat saya jalan, kan? Bukan merangkak."Adit salah tingkah mendengar jawaban Sonya, tamunya ini benar-benar judes dan dingin. Hanya sekali ia melihat Sonya tersenyum manis dan tertawa terpingkal-pingkal, iya ... dia hanya melihatnya saat Sonya menelepon seseorang yang ia bilang bukan suaminya, kemarin. "Maksud saya, udah sarapan Mbak Sonya mau saya antar jalan?" Adit menjelaskan maksud perkataannya tadi."Oh ... iya, saya mau jalan. Tapi, saya bingung mau ke mana," jawab Sonya yang sebenarnya ingin bersantai tapi, ia bingung mau ke mana. "M
Read more
132. Persetujuan Janu.
Awan dengan kesal menendang angin saat mendengar jawaban Sonya, rasa kesal bercampur gemas menyelimuti dirinya. Ini kali pertama Awan kalah dari Sonya, biasanya ia selalu menang melawan Sonya. Bahkan, Sonya terkadang tidak bisa berkutik bila Awan sudah berbicara."Sonya, kamu benar-benar, yah," rutuk Awan sembari meremas ponselnya dan mulai mencari rental mobil."Mister, car ... car, need car, Mister," ucap seorang pegawai rental yang terdapat tulisan Yono di dadanya.Awan mendekati Yono dan tersenyum, ia sangat membutuhkan mobil matic untuk menyusul Sonya di Gunung Kidul. Astaga ... Awan masih kesal karena Sonya menginap di kawasan Gunung Kidul, kenapa harus Gunung Kidul, sih? Kenapa nggak di Malioboro atau di mana pun yang jaraknya hanya setengah jam dari bandara."Mister, nee
Read more
133. Rasa Lelah yang Tergantikan
"Mbak ... yakin nggak mau ke mana-mana? Mau langsung pulang? Nggak ke mini market?" tanya Adit saat memindahkan transmisi gigi mobilnya.   "Nggak ... nggak ke mana-mana, udah langsung pulang aja," sahut Sonya sembari mengusap matanya yang sedikit membengkak karena menangis tadi.   Adit mengintip dari spion, ia penasaran mengapa Sonya tiba-tiba datang dalam keadaan mata yang sembab seperti habis menangis. Jiwa keponya tergelitik.   "Mbak, pacarnya nggak jadi dateng?" tanya Adit memulai pembicaraannya.   "Pacar?" tanya Sonya sembari mengambil tisu dan menyeka air matanya, "saya nggak punya pacar."   "Oh ... saya sangka yang teleponan sama Mbak kemarin itu pacarnya," tebak Adit.   "Nggak tau, Mas, yang teleponan sama saya kemarin itu pacar atau bukan," sahut Sonya yang memang tidak paham dengan status hubungan dirinya dan Awan. Pacar? Bukan, Suami? Jelas bukan,
Read more
134. Suara Kucing Kejepit
Awan melabuhkan bibirnya ke bibir Sonya, lidahnya menyusup ke dalam untuk mengecap manisnya bibir wanita yang sudah membuat dirinya uring-uringan seharian ini. Tangan Sonya mencengkeram rambut Awan dan menekannya, ia suka saat lidah Awan menggelitiknya, dan menggoda lidah miliknya, untungnya di sana tidak ada orang sama sekali karena hari sudah larut malam.“Ehem … ohok … ohok … ehem ….” Awan mengurai ciumannya dan menoleh, ia kaget mendapati seorang pria berwajah nelangsa sedang terbatuk seperti orang penyakitan. “Dia kenapa?”Sonya yang kesal karena Awan mengurai ciumannya, melirik sebal pada sosok yang suara batuknya seperti orang kena penyakit TBC stadium akhir. “Ayan.”“Eh … beneran ayan? Kasihan ….” Awan berdiri tegak dan berusaha melangkahkan kakinya namun, ditahan Sonya. “Biarin, aja,” ucap Sonya cuek.“Kamu nggak papa?” tanya Awan yang merasa iba dengan keadaan pria yang batuk dan wajahnya terlihat sangat nel
Read more
135. Sonya butuh Awan
Sonya mendorong tubuh Awan pelan, ia berusaha agar Awan menjauhi dirinya dan mendengarkan apa yang ingin ia sampaikan, Sonya tidak mau Awan kecewa terhadap dirinya. Dia tidak mau menerbangkan harapan Awan ke langit dan membantingnya dengan sangat kejam karena keadaan dirinya yang mandul."Wan," bisik Sonya ditengah gempuran kecupan Awan yang membuat dirinya kelimpungan, ia harus berbicara sekarang sebelum tangan Awan menyusuk ke balik celana dalamnya dan membut Sonya memohon agar lelaki itu menyobek celana dalamnya. "Apa? Ada yang salah?" tanya Awan sembari menarik ke atas gaun Sonya, tanganya dengan ahli mengelus bagian pribadi Sonya dengan lembut, membuat Sonya menjerit pelan dan mengangkat pinggulnya, seolah meminta jemari Awan memasuki tubuhnya."A-Awan, Awan ...." Sonya mencengkeram bahu Awan sekeras mungkin, berusaha menahan gempuran kenikmatan yang Awan berikan pada dirinya juga berjuang untuk mewaraskan pikirannya agar bisa mengungkapkan kekuranga
Read more
136. Miskomunikasi
Kring ... kring ... kring ....Sonya mengusap bagian samping ranjangnya yang kosong, berusaha untuk mengambil ponsel miliknya yang terus berbunyi berkali-kali hingga membuat dirinya bangun. "Sonya, itu telepon siapa?" bisik Awan di bagian belakang Sonya, matanya sangat berat dan tubuhnya lelah bukan kepalang karena sudah bercinta dengan liar bersama Sonya. "Aku?" Sonya menggapai ponsel yang terus bergetar di tangannya, rasanya kelopak matanya benar-benar menolak untuk terbuka, Tuhan ... Sonya baru tidur sebentar, Awan benar-benar memaksanya terus bercinta semalam suntuk membuat pinggangnya rontok tapi, Sonya akui semuanya setimpal dengan rasa nikmat yang ia dapatkan."Halo ...," sapa Sonya tanpa melihat siapa yang meneleponnya. "Eh ... halo, ieu saha? (Ini siapa?)" Suara seorang pria terdengar dari ujung telepon Sonya."Hah? Gimana? Ini siapa?" tanya Sonya bingung dengan kata yang diucapkan orang yang menelepon dirinya, Sonya berpikir kalau yang meneleponnya
Read more
137. Dering Telepon Penuh Angkara Murka
"Aduh ... ah ...." Sonya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena membayangkan kebodohannya karena berbicara seenaknya dengan kakek Awan. "Kamu kenapa?" tanya Awan yang berdiri di sampingnya sembari mengusap wajahnya menggunakan handuk. Sonya mengintip wajah Awan dari sela-sela jemarinya, saat melihat Awan yang tersenyum dengan cepat rasa malu kembali menerpa dirinya. "Ah ... Awan." Sonya berjongkok dan menggaruk bagian belakang kepalanya kikuk, ia benar-benar malu. Oh ... andai waktu bisa diputar mungkin Sonya tidak akan mau mengangkat telepon kakek Awan. "Kamu kenapa, sih?" tanya Awan gemas melihat tingkah Sonya yang bisanya dingin malah berubah kikuk. Sonya mendongah dan menatap Awan dengan bibir mencibir. "Awan ... aku malu, aku udah kurang ajar sama Kakek kamu."Tawa terdengar renyah dari mulut Awan, ia ikut berjongkok di hadapan Sonya, "Hahaha ... nggak papa, Aki aku paham, kok, kalau calon istri cucunya ini nggak bisa bahasa Sunda.""Aku b
Read more
138. Sebuah Kenyataan
Prang … belentang … brak ….“Sonya suara ap ….” Awan kaget saat mendapati Sonya yang sedang melempar peralatan dapur ke dalam tempat cuci piring.Awan berlari menghampiri Sonya dan mematikan air keran, kedua tangannya menyusup ke perut Sonya memeluknya dari belakang. “Kamu kenapa?”Sonya berteriak keras sambil melemparkan spons untuk mencuci piring sembarangan, tangan Sonya mengelus punggung tangan Awan. Sonya menangis tersedu sembari menggeleng berkali-kali. “Hei … kamu kenapa?” tanya Awan sembari mengeratkan pelukkannya sedangkan bibirnya mengecup leher Sonya. “Kamu kenapa? Ada apa?”“Emir … Emir … aku nggak sanggup lagi, Wan. Aku ….” Seolah kehilangan kata untuk mendeskripsikan kelakuan Emir yang membuat Sonya bersedih, Sonya hanya bisa menggigit bagian bawah bibirnya dan menangis sekencang mungkin hingga tubuhnya bergetar hebat. Emir benar-benar lelaki yang mengacak-ngacak hidup Sonya, melemparkan dirinya ke sebuah lubang k
Read more
139.Mengulang Kembali
"Wan ... jadi pergi?" tanya Sonya yang sudah siap dengan mengenakan celana pendek dan kaus tank top hitam yang dipadankan dengan kemeja putih.Awan mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah Sonya, pandangan mata Awan kosong. Ia berdiri dan mengambil kunci mobil, berjalan melintasi Sonya ke arah luar kamar seolah mengabaikan Sonya."Wan?" tanya Sonya bingung karena melihat Awan meninggalkannya sendirian di kamar, "Wan, kok aku ditinggal?"Blam ...."Eh ...." Sonya makin aneh saat melihat pintu kamarnya ditutup oleh Awan, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba Awan mengabaikannya? Sonya langsung mengingat kelakuan Awan dulu yang ngambek karena dia terlihat bermesraan dengan Emir, sekarang apa kesalahan Sonya? Dia tidak bermesraan dengan Emir atau siapa pun juga, jadi kenapa Awan mengabaikan dirinya?"Awan ... Awan ...." Sonya mengejar Awan yang sudah berada di ujung jalan dan membuka pintu mobilnya. Sonya berlari tanpa peduli dengan kondisi jal
Read more
140. Sifat Asli Awan
"Awan ... kamu kenapa?"   Suara Sonya menyadarkan Awan dan mengembalikannya ke kenyataan, ia dengan cepat mendongah mendapati Sonya yang sedang berjalan ke arah dirinya dengan kaki terpincang-pincang karena menahan sakit. Wajahnya menunjukkan kalau Sonya merasa khawatir dan menahan sakit.    "Awan ... kamu kenapa?" tanya Sonya lagi, langkahnya terhenti di hadapan Awan yang masih berjongkok. Kepala Awan saat ini berada di depan perut Sonya, Sonya yang mengenakan tank top hitam membuat perut bagian bawahnya terlihat.    Awan mengaitkan telunjuknya ke tank top Sonya, menarik ke atas untuk melihat luka bekas operasi Sonya dengan lebih jelas. Matanya memicing dan mulai menyadari kalau bekas operasi itu ada dua bagian, segurat halus hampir tidak terlihat tapi, Awan yang sudah terlatih mulai sadar.   Selama ini A
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
39
DMCA.com Protection Status