All Chapters of Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Chapter 111 - Chapter 120
390 Chapters
111. Mungkin tidak
"Wan ... kamu denger nggak yang tadi si Ina omongin?" tanya Eka sembari berjalan di samping Awan. "Denger ...," jawab Awan pendek, ia sedang malas berbicara karena pikirannya sedang kacau balau. Dia baru sadar kalau perbuatannya dengan Sonya berdampak pada pekerjaan Sonya. "Wan ... kalau sampai ketahuan kamu yang jadi selingkuhan Sonya, gawat, Wan ...." Eka mengingatkan Awan lagi. "Kasihan karier Dokter Sonya, dia benar-benar rintis dari bawah kalau aku dengar perjalanan kariernya." Awan menghentikan langkahnya dan berkacak pinggang, kepalanya tiba-tiba pusing karena memikirkan masalah Sonya. Kenapa percintaannya selalu ruwet dan memusingkan? Tidak bisa, kah, dirinya mendapatkan percintaan selicin jalan tol bebas hambatan? "Wan ... sadar, Wan ... kalau karier kamu di rumah sakit ini di cut ... kamu bisa pulang kampung dan kerja di tempat si Aki, nah ... kalau Dokter Sonya? Reputasinya tercoreng, Wan
Read more
112. Harga Mati
"Mungkin nggak ... mungkin nggak buat Aki," jawab Awan sambil mengusap pahanya.   "Buat kamu? Kamu mau nerima Sonya?" tanya Eka.   "Nggak tahu, kamu pertanyaan suka ngadi-ngadi sumpah," ucap Awan kesal karena pertanyaan Eka tidak masuk akal, mana mungkin Sonya mandul. Dia punya anak bernama Janu, gimana caranya kalau wanita mandul bisa hamil. Awan bahkan melihat foto Sonya yang sedang melakukan pemotretan maternity di kamarnya dulu, Awan suka sekali melihat Sonya yang berperut buncit dan tersenyum manis di fotonya. Manis.   "Ih ... kan seandainya, kamu mah, diajak berkhayal teh, meni susah (susah amat)," ucap Eka kesal karena Awan sama sekali tidak mau menjawab pertanyaannya.   "Dahlah ... pusing aku sama kamu, udah intinya aku bakal tanggung jawab. Sumpah, yah. Kalau sampai Sonya cerai sama suami si ...." Awan menghentikan perkataannya dan mengambil uang lima puluh ribu dari sakunya kemudian memberi
Read more
113. Dekapan Hangat Awan
Sonya terus mengetuk-ngetukkan kitten heel Dior miliknya ke lantai beton rooftop, entah sudah berapa lama dia berdiri di sana dan menatap langit yang berawan. Senyuman Sonya beberapa kali terlukis di wajahnya yang cantik setiap melihat awan. Ia menyadari kalau saat ini nama lelaki yang selalu bersama dengan dirinya dan menggodanya bernama sama dengan apa yang selalu ia liat di langit. Awan."Sonya, Nya ... Sonya, yuhuuu ... kamu di mana?"Suara Awan yang sudah Sonya hapal di luar kepala dengan cepat menggelitik kupingnya, "Di sini, Wan ... dan kenapa harus pake kata yuhuu segala, sih? Udah kaya film tahun delapan puluhan." Sonya memutar badannya dan mendapati Awan yang sedang berjalan mengenakan scrub berwana merah wine mendekatinya."Kayanya cuman kamu yang pakai scrub dan terlihat menarik, Wan." Sonya memicingkan matanya untuk melihat Awan yang berjalan ke arahnya sembari membawa dua gelas boba pesanannya. "Ada satu orang lagi yang te
Read more
114. Teriakan Penuh Hasrat
Sonya membuka bibirnya lebih lebar agar Awan bisa menggelitik setiap inci bagian dalam bibirnya. Sayup-sayup terdengar suara kecupan yang ia lakukan dengan Awan, suara itu awalnya terdengar pelan dan lembut namun, seiring beriringnya waktu kecupan itu makin keras, dalam dan liar membuat Sonya kewalahan sendiri mengikuti ritme cumbuan Awan."Awan ...." Sonya menyetuh pipi Awan dengan kedua tangannya, mengusap jenggot Awan yang selalu tercukur sempurna yang membuat Sonya merasakan ledakkan gairah ketika jenggot itu menggesek bagian-bagian tubuh sensitif miliknya."Hmm ...," guman Awan yang asik menggesek-gesekkan permukaan bibirnya di bibir Sonya. "Kamu mau apa?" Songa kembali melontarkan pertanyaan bodoh."Hahaha ... aku mau apa?" tanya Awan sembari menarik pinggul Sonya dengan keras hingga menabrak pinggulnya. "Kamu sosoan nanya atau gimana?"Tubuh Sonya berguncang saat Awan menarik tubuhnya, senyum nakal terlihat di wajah Sonya. "Aku tau kamu mau apa, tapi ....""Kenapa? Ada yang sal
Read more
115. Never Winning Anything
Sonya melangkahkan kakinya dengan kaki yang bergetar hebat, pikirannya masih berada di atas rooftop, ia tidak habis pikir kenapa Awan bisa tiba-tiba seliar itu dan memintanya bercinta di sana. Sebuah pengalaman yang belum pernah Sonya rasakan dan membuat ia tidak bisa berkata apa pun juga.Percintaannya dengan Awan berhenti saat Awan menerima telepon yang mengharuskan dirinya mengecek persediaan alat kesehatan dan dirinya harus bertemu dengan kelurga pasien yang akan ia operasi. Sonya berbelok dan kaget saat ia menabrak seseorang, "Maaf." Sonya spontan meminta maaf sambil mengusap hidungnya yang mengenai tubuh orang yang ia tabrak."Sonya ...."Refleks Sonya mengangkat kepalanya dan mendapati Emir yang sedang menatapnya. Wangi tubuh Emir yang selalu berbau tembakau dengan cepat bisa Sonya cium, dulu dia sangat suka dengan wangi tubuh Emir tapi, sekarang? Jangan salah, Sonya ingin dengan cepat melarikan diri dari sana."Oh ... hai, Emir," ucap Sonya pelan sambil m
Read more
116. Kebodohan Bi Sun
Sonya menggeliat di atas ranjangnya, matanya berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya kamarnya ... sebentar ini benar kamarnya atau kamar Awan? Sonya mencoba mengingat apa yang ia lakukan tadi malam, dia bekerja seperti biasa dan pulang ke rumahnya."Ternyata ini kamar aku," bisik Sonya yang melihat langit-langit kamarnya yang terpasang gantungan lampu berbentuk aesthetic berwarna broken white. Tangannya mengusap ranjang sampingnya yang dingin dan kosong, seketika itu juga ada perasaan rindu yang menyelusup di dadanya. Rindu akan tubuh Awan yang selalu ia rasakan mendekapnya disetiap malamnya beberapa hari yang lalu.Kring ... kring ... kring ....Sonya dengan cekatan mengambil ponselnya, "Iya halo ....""Pagi ...."Kesadaran Sonya dengan cepat pulih saat mendengar suara maskulin Awan, "Pagi, Wan ... kenapa aku pulang ke rumah, yah?""Hahaha ... yah, emang kamu mau pulang ke mana kalau nggak ke rumah, Sonya? Emang kamu mau pulang
Read more
117. Bangsat!?
"Bu ... Ibu nggak apa-apa?" tanya Bi Sun yang kaget melihat ekspresi Sonya yang berubah pias dengan cepat."Bi Sun, kapan Emir pergi ke tetangga?" tanya Sonya sembari menahan rasa panik yang tiba-tiba berkecambuk di dadanya. Bagaimana ini, Sonya tahu kelakuan Emir yang meledak-ledak dia yakin kalau saat ini Emir sedang mendatangi rumah Awan dengan penuh angkara murka."Tadi, baru aja, Bu," sahut Bi Sun sembari melap lantai yang lengket karena orange jus yang Sonya muntahkan. "Tadi banget?" tanya Sonya sembari menyimpan gelas orange jus miliknya secara serampangan. "Iya, Bu, tadi banget ... cuman kepaut semenit pas Ibu datang, Pak Emir tutup pintu depan tapi, mukanya kaya yang marah gitu, Bu," terang Bu Sun sembari menunjuk ke arah pintu keluar.Jantung Sonya bergetar hebat dengan cepat Sonya memikirkan berbagai macam skenario terburuk yang akan Emir lakukan pada Awan. Bukan apa-apa hidup dan tinggal bersama Emir lebih dari lima tahun membuat Sonya hapal luar dan
Read more
118. Mempertahankan Ego
Brak ....Seketika itu juga Awan merasakan rasa sakit yang luar biasa dibagian kepalanya, pandangannya buram dan hanya bisa melihat wajah Sonya yang panik di hadapannya. Tubuhnya tiba-tiba limbung ke kanan, rasa sakit dengan cepat menjalar dari bagian kepala ke seluruh tubuhnya. Tubuh Awan berdebam saat menghantam lantai garasi rumahnya yang dingin, rasa sakit menghantam sisi bagian kanan badannya. "Sonya ....""Awan ... ampun, Awan," isak Sonya sembari berlari dan memeluk Awan dengan erat melindungi tubuh Awan dari serangan dadakan lainnya dari Emir."Awas!? Awas Sonya, aku mau bikin babak belur laki-laki yang berani nyentuh kamu!? Kamu itu punya aku!?" sentak Emir sembari melemparkan helm yang ia gunakan untuk memukul kepala Awan dengan keras tadi. "Sinting kamu, Emir. Sana pergi!?" teriak Sonya sembari mengambil helm putih Awan dan melemparkannya ke arah Emir. "Pergi!?""Pergi!? Kamu suruh aku pergi? Kamu punya otak nggak!?
Read more
119. Pilihan Sonya
"Sonya ...," rintih Awan sambil berjuang untuk duduk, kepalanya sakit bukan main. Awan melirik ke arah kanan dan menyadari kalau ia di pukul menggunakan helm bermerek nolan yang sudah teuji kerasnya. Sonya yang sedang sibuk mengusap air matanya dengan punggung tangannya, ia mengalihkan pandangannya melihat Awan. Matanya mengerjap untuk melihat wajah Awan dengan jelas. "Awan ... Awan ...."Tangan Awan terulur dan mengusap air mata Sonya yang masih mengalir keluar dari manik mata hitam milik Sonya. Mata mungil yang sangat Awan sukai saat ini sedang mengalir air mata, sakit rasanya melihat itu. Padahal, Awan sudah berjanji tidak akan membuat wanitanya menangis. Tapi, karena kecerobohannya tidak bisa melindungi diri, saat ini Sonya menangis."Jangan nangis, ada aku. Jangan nangis, yah. Cantik." Awan mengusap air mata Sonya sambil beringsut pelan agar mendekat pada badan Sonya, ia ingin secepat mungkin memeluk Sonya dan menenangkan wanita itu."Awan .
Read more
120. Sebuah Janji Lainnya
“Sakit … pelan,” ringis Awan saat Sonya menyentuh luka di bagian kepalanya yang terkena pukulan Emir yang melindungi dirinya tadi.Sonya memajukan wajahnya mendekati pelipis Awan dan meniupinya perlahan sembari terus mengusapkan alkohol. “Pelan … ini aku udah pelan.”Awan tersenyum melihat wajah Sonya dari dekat, ia suka melihat bibir Sonya yang mengerucut kecil dan wajahnya yang terlihat polos tanpa make up, iya … Awan sangat suka wajah Sonya yang baru bangun tidur tanpa make up sama sekali, apa lagi wajahnya saat setelah bercinta dengan dirinya, terlihat puas, bahagia dan sensual.“Kenapa kamu senyum-senyum?” tanya Sonya, Sonya menyimpan kapas bekas dan botol alkohol di nakas terdekat. “kamu kalau senyum-senyum gini pasti ada maunya.”Tangan Awan terulur dan menyentuh pinggul Sonya, dengan sekali tarikan Awan membuat badan sonya berada di antara kedua pahanya. “Aku mau kamu bilang, aku suka kamu Awan.”Sonya memundurkan kepalanya sediki
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
39
DMCA.com Protection Status