All Chapters of Tumbal Pernikahan: Chapter 41 - Chapter 50
60 Chapters
Masa Lalu Buarlah Berlalu
Malam yang panjang telah keduanya nikmati seolah tidak akan ada lagi malam berikutnya. Keduanya sama-sama mencari kepuasan dunia yang selama satu bulan lebih tak mereka dapatkan. Ungkapan cinta terus terucap dari bibir Fara dan jawaban Yuda seolah tidak nyambung. Pria itu masih sedikit malu walau hanya untuk mengucap kata 'aku mencintaimu' padahal Fara sudah tah benar kalau rasa cinta Yuda untuknya bukan main-main. "Ayo, aku mau denger kamu bilang gitu lagi. Please, Yud. Aku mau denger lagi dalam keadaan sangat sadar," rayu Fara yang saat ini sedang tertidur di atas bahu Yuda seusai pertempuran mereka yang entah keberapa kali."Harus banget, ya. Aku malu, Ra," jawab Yuda dengan wajah serius. "Kamu kan udah tahu kenapa juga harus diulangi lagi."Fara cemberut, tetapi tetap memaksa Yuda untuk menyatakannya lagi dan akhirnya pria itu menyatakan perasaannya kembali dalam keadaan Fara yang sudah sangat sadar.***Napas Fara tercekat dengan detak jantung yang bertalu-talu. Selembar kertas
Read more
Masih Belum Melupakan Amanda
Tatapannya nanar menatap benda bulat berwarna keemasan di atas meja. Dia menghela napasnya dengan berat dan lagi-lagi tertampar oleh kenyataan bahwa si empunya barang itu sudah lama pergi dan tak lagi peduli dengan benda tersebut. Dia ambil benda itu dan memegangnya dengan jari teluk dan ibu jari, lalu menatap ke arah siai dalam dari cincin tersebut, membaca tiga kata yang terukir di sana."Amanda dan Angga," gumamnya dengan lirih dan kembali mendesah dengan berat.Angga terus memperhatikan cincin pernikahan milik Amanda yang wanita itu tinggalkan dengan berkas perceraian yang sudah Amanda siapkan dengan sendirinya dan juga akta perceraian yang sudah menjadi bukti bahwa keduanya sudah resmi berpisah sejak hampir tujuh tahun yang lalu.Hari itu selang beberapa bulan dari perginya Amanda datanglah sebuah surat panggilan yang mewajibkan Angga untuk datang di sidang perdana mereka. Awalnya dia tak ingin datang, tetapi Angga menyakini satu hal bahwa sang istri pasti akan datang di sidang p
Read more
Rahasia Amanda Terbongkar
"Aku bener-bener minta maaf sama kamu, aku hampir aja bongkar rahasia itu."Althan menghentikan langkahnya tepat di bibir pintu saat mendengar kalimat ambigu yang keluar dari mulut Seffina. Wanita itu sedang berbicang dengan seseorang yang Althan tidak tahu itu siapa, Seffina terlihat begitu serius dalam berbicara meski Althan hanya menatap punggung sang istri."Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti.""Maaf, ya. Aku hampir aja bilang semuanya, tapi kamu jangan takut karena aku belum ngomong kok ke Angga soal kehamilan kamu waktu itu."Degh! Althan membeku di tempatnya mendengar kalimat terakhir yang Seffina lontarkan. Otaknya seolah penuh dengan pertanyaan membuatnya menjadi semakin bingung. Namun, dia sudah menangkap siapa lawan bicara istrinya itu, tetapi Althan masih tetap di bibir pintu dan menanti apakah ada rahasia lain selain kehamilan itu."Aku minta maaf kalau udah nyuruh kamu tutupi itu semua dari awal.""Aku nggak masalah, Amanda. Aku seneng bisa bantu kamu. Semoga kamu sekaran
Read more
Angga Tahu Segalanya
Angga mendesah, mengambil tas itu dan mulai memeriksa isinya. Jauh dalam lubuk hati dia berharap kalau bisa menemukan titik terang di mana Amanda berada karena Angga tahu benar bahwa tas yang selalu Amanda gunakan untuk pergi hanyalah itu. Kening Angga mengernyit saat tangannya menemukan sebuah amplop bertuliskan nama rumah sakit. Dia semakin bingung dan mulai menerka yang tidak-tidak."Jangan-jangan Amanda ...."Angga menggeleng beberapa kali untuk menghilangkan prasangka buruknya itu. Demi menghilangkan prsangka tersebut dia pun membuka amplopnya dan sangat terkejut saat mengetahui laporan medis itu. Angga mematung antara perasaan bahagia dan juga sedih. Lagi ... Angga membacanya, meneliti laporan itu dan memeriksa tanggalnya. Angga dibuat semakin terkejut saat tahu alamat rumah sakit itu."Jadi benar kalau Amanda sendiri yang tahu semuanya. Jadi ... selama ini dia juga ...." Angga menghentikan kalimatnya karena tak mampu berkata apa-apa lagi. Penyesalan itu semakin membesar setelah
Read more
Jadi, aku ditolak lagi?
Althan mendesah berulangkali sambil menatap Angga yang malas-malasan dalam mempersiapkan pakaiannya, pria itu bersedekap dada dan bersender di ambang pintu sambil terus geleng-geleng kepala beberapa kali."Lo nggak seneng gue suruh ke luar negeri ... ini itu tugas kantor, Ga. Sekalian lo liburan di sana biar lo nggak makin stress.""Gue males, Bang. Kenapa juga harus gue sih yang lo kirim ke sana," desah Angga sambil memasukkan beberapa keperluannya selama jauh dari rumah."Ck, emang siapa yang bisa gue kirim selain lo ... Seffina gitu. Gila aja gue suruh dia pergi, kalau gue kangen nanti gimana? Mau lo tanggungjawab!" kata Althan yang langsung membuat atensi Angga beralih padanya."Okeh, gue yang akan pergi!" putus Angga dengan berat hati. Nasibnya kini sangat buruk karena sudah menjadi jomlo, lebih tepatnya seorang duda, entah duda beranak atau duda yang kesepian."Gue udah persiapin semuanya, apartemen selama lo ada di sana dan juga asisten pribadi buat ngurusin semua agenda lo itu
Read more
Papa Biologis Shadam
Lagi dan lagi, hanya sebuah penolakan yang selalu Daejung dapatkan. Luka karena masa lalu di hati Amanda belum juga bisa dia obati. Wanita itu juga sudah sering mengatakan bahwasanya dia belum bisa menerima kehadiran orang lain di hatinya. Amanda sudah menerima Daejung dalam hidup wanita itu, tetapi untuk menjadi pendamping hidup dia harus kembali memikirkannya dengan sangat matang."Memilih pendamping bukan seperti memilih barang, apa yang kita suka pasti akan kita miliki. Aku cuma butuh waktu lagi supaya meyakinkan hati ini kalau pilihanku tidak akan pernah salah. Aku sayang sama kamu, Jung. Tapi kalau untuk memulai hidup yang baru ... jujur aku belum sanggup." Amanda menatap sedih ke arah Daejung yang sedang bersenda gurau dengan Shadam.Meski Amanda belum juga memberikan kepastian tentang hubungan mereka, tetapi Daejung tetap perhatian kepadanya maupun Shadam. Pria itu juga tetap peduli seperti biasa seolah mereka tidak pernah adu pendapat sebelumnya."Mami sini! Ayo main sama pap
Read more
Kembalinya Masa Lalu
"Maaf, Amanda. Angga udah tahu semuanya, dia tahu kalau kamu pergi dalam keadaan hamil dan nggak ngasih tahu dia soal kabar bahagia itu.""Maksud Kak Althan apa?""Angga udah tahu semuanya, dan aku juga nggak mungkin sembunyiin keberadaan kamu lebih lama lagi."Amanda mengembuskan napasnya dengan berat berulangkali, ketakutan yang selama ini dia rasakan kini telah terjadi dan dia malah tidak mampu berbuat apa-apa. "Apa Kak Althan juga ngasih tahu keberadaanku di mana? Kakau misalkan dia datang ke sini gimana ... rebut Shadam dari aku dan ...." Amanda menggeleng beberapa kali dan membuang pikiran buruknya tersebut. Dia tidak mau terlalu berpikiran buruk dan nantinya yang dia takutkan malah benar-benar terjadi."Dia cuma masa lalu, dan soal rahasiaku itu. Aku bisa berkilah dari dia."Amanda selalu menyibukkan dirinya di rumah dan juga butik supaya tak lagi mengingat ucapan Althan hari itu. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan merancang mode-mode terbaru. Bermain dengan Shadam d
Read more
Detik-detik Pertemuan Dua Hati
"Miii!""Iya ... ada apa, Sayang?" tanya Amanda tanpa menatap anak semata wayangnya itu karena sibuk mengemasi barang bawaannya agar tak tertinggal saat kembali ke kota tempat tinggalnya. "Papa mana? Bukannya tadi pergi bersama." Atensi Amanda langsung fokus ke arah bocah itu karena kembali sendirian tanpa Daejung."Papa lagi ngobrol sama oom," jawab Shadam polos sambil duduk di dekat sang ibu.Kening Amanda mengernyit mendengar jawaban Shadam. Pria itu tak mengatakan bila memiliki janji dengan orang di waktu liburan mereka. "Oom siapa maksudnya, Nak? Mami udah kenal belom sama oomnya?"Shadam yang tadinya sedang menjilat es krim kini menghentikan aktifitasnya itu dan mulai mendongak untuk mengingat sesuatu. "Kayaknya belum, soalnya papa belum pernah ajak oom itu ke rumah. Kan, baru beberapa hari yang lalu ketemunya waktu Shadam sama papa jalan-jalan di mall." Shadam menjelaskan dengan wajah polosnya membuat Amanda mengangguk beberapa kali sebagai isyarat mengerti."Oomnya baik loh,
Read more
Mencoba Move On
Di lain sisi, di tempat yang tidak jauh dari Amanda berada, seorang pria dengan kemeja yang lengannya dilipat sampai siku juga sedang menikmati indahnya matahari terbenam di bibir pantai. Beberapa kali juga dia menghela napasnya dengan pelan saat semua penderitaan yang telah dia perbuat muncul silih berganti. Penyesalan itu memang datang di akhir dan kini hanya bisa meratapi semua penyesalan itu sendiri."Andai aja kamu masih di samping aku, Yang. Pasti sekarang kita bisa menikmati matahari terbenam bersama seperti yang kamu inginkan," lirihnya sambil terus menatap sang mentari yang perlahan pulang ke peraduan.Angga mendesah lagi saat semua bayangan penyesalan itu muncul secara bergantian. Dia benar-benar telah menyesali keputusannya yang salah hari itu dan kini menyesal telah tidak ada artinya lagi. "Aku benar-benar minta maaf sama kamu, Amanda. Aku juga nggak berharap kalau hubungan kita akan seperti dulu lagi, tapi seenggaknya seharusnya kamu ngasih aku waktu supaya bisa tahu
Read more
Pertemuan Dua Mantan
Amanda masih bersiap di dalam kamarnya dengan jantung yang berdegup cukup kencang, entah mengapa dia menjadi gugup dengan tiba-tiba mengingat bahwa tamu khusus yang telah Daejung undang adalah pemilik utama perusahaan yang sedang bekerja sama dengan dokter bujang tersebut. Dia memperhatikan setiap penampilannya agar tak mengecewakan sebagai pemilik rumah, apalagi Daejng juga sudah mengatakan mereka sudah memiliki status yang lumayan jelas. Ya, Amanda sudah menerima Daejung dan bersedia memulai semuanya dari awal dengan pria yangg masih bujang tersebut. Amanda juga tidak ingin kalau orang pentinng itu melihatnya dengan sebelah mata karena dia adalah sorang janda beranak satu meski secara umur lebih tua Daejung daripada dirinya. "Semoga penampilanku tidak membuat Jung malu di depan rekan kerjanya. Ini juga kali pertama Daejung mengajak temannya makan malam di rumahku. Sepertinya teman barunya itu memang sangat spesial. Amanda melanjutkan mematut dirinya di depan cermin. Dia mengenaka
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status