All Chapters of Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Chapter 81 - Chapter 90
156 Chapters
Part 80. Ayah
“Memang apa istimewanya dari itu, Mom?” Aku memberanikan diri untuk bertanya. Selama ini, aku belum pernah mendengar ada yang lahir dari bangsa campuran. Mungkin untuk percampuran dua bangsa—werewolf manusia, atau manusia vampire, pernah mendengar. Namun, tidak untuk yang ini. “Mungkin kau pernah mendengar bahwa ada manusia yang berpasangan dengan vampire atau werewolf, kan? Tetapi tidak dengan vampire dan werewolf. Kau tahu kenapa?” Aku menggeleng. Memang benar jika perpaduan dua bangsa itu belum pernah kudengar. Mungkin mereka tak tahan akan baunya, ya? Apalagi dua bangsa ini merupakan musuh bebuyutan, ya. Akan masuk akal jika aroma yang dikeluarkan werewolf, tak akan sanggup dihidu oleh vampire. Keduanya memiliki indera penghidu yang tajam, dan aroma masih-masing terlalu menusuk hidung. Seperti Daphne yang tak tahan dengan aromaku, pun sebaliknya. Aku tak begitu kuat engan aroma vampire.
Read more
Part 81. Lagi
“Ayahmu bukan berarti tidak selamat, Dav. Dia hanya tertidur karena kehabisan energi,” jelas Mom. Aku mendesah lega. Baru saja aku berpikir bahwa ayah tidak selamat karena itu. Kejadian itu sudah terjadi beberapa belas tahun silam. Apakah sekarang beliau masih tertidur?“Mom, apa Dad masih tertidur?” tanyaku.Biasanya, akan ada helaan napas saat seseorang diam. Namun, ini adalah Mom—yang tubuhnya telah mejadi vampire. Jadi, aku sanksi beliau akan memberiku genstur itu. Seperti tadi saja, beliau berpura-pura tertidur lelap padahal tidak.“Kenapa? Apa kau ingin menemuinya?”Aku mengangguk. Tentu saja aku ingin bertemu. Memastikan bagaimana ucapan orang yang mengatakan aku begitu mirip dengan beliau. Tak hanya itu, sebagai anak aku ingin tahu bagaimana orang yang membuatku ada. Sosok Paman Sean mungkin bisa mengajariku menjadi lelaki, tetapi tidak akan sehebat ayah langsung.“Apakah b
Read more
part 82. Terkejar
"Mereka bisa mengatasinya. Dari pada kita yang di sana, akan lebih baik jika kau ikut aku, Dav. Kita dalam kondisi yang kritis. Musuh sudah mulai bergerak dan mengetahui tentangmu. Akan ada baiknya jika kita mulai untuk mengatur strategi."Musuh? Strategi? Apalagi ini?"Mom, kita tak salah jalan?"Mom tak mengindahkan pertanyaanku. Jalan yang kami lalui semakin sulit saja, seperti hutan yang belum pernah terjamah siapa pun. Sesekali, aku menoleh ke belakang. Siapa tahu Daphne dan Bibi Karin menyusul, kan?Aku memang baru mengenal mereka, tetapi tak kupungkiri jika keselamatan mereka kini kupikirkan. Selama aku bisa mengingat, hanya ada Paman Sean yang ada di sampingku. Mengetahui aku memiliki banyak keluarga yang masih ada, tentu membuatku senang. Tak terkecuali dengan Daphne yang memiliki tingkah menyebalkan.Mereka semua memiliki warna tersendiri. Nenek dan bibi yang berambut merah, ibu dan Daphne yang seperti kembar dan berambut pirang
Read more
Part 83. Teleportasi
“Mom, bagaimana?” tanyaku. Tubuh ini tanpa sadar mengalami tremor. Mungkin, otakku memerintahkannya. Tenaga yang susah payah kukumpulkan terasa menguap sedikit demi sedikit.Mon Goddess—yang keberadaannya tak kuketahui, aku meminta bantuanmu untuk kami.“Lunar, berhenti!” Sebuah teriakan kudengar dan setelah itu Mom menggenggam tanganku lebih erat.“Tidak! Kumohon jangan lagi.” Bisa kudengar Mom berbisik. Apa ada hal yang terjadi di masa lalu dan berhubungan dengan ini, hingga Mom begitu terlihat tertekan? Mom kini seorang vampire, dan aliran darah yang normal tak akan bisa kurasakan. Namun, aku bisa merasakan jika Mom tertekan.“Mom,” panggilku.Mom tidak menggubris. Justru beliau menambah laju larinya semakin cepat, dan aku semakin terseok saja untuk mengimbanginya.Dug!“Ah!!!” Aku kembali memekik saat kakiku tersandung. Kali ini, bukan ka
Read more
Part 84. Pengorbanan Mom
Pria itu memandang ke arahku. Tatapannya tajam, dan bola matanya berwarna merah darah. Apa beliau ayahku? Entahlah. Aku tak ingin berasumsi terlalu jauh dan hanya menerka saja, karena postur dan penampilannya tak jauh dari yang kutahu. Saat itu, bukankah aku hanya melihat sekilas saja?“Apa kau ayahku?” tanyaku. Dengan langkah terseok akibat punggung menimpa batu, juga kaki yang belum pulih, aku mendekatinya. Ia yang tengah membantu ibu untuk duduk sontak menatapku dengan tajam.“Aku tahu jika wajah kami hampir mirip. Namun, ayolah ... kenapa anaknya juga salah mengenaliku?” Ia menunduk, lalu melanjutkan, “Lihatlah, Lun! Putra dari Ced mengira aku ayahnya. Lucu, kan?”Apa? Jadi ia bukan ayahku? Apa semacam saudara, atau bahkan kembaran? Akan tetapi, aku tidak pernah mendengar Paman Sean mengatakan ayah memiliki kembaran. Salahkan saja rupa, rambut, postur dan warna kulit yang hampir serupa itu. Juga, aku yang tidak
Read more
Part 85. Menuju Utara
“Mom, sudah cukup kau menyelamatkanku saat kebakaran saat itu dan sekarang. Jangan lagi. Aku tidak akan sanggup melihatmu seperti ini karena memaksa teleportasi,” ucapku. Hanya ini yang bisa kukatakan padanya. Setidaknya, di dalam ucapan itu aku berusaha, agar ketika nanti Mom tidak melakukan hal itu lagi.“Mom kuat, Dav. Teleportasi bukanlah hal yang berat untuk Mom. Hanya saja, Mom memang masih belum mengisi energi dengan berburu. Jadi, Mom tidak sekuat biasanya. Apalagi ditambah Mom tidak mendapat asupan dari ayahmu, jadilah keadaan Mom seperti ini. Maafkan Mom, ya. Mom sudah membuatmu khawatir.”Aku menggeleng dan berkata,”Jangan meminta maaf, Mom. Seharusnya aku yang meminta maaf karena terlalu lemah. Aku tidak bisa melindungi Mom dan Daphne. Seharusnya sebagai seorang putra, aku menggantikan ayah melindungi kalian saat beliau tidak ada. Maafkan aku yang terlalu lemah ini, Mom.”Aku menunduk, merasa tidak berg
Read more
Part 86. Pertengkaran
“Dav, bangunlah!” Mataku terbuka, dan mendapati wajah ibuku yang terlihat lebih segar. Apa ada hal yang terlewat olehku? Atau ... benar jika beliau bisa menyembuhkan diri sendiri seperti ucapannya? “Kau terlihat pulas, jadi aku tidak tega membangunkanmu. Untuk saat ini, kau harus bangun karena kita sudah hampir sampai,” ucap Mom. Beliau tersenyum kecil, dan melihatnya seperti itu membuatku tenang. Astaga! Paman Isa mengatakan jika kereta akan sampai setelah matahari terbenam. Sepertinya aku tertidur terlalu lama. “Mom sudah tidak apa-apa? Maafkan aku yang belum bisa menjagamu seperti pinta Paman Isa, ya.”Aku menunduk. Untuk sekali lagi aku merutuki kelemahanku. Kalau saja tidak lemah, tentu bisa menjaga Mom. Yah ... mau bagaimana lagi. Aku benar-benar lelah dan tubuhku juga merasa kesakitan. “Tak apa. Mom paham dengan keadaanmu, Dav. Kau pasti lelah karena tidak bisa beristirahat dengan baik. Tak hanya itu, Mom juga melihatmu jatuh dengan buruk.” Setelah itu Mom menutup mulutny
Read more
Part 87. Disudutkan
“Begitukah?” ucapnya solah mengejek. Kau tak ingin terlibat apa pun dalam pertengkaran mereka. Jadi, kau lebih memilih diam dan mendengarkan. Kalaupun aku tahu, tentu bukan ranaku untuk ikut campur. “Pikirmu kami tidak punya hati? Lalu, bagaimana dengan Cedrick yang sudah mengabdikan dirinya untukmu? Bagaimana pengorbanannya selama ini untukmu? Jangan lupa, Lun, kau sudah memiliki dua anak darinya.” “Itu kecelakaan!” Untuk sekali lagi, Paman Isa tertawa. Kecelakaan katanya? Apa itu berarti aku adalah sebuah kecelakaan yang tidak diharap? Cukup emiris, sebenarnya. Mengingat kehadiran di dunia ini bukan murni karena diinginkan, melainkan terpaksa menerima. Kalau aku tahu sejak awal, tentu tidak akan menerima begitu saja pelukan dari Mom. Aku tak akan mau untuk menerimanya sekalipun beliau memaksa. Tidak akan! Dan tentu aku lebih memilih untuk hidup sendiri saja aklau tahu begini. “Lihat wajah hasil kecelakaanmu!” Sperti yang diperintahkan pada ibu, beliau menoleh ke arahku. Jadi,
Read more
Part 88. Ayah Datang.
Aku masih setia melihat mereka dari dalam. Tak ada niat sedikit pun untuk memisahkan mereka. Namun, tak kupungkiri juga jika mereka mengkhawatirkan. Mom mulai terlihat menahan amarah yang tertahan. Entah karena disudutkan, atau apa pun. Dari pembicaraan mereka, aku menyimpulkan jika Paman Isa tak terlalu menyukai Mom. Jika tak menyukai, kenapa reaksi Paman sangat tidak sinkron begini? Tadi pagi aku masih mendapatinya memperlakukan Mom dengan baik. Tak hanya itu, tak ada sedikit pun tanda bahwa beliau membenci Mom. Seharusnya jika sejak awal beliau tak suka, menunjukkannya sejak tadi tak akan terlihat ganjil. “Kau! Menyesal aku mengubah sikapku selama ini padamu, Lun! Harusnya kau tetap membencimu sejak dulu.” Paman Isa berkata lagi, dan isinya tetap menyudutkan ibuku. Sebenarnya, apa yang telah terjadi di antara mereka semua? Aku tahu Mom memiliki pasangan yang terpaksa untuk menerima, tetapi bukan seperti in
Read more
Part 89. Cerita
Tubuh kecil ibuku digendong ala pengantin olehnya. Setelah itu, ia berbalik dan berjalan ke arahku. Akhirnya, aku bisa melihat bagaimana rupanya itu. Rupa yang selama ini belum pernah kulihat secara langsung. Rupa yang tegas, dengan tatapan teduh dan mata merah menatapku. Wajahnya rupawan, dengan kulit putih pucat khas vampire. Serta, badan tinggi tegap dan membuatku ingin sepertinya. Dari semua hal itu, aku membenarkan perkataan mereka. Melihatnya membuatku seperti berkata dan mendapati wajahku dalam versi dewasa. Ah, aku terlalu memuji. “Senang bertemu denganmu, Dav. Tak kusangka kau sudah sebesar ini.” Astaga! Beliau tersenyum dan menghampiriku. Aku yang masih lemas tentu tak bisa berbuat apa pun untuk membalasnya. Jangankan untuk berdiri menyambut kedatangannya, menjawab ucpannya saja aku merasa tak mampu. “Dia tumbuh dengan hebat!” ucap Mom. Ayahku me
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status