All Chapters of Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Chapter 91 - Chapter 100
156 Chapters
Part 90. Nama
“Paman Sean sudah bertemu pasangannya, Dad,” jawabku. Mom dan Dad terdiam. Mereka sama sekali tidak membuka suara setelahnya, dan aku pun begitu. Kebiasaan untuk tidak banyak bersuara sepert sudah mendarah daging di hidupku. Dulu, aku enggan bicara karena setiap kali melakukan hal itu, ejekan akan kuterima. Bahkan lebih buruknya pukulan demi pukulan kurasakan. Namun, kini aku suah normal, dan kebiasaan itu terbawa hingga sekarang. Kalau saja Mom dan Dad tahu, apa yang akan mereka lakukan? Sedangkan Mom saja selalu mengucap maaf. Aku menyadari, semua hal ini bukan keinginannya. Kami dipaksa oleh keadaan dan tak bisa mengelak. Oh, haruskah aku bersyukur karena hal itu? “Mom, Dad, kalian tak kaget mendengarnya?” tanyaku. Nyatanya, aku tak betah akan situasinya dan memilih untuk membuka mulut. Aneh juga. Setahuku, mereka cukup ekat. Bahkan menurut cerita, Pama
Read more
Part 91. Masa Lalu Mom
“Mom, siapa yang memberiku nama ini?” tanyaku. Entah apa yang kupikirkan saat menanyakan hal itu, pertanyaan yang terlintas begitu saja di benakku. Seama ini, aku hanya bias berasumsi dengan pemikiran yang tak jelas. Davian adalah nama mantan pasangan Mom, yang akhirnya meninggal di tangan ayahku. Kemungkinan terbesar adalah karena itu Mom menjadi pasangan Dad, dan menghasilkan aku serta Daphne. Untuk pertanyaan kenapa Paman Davian masih berkeliaran sampai sekarang, aku akan mencari orang yang tepat untuk kumintai jawaban. Tak mungkin aku menanyakannya pada Mom, karena pasti beliau amat terpukul. Mom adalah orang yang tersakiti di sini, jadi aku tak mau menambah beban hatinya. “Aku yang menamaimu,” jawab Dad. Aku mengangguk. Ah, tunggu! Kenapa aku baru menyadari jika Dad yang berbicara? Dengan cepat, aku menatap Dad seolah meminta jawaban lain. Tak peduli
Read more
Part 92. Pendapat
Ada banyak hal yang kupikirkan saat perjalanan menuju kastil. Semua hal tentang keluargaku, Paman Isa yang membenci ibuku, juga kenapa ayah yang menjemput kami. Selama ini kupikir ayah ke mana, tetapi melihat beliau ada, semua pemikiran itu lenyap. Setelah pembicaraan Panjang itu, kami hanya diam. Apalagi Mom. Beliau sama sekali tak mengeluarkan suara, pun dengan Tindakan. Kalua saja aku tidak ingat beliau Sudha menjadi vampire, pasti aku mengira beliau adalah mayat yang diawetkan. Vampire tidak berkedip jika ingin. Mata mereka tidak memerlukan air mata yang dihasilkan setiap kali berkedip, untuk melembapkan bola mata mereka. Mereka juga tidak butuh gerakan paru mengambil udara—atau manusia biasa menyebutnya sebagai bernapas. Dari semua hal itu, tidak adanya tanda kehidupan membuat keberarasaannya terlihat mati. Apalagi dengan warna kullit yang pucat. Jalanan sunyi membuatku ingin berpikir lebih banyak lagi. Sampai
Read more
Part 93. Celaka!
“Jujur saja, Dad, aku tidak ingin membayangkan sesuatu yang berlebihan. Bisa tinggal dengan keluarga tanpa masalah saja sudah mampu membuatku puas. Untuk Dad, hidup di wilayah netral mungkin sebuah pilihan yang bagus. Tapi untukku yang belum mengetahui apa pun tentang banyak tempat, menetap di wilayah netral adalah sebuah hal yang harus dipertimbangkan.” Tidak salah dengan ucapanku, kan? Bagiku, hidup di wilayah netral berarti aku harus menyesuaikan diri dengan banyak hal yang baru. Terutama tentang teknologi yang manusia ciptakan. Melihat Daphne dan Mom yang begitu mahir menggunakan benda kotak itu, membuatku berpikir banyak. Hal itu mungkin hanya sedikit saja dari yang mereka miliki. Aku sudah melihat begtiu banyak, tetapi di dalam hati justru berkebalikan. Rasa-rasanya semua itu tidak ada apa-apanya sama sekali. Para manusia dan barang ciptaannya masih membuatku penasaran dengan sebanyak apa benda yang sudah mereka ciptakan. Kalau boleh jujur, aku ingin sekali melihat lebih banyak
Read more
Part 94. Menghadapi Monster
Setelah Dad mengatakan akan melatihku, beliau tak main-main. Aku dibawa ke kastil, dikenalkan pada para penghuni di sana yang kebanyakan memandangku dengan tatapan sinis. Banyak dari mereka adalah vampire kelahiran baru. Mereka direkrut Dad karena tak ingin mereka dimusnahkan. Bagi keluarga keturunan murni, vampire kelahiran baru adalah bencana. Mereka tidak bisa dikendalikan dan bisa menyebabkan pembantaian masal. Mereka cenderung tidak memiliki pengendalian diri dan berakhir dengan menghabisi aroma darah yang terjangkau oleh mereka. Untuk mengendalikan para vampire kelahiran baru ini, para vampire bangsawan dan keturunan murni melakukan pencegahan. Setiap ada vampire kelahiran baru di wilayah mereka, sang pemilik wilayah diharuskan memilih di antara dua pilihan, yakni memberlakukan kontrak darah dan menjadikan mereka bawahan, dengan catatan bertanggung jawab dengan semua hal pada mereka, atau membunuh mereka dengan memusnahkannya.&
Read more
Part 95. Monster Aneh
“Pertajam inderamu!” perintah Dad. Tanpa diperintah pun, aku sudah melakukannya sejak tadi. Hanya Dad saja yang tidak tahu. Huh! Lama-lama aku tidak suka keadaan ini. Akan lebih baik jika mereka menunjukkan diri lebih cepat. Karena dengan keadaan seperti ini, aku merasa suasana lebih mencekam dari apa pun. “Aku tahu, Dad!” jawabku. Setengah berkata ketus karena merasa sebal. Namun, aku segera menyadari kesalahanku ini. “Maaf, Dad,” tambahku. Baru saja aku bertemu dengan Dad, aku sudah berkata ketus begitu. Tak pantas! “Kemarilah!” Dad menepuk dahan di sebelahnya, dan setelah itu aku mencari cara untuk ke sana. Hey! Aku ini keturunan serigala, bukan monyet. Jadi, memanjat pohon sama sekali tidak ada dalam daftar latihanku. “Memanjat bukan berarti kau harus memiliki keturunan monyet dulu baru melakukannya, Dav! Kau juga tidak pe
Read more
Part 97. Gotcha!
“Kau hanya mau melihat saja?” tanya Dad. Pedang udah di tanganku, dan Dad melawannya dengan tangan kosong. Gila!“Tapi, Dad. Kau tadi sudah memenggal satu kepalanya, kan? Kenapa tidak dilanjutkan saja?” Bukannya menjawab, aku malah menyerang Dad balik dengan pertanyaan lain. Bukan apa, tetapi tadi aku sudah melihat bagaimana sepak terjang Dad melawannya. Ditambah dengan Dad yang memenggal satu kepalanya, hal itu cukup bisa dijadikan bukti.Dad, kau itu hebat! Namun, kenapa malah memintaku untuk bergabung? Kemampuan bertempurku sangat minim, dengan kekuatan yang tidak seberapa. Jika aku ke sana, aku pasti hanya akan menjadi bebanmu saja. Kau sudah berusia ratusan tahun, sedangkan aku masih belasan. Tentu, pertempuran ini hanya akan berat sebelah. Akan lebih baik jika aku hanya memantau, kan?“Kau itu bodoh atau bagaimana?! Aku menyerahkan pedang itu untukmu bukan untuk membuatmu menggerutu di belakangku. Aku ingin menguji bagaimana kau bertindak menghadapi monster ini, bukan mendorongk
Read more
Part 98. Kena!
Tanah yang kupijaki terasa berbeda. Becek, tetapi tidak licin dan justru membuat tubuhku terasa ringan. Aku sama sekali belum pernah menemukan jenis tanah ini sebelumnya. Dan, jika dilihat juga monster itu terlalu banyak memiliki misteri. Badannya boleh saj besar, tetapi larinya lumayan cepat. Kalau dibandingkan, hampir setara dengan lariku. Aku memiliki kelebihan dalam hal kecepatan karena werewolf, tetapi monster itu? Badan yang besar kukira akan memperlambat laju larinya. Ternyata tidak berpengaruh. Tanah yang kukira tadi aneh, juga seperti tidak memiliki pengaruh yang besar padanya. “Apa yang kau temukan dari hal ini?” tanya Dad. Tiba-tiba saja beliau sudah berlari di sampingku. Aku sempat kaget, tetapi keeimbangan harus kuperhatikan. Jika tidak, aku bisa terjatuh. “Aku harus dan akan menghadapinya. Dengan atau tanpa bantuanmu!” Aku bertekad demikian karena sudah jenuh dengan rasa pengharapan.
Read more
Part 99. Aku Sekarat
Gerakan yang makin gesit dan dengan mudah berkelit, saat aku kembali menghunuskan pedang padanya. Ah … sepertinya monster ini sudah belajar dari pengalaman, ya? Kukira bodoh, ternyata tak sebodoh itu. Akan tetapi, satu hal yang kutangkap darinya. Luka tusukan itu membuat luka dan darah merembes dari sana. Namun, kenapa tidak selambat di leher? Padahal jika sitilik lebih dalam, seharusnya yang di leher alirannya lebih deras karena di sana ada nadi. Tidak mungkin tusukanku mengenai jantungnya. Dengan kulit bersisik sekeras itu, tentu tusukanku bukan apa-apa. Paling-paling kalau berhasil mengena, jantungnya hanya tergores saja. Lagi pula, monster itu masih bergerak dengan bebas. Tidak ada tanda-tanda dia akan tumbang. “Tusuk sekali lagi!” perintah Dad. Masih dengan kondisi hanya suara yang bisa kudengar, sedang raganya entah di mana. Meski begitu, aku memiliki firasat bahwa kemungkinan berhasil itu lebih
Read more
Part 100. Sial
“Terkadang, seorang pria boleh menangisi apa pun yang membuatnya bersedih, Dav. Jika kau mau menangis, tak apa. Menangislah karena itu tak akan merugikanmu. Aku juga tak akan mengolokmu di kemudian hari.”Untuk sekilas, ucapan Dad tidak ada masalah. Justru terdengar seperti ucapan penghiburan yang bagus untuk didengarkan. Namun, aku tahu jika hal itu tidka akan mungkin terjadi. Dad hampir serupa Daphne. Dan kemungkinan, aku akan menjadi bahan tertawaan seumur hidup.Tidak! Aku tak akan menangis di hadapan Dad. Jika itu Mom, mungkin aku masih bisa percaya.“Wajar jika kau lebih mempercayakan tangismu pada ibumu. Dia orang yang lembut dan baik. Aku juga pernah menangis di sampingnya. Kurasa kau benar! Kau bisa menangis jika nanti bertemu dengannya.”Sinting! Semakin lama aku semakin bosan saja.“Dad, sudah kubilang aku sedang tak ingin bercanda. Di belakangku, ada monster yang sedang mengamuk dan mencari untuk menghabisiku. Kalau Dad mau, Dad bisa menghadapinya untukku. Atau paling tida
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status