Semua Bab Qolbu Quddus: Bab 61 - Bab 70
152 Bab
Chapter 61 Penyanderaan
Safira meninggalkan Sma N 2 Bangko mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Namun motor yang dikendarai oleh Safira tiba-tiba oleng dan menghantam aspal saat sebuah mobil dengan sengaja menabrak dirinya. Safira menatap tajam para pria yang keluar dari dalam mobil. Para pria tersebut tertawa dengan cukup keras, saat melihat Safira meringis. “Tidak usah sok jago gadis kecil! Menginginkan kami kepenjara? Mustahil, itu tidak akan pernah terjadi! “Maksud kalian apa? Kenapa kalian menabrakku? Apa kesalahanku?” bentak Safira. Ia mencoba berdiri. Para pria tersebut mendekati Safira dan menjambak rambutnya. “Kesalahanmu adalah kenapa kau hidup didunia ini dan menyusahkan kami!” ujar satu dari lima orang tersebut dengan dingin. Percakapan tersebut terekam oleh mini voice recorder yang ada dikantong jaketnya. Lima pria tersebut menghajar Safira dengan beringas. Safira melawan mereka dengan tak kalah beringas juga, menghindarai pukulan demi pukulan dan menghantam para pria tersebut. Namun
Baca selengkapnya
Chapter 62 Misi Penyelamatan
Geng Red Dragon berserta Barra Rafeyfa Zayan menjambak rambut Safira dan juga melakukan tindakkan pelecehan didepan semua orang. Davina menarik baju Safira hingga robek dibagian dada, dan juga merobek lengan bajunya. “Ini akibat dirimu tidak mau meminta maaf didepan semua orang dan mempermalukanku! Sekarang meminta maaflah, jika tidak ingin kami permalukan dirimu lebih dari ini lagi…..” bentak Davina dengan dingin. Safira tidak mengubris permintaan Davina, malah dengan angkuhnya meludahi wajah Davina. “Kurang ajar….” jerit Davina marah dan menghajar Safira hingga kursi tempat dirinya diikat terjatuh diaspal. “Siksa ia dan permalukan dirinya!” perintah Davina pada anak buah ayahnya. Sang anak buah pun langsung melakukan tindakkan pelecehan demi pelecehan. Safira dipemalukan dengan keji. Semua orang yang menonton, hanya bisa menghela napas tanpa bisa membantu. Jika membantu, mereka akan diperlakukan sama dengan Safira, bahkan bisa lebih dari itu. “Siksa dia, sampai dia mau meminta ma
Baca selengkapnya
Chapter 63 Chip Pelacak
Safira menatap tajam geng Red Dragon saat melihat mereka masuk sekolah dan tidak dipenjara. Geng Red Dragon mendekati Safira dan menatapnya geram. Davina menendang kursi yang diduduki oleh Safira. Safira berdiri dengan menatap tajam Davina dan gengnya. Sebelum Davina hendak memukul Safira,“Berani mendekat! Akan ku colok matamu pakai ini!” ujar Safira mengeluarkan sebuah pisau dari kantong celananya. ”Sebenarnya apa yang kalian inginkan? Kesalahan apa yang telah saya perbuat, sehingga kalian terus saja mengusik saya?” Safira mengepalkan sebelah tangannya dengan geram. "Kau hanya gadis desa, tidak pantas bersekolah di tempat ini!" hina Davina menatap Safira sinis. ”Lalu masalahnya dengan kalian apa hah? tidak salah kan, saya berasal dari desa dan bersekolah disini? Lagi pula saya bersekolah disini bayar kok, nggak gratis! Jadi untuk apa membuang waktu kalian mengusik gadis desa ini?” bentaknya dengan geram. ”Kau harus membayar rasa malu yang kami terima! Seharusnya kau berpikir sebe
Baca selengkapnya
Chapter 64 Masa Lalu Yang Menyiksa
Saat Fikri dan Safira memasuki rumah, langkah Fikri tiba-tiba terhenti melihat kedua orang tuanya sedang bercanda ria di sofa. Safira hanya cuek dan melangkah masuk. Fikri mendengus perlahan memasuki kamarnya, menghempaskan tubuhnya diranjang. Matanya melirik ke arah sebuah lemari pakaiannya dan perlahan membuka mengambil kantong plastik yang berisi baju. Matanya menatap erat sebuah kameja saat sudah dia keluarkan dari kantong plastik, perlahan tangannya mengusap lembut, lalu menciumnya. Aroma harum menusuk hidungnya, ada sedikit ketenangan yang dia dapat. Kameja tersebut adalah kameja yang dicuci oleh Safira saat tragedi di rumah makan Buana. Dia tidak pernah membuka kantong plastik yang berisikan kameja miliknya, setelah Safira memulangkannya pada dirinya. Kepalanya tiba-tiba terasa teramat sakit. Fikri meringis menahan sakit yang tiba-tiba menyerangnya. Adakah yang lebih sakit dari pada di hantui rasa bersalah? Selalu ada duri menikam setiap sendi-sendi. Luka yang sudah lama men
Baca selengkapnya
Chapter 65 Senyum Yang Terenggut
Fikri pulang kerumahnya saat hatinya sudah benar-benar tenang. Setibanya di rumahnya, kembali dirinya dihadang oleh Hanum. “Saya mau bicara!” ucap Hanum dingin. “Ada apa ma?” tanya Fikri cuek. "Mulai besok, kamu akan pindah sekolah di Sma N Bangko!" tanpa basa-basi Hanum memberitahu Fikri, apa yang di inginkannya. Fikri menghela nafas panjang. "Kenapa tiba-tiba ma?" tanya Fikri melirik sebentar kearah mamanya. Lagi-lagi ia hanya bisa menghela napas lelah, jika berhadapan dengan ibunya. "Kamu tidak perlu mempertanyakannya. Suka atau tidak, besok kamu harus pindah ke Sma N Bangko!" perintah sang mama tidak bisa digangu gugat. "Mama selalu saja begitu. Selalu memutuskan sesuatu tanpa bertanya dulu pada Fikri dan keputusan mama sama sekali tidak bisa di bantah lagi. Selalu saja begitu!" Fikri mengusap wajahnya kasar. "Saya tidak suka bantahanmu. Jika tetap menolak, semua aset yang telah di berikan kepadamu, akan ditarik semua," ujar Hanum semakin dingin tak tersentuh. "Ma, bisa tid
Baca selengkapnya
Chapter 66 Sembako
Safira memakai hoodie berwarna hitam dan masker hitam sedang melakukan pengintaian terhadap Barra Rafeyfa Zayan. Terlihat Zayan sangat antusias membagikan sembako pada para warga. Sedangkan anak buahnya sibuk memotret moment demi moment tersebut. “Terima kasih pak, sudah membantu kami…. Jarang sekali ada orang-orang seperti bapak peduli dengan orang susah seperti kami…..” ujar salah satu warga yang diberikan sembako. Para warga sangat bersyukur diberi sembako. Terlihat dari wajah polos mereka, yan sumringah diberikan sembako oleh Barra dan para anak buahnya. Barra dan anak buahnya membagikan sembako tersebut dari rumah kerumah dan dari gang ke gang. Safira terus mengikuti pergerakan Barra. Safira kaget saat salah satu anak buah Barra menabraknya. “Maaf, saya tidak sengaja…..” ucap laki-laki tersebut. Safira hanya menganguk dan bernapas lega, saat dilihatnya anak buah Barra menjauh meninggalkannya. Safira hanya terdiam ditempat berdirinya dalam posisi siaga, jika ada yang menyerangny
Baca selengkapnya
Chapter 67 Perusak Hubungan Anak & Orang Tuanya
Sma N Bangko dihebohkan oleh kedatangan lima pria tampan dan pindahan dari sekolah ternama di Bagan. Yang lebih membuat siswa-siswi semakin heboh, bahkan ada yang mencibir adalah, lima pria tampan tersebut datang bersama Safira. Kelima pria itu secara bergantian memperkenalkan diri mereka masing-masing didepan kelas. Banyak sorakan, tepukkan tangan bahkan gombalan yang dilontarkan para cewek pada kelima pria tampan itu. Sedangkan Safira hanya diam duduk dibangkunya, terus menatapi kelima pria itu dengan tatapan sinis. Tidak menyangka bisa satu kelas dengan musuhnya. “Bakal ada perang dunia ketiga nih.” cetusnya memangku kedua tangannya diatas meja. Sedangkan Fikri juga menatap Safira tajam. “Minggir…” usir Fikri kepada beberapa siswa yang duduk dikursi tidak jauh dari Safira. Sekarang, saat kembalinya Safira disekolah, kelas itu dikuasai oleh dua kubu yang sangat ditakuti dan terkenal setiap hari bermusuhan, yaitu kubu Safira dan geng Red Dragon. Dan sekarang akan bertambah satu k
Baca selengkapnya
Chapter 68 Penyerangan
Safira keluar dari kelas, duduk dimotornya menunggu Fikri dan keempat sahabatnya diparkiran. Safira diam memikirkan ide untuk mendekati Fikri, agar dirinya bisa lebih mudah mendapatkan berbagai informasi. Saat sedang sibuk memikirkan caranya, seorang pria mendekatinya. Safira menatap sang pria dengan tatapan tajam. “Mau lari dariku?” tanyanya dingin. Safira menyeringai. Melipat kedua tangannya didada. “Siapa yang lari.” jawab Safira cuek. “Kenapa kau tidak datang lagi ke club? Sudah berani menantangku?” “Bukan menantang. Tapi, aku sudah memiliki pekerjaan, yang lebih layak dari pada bekerja di tempat terkutuk itu. Aku akan membayar semua hutang ayahku.” jelas Safira menatap Abraham tajam. “Dan aku pastikan, kau tidak akan pernah bisa membayarnya dan menebus dirimu sendiri. Aku tidak mau tahu, malam ini kau harus kembali bekerja ditempatku, atau kau akan menerima akibatnya nanti.” ancam Abraham. “Sorry, aku tidak akan pernah takut dengan ancamanmu. Kau pikir aku bocah lima tahun,
Baca selengkapnya
Chapter 69 Cinta ditolak, bunuh diri pun bertindak
“Coba tebak apa yang saya dapatkan?” ucap Diki disebrang telepon. “Saya menemukan adanya bubuk narkoba jenis sabu-sabu didalam bungkusan mie dan karung beras.” jelas Alvian. “Berarti mereka sengaja memasukkan bubuk sabu kedalam karung beras dan mie supaya para warga kecanduan sabu! Tujuan mereka apa?” Safira nampak berpikir. “Sudah jelas, untuk merusak warga dan anak bangsa ini!” “Terima kasih infonya….” “Goodluck….” balas Alvian. ** Kembali Abraham Adhitama menemui Safira di sekolahnya saat hendak pulang. “Mau apa lagi kamu hah? Tidak usah mengangunya!” ujar Safir hendak menyerang Abraham. “Aku hanya ingin bertemu dengannya! Saya tidak punya urusan denganmu!” bentak Abraham. “Akan menjadi urusan saya, jika kau ingin menyakitinya.” cetus Safir. Dia masih bisa mengingat bagaimana Abraham memperlakukan Safira dengan kasar, agar ikut dengannya. “Baiklah, saya akan bicara padamu,” ujar Safira akhirnya. Safira dan keempat sahabat Fikri mengawasi keduanya di parkiran. “Aku mencin
Baca selengkapnya
Chapter 70 Phobia
Safira, Fikri, dan keempat sahabat Fikri, sedang menghadiri sebuah pesta ulang tahun. Tidak jauh dari tempat acara, terdapat sebuah kolam renang. Safira terus menatapi gerak gerik Fikri, menatapnya dengan tatapan dingin. Fikri berjalan sendiri dalam diam, sedangkan ketiga sahabatnya sedang sibuk mengobrol dengan temannya lagi berulang tahun.Terlihat jelas, wajah Fikri pucat saat tidak sengaja seseorang menyenggolnya hingga hampir saja tergelincir jatuh kedalam kolam. Dia terlihat sangat terkejut dan terlihat sangat terkejut. Dengan senyum sinis, Safira mendekati Fikri diam-diam dan menendang tubuh Fikri hingga masuk kedalam kolam. Saat tubuh Fikri semakin tenggelam di kolam, dia merasakan kehadiran mamanya Hanum, sedang menatapnya penuh amarah.“Rasakan ini, makanya turuti apa yang aku perintahkan.” Hanum terus menghajar Fikri, mencambuknya berkali-kali. Tubuh Fikri semakin tenggelam, “Ampun ma, maafkan Fikri. Ampun, sakit ma, “ ujar Fikri meringkuk menahan sakit dikamar mandinya. Tub
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status