All Chapters of Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua: Chapter 21 - Chapter 30
109 Chapters
21. Penyebab Yuni pingsan
Nadin segera berlari ke luar memanggil penjaga untuk membantunya mengangkat Yuni ke kamarnya. Mereka langsung mengikuti Nadin masuk ke dalam rumah dan tanpa di suruh lagi langsung mengangkat Yuni ke kamarnya. "Terimakasih ya Mang! " ucap Nadin dengan lega. "Sama-sama Non.. Kami keluar dulu Non.. " jawab kedua Mamang penjaga itu dengan ramah. Setelah kedua penjaga itu keluar dari kamar Yuni, Nadin pergi ke ruang perlengkapan untuk mengambil kotak p3k dan membawa nya ke kamar Yuni. Terlihat jika Asti dan temannya berupaya membuat Yuni sadar dengan menggosokkan minyak kayu putih di hidung, perut dan telapak tangannya. "Jelaskan apa yang terjadi? Mengapa Yuni bisa pingsan begini? " ucap Nadin dengan tajam. Mereka berdua langsung menundukkan kepala, tidak berani menatap Nona mereka dan Asti menangis kesegukan dengan posisi masih menunduk. "Semua tidak akan selesai jika kalian hanya menangis saja!" ucap Nadin kembali dengan suara
Read more
22. Memberi mereka pelajaran
"Bi, Sekarang yang kita lakukan adalah menghubungi Kak Naina! Nadin gak mau kita gegabah mengadili Tante Reni dan anaknya itu! Nadin gak mau nantinya yang kita lakukan menjadi senjata mereka untuk menekan kita. " ucap Nadin dengan penuh pertimbangan. "Bibi juga berfikir begitu Non, tapi tetap saja Bibi gak Terima jika mereka bersikap semena-mena di rumah ini layaknya sang pemilik rumah. " jawab Bi Ijah dengan geram. "Bibi tenang aja! Setelah kita menghubungi Kak Naina, kita akan beri mereka pelajaran yang tidak akan mereka lupakan! " sahut Nadin dengan menyeringai devil. "Sekarang mendingan Bibi masak aja ya, Nadin mau makan dulu soalnya lupa kalau belum makan He... He... He... " ucap Nadin lagi sambil cengengesan. "Ya udah, Non Nadin makan aja dulu! Bibi mau beresin barang-barang dulu! Belum beres semuanya. " jawab Bu Ijah sambil menepuk pelan bahu Nadin. Nadin pun memakan makanannya yang tadi di pesan bersama, ia makan dengan
Read more
23. Jangan berlagak di rumah ini!
"Banjir... Banjir... " teriak Diana langsung loncat dari kasurnya. Mendengar teriakan Diana, Nyonya Reni juga reflek ikutan loncat dari tempat tidur nya. Ia mengusap wajahnya yang basah kuyup karena air dan langsung memasang wajah garang ketika melihat Asti dan Minah yang masih memegang ember di tangannya. "Dasar babu sialan! Beraninya kau menyiram kami berdua dengan air! Bosan hidup kau ya?? " maki Nyonya Reni dengan mengangkat tangannya hendak menampar Asti. "Turunkan tangan mu Nyonya! " teriak Nadin dengan kencang. Nyonya Reni langsung menoleh ke belakang di ikuti oleh Diana yang ikut menoleh ke belakang nya. Mereka langsung ciut ketika melihat Nadin dan Bi Ijah duduk dengan santai di belakang mereka berdiri tadi dengan tatapan tajam. "Kalian memang tidak bisa di beri tahu baik-baik rupanya ya? Ternyata kalian mau main kasar? Oke kalau begitu! Kita terima niat kalian! " ucap Nadin dengan geramnya. "Heh.. Anak pungut! Gak
Read more
24. Farida tinggal dengan Naina
Naina sekarang berada di rumah Farida begitu urusannya dengan Tian selesai. Ia berusaha membujuk Farida dan Ibunya Fatimah untuk tinggal bersama di rumahnya. Apalagi jarak dari rumah Farida ke tempat ia bekerja cukup jauh dan Naina tidak ingin nasib yang ia alami terjadi lagi dengan Farida. Walaupun Farida bisa membela diri, tapi ia tetap seorang wanita yang masih bisa di kelabui musuh. "Tante, ayolah ikut Naina pulang ke rumah. Apa tante gak kasihan dengan Ida yang pergi kerja dengan jarak jauh seperti ini? Emangnya Tante mau nasib Ida kayak Naina tadi? " bujuk Naina dengan wajah memelas. "Ida gak mau Buk.. Ida juga malas berkumpul lagi dengan Bude Reni dan Diana di rumah itu. " ucap Farida menolak. "Tante, ayo dong Tan.. Demi kebaikan Ida juga loh Tan.. " rayu Naina lagi dengan mata puppy eyes-nya. Ia memang melepas cadarnya kerena tidak ada laki-laki bersama mereka saat ini. Karena di bujuk terus oleh Naina, akhirnya Tante Fatimah
Read more
25. Mengadu
Dzaki yang baru saja pulang dari bersenang-senang dengan Sania terbelalak kaget melihat Mama dan adiknya terbaring di lantai kamar mereka dengan wajah lelah dan pakaian yang amat kotor dan bau. "Ma, kenapa Mama sama Diana tidur di sini? Kenapa baju kalian kotor dan bau sekali? " tanya Dzaki sambil menutup hidungnya. Mendengar suara anak kesayangan nya, mata Nyonya Reni langsung terbuka lebar. Ia langsung memainkan perannya sebagai orang yang teraniaya. "Hiks... Hiks... Mama sama Diana di perlakukan kurang ajar di rumah ini Ki? Adik ipar mu itu menyiksa Mama dan Diana, dan babu di rumah ini juga ikutan menyiksa Mama dan Diana.. Hiks... Hiks... Tolong Mama Ki, masa kamu tega Mama dan adikmu di perlakukan seperti ini? " ucap Nyonya Reni dengan air mata buayanya. "Apa?? Kurang ajar sekali mereka! Beraninya berbuat seperti itu kepada Mamaku, mertua majikan mereka. Mama tenang saja, aku akan minta keadilan untuk Mama dan Diana kepada Naina. " ucap Dzaki marah dengan wajah merah padam.
Read more
26. Bertengkar dengan Dzaki
Dzaki kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Naina. "Apa maksudmu berkata seperti itu? Mereka itu bukan orang lain, tapi Mama dan adikku. Yang tidak lain adalah mertuamu dan ipar mu! " ucapnya dengan nada kesal. "Kenapa kau malah kesal padaku? Apa yang di alami Mama dan adik mu itu adalah buah dari perbuatan mereka sendiri. Asal kau tahu, semua pelayan di rumah ini adalah manusia. Bukan binatang yang seenaknya saja di perlakukan oleh Mama dan adik mu. Aku yang menggaji mereka dan hanya aku yang berhak memerintahkan mereka, bukan Mama mu atau adik mu itu! Ingat! Kalian semua hanya numpang di rumah ini! Camkan itu di otak mu! " jawab Naina dengan kesal sambil pergi meninggalkan Dzaki yang kaget mendengar Naina yang dengan tegas membantahnya. Nyonya Reni dan Diana yang menguping langsung kabur ketika melihat Naina pergi meninggalkan Dzaki dengan marah. "Aduh, gimana ini Ma? Si Naina itu tidak bisa lagi kita bodohi? Bisa-bisa kita yang di usir dari rumah mewah ini! " ucap Di
Read more
27. Kepergok mencuri
Keesokan paginya... Naina yang sudah siap dengan pakaian kerjanya, sudah stand by di meja makan menunggu penghuni lainnya yang lagi di panggil Asti. "Pagi Kak! Udah rapi aja pagi ini! Biasanya jam 9 baru mau pergi. " sapa Nadin sambil duduk di samping Naina. "Pagi Juga! Kakak pagi ini ada urusan dulu sebelum ke kantor! Oh ya Mana Farida sama Tante Fatimah? " jawab Naina sekalian bertanya. "Tadi kata Asti, Farida nungguin Tante Fatimah dulu! " jawab Nadin lagi. Yang di tunggu akhirnya datang juga. Farida dan Tante Fatimah datang dengan wajah sungkan. "Kenapa wajah Tante kayak gitu? " tanya Naina heran. "Tante gak enak ikut sarapan bareng kalian? Tante sama Ida di belakang aja yah? " jawab Tante Fatimah dengan wajah menunduk. "Kok Tante jawab nya gitu? Kan kalian tamu nya Aku? Tidak ada seorang pun yang bisa melarang kalian makan di meja ini bersama ku! " ucap Naina dengan tegas. "Iya Tan, gak usah sungkan gitu! Bagaimana pun juga kalau bukan karena Ida, mungkin Kak Naina gak a
Read more
28. Kepergok Fatimah
Fatimah yang bosan berada di kamar memutuskan untuk berjalan-jalan melihat sekeliling rumah. Baru saja menutup pintu kamar, ia mendengar ada suara-suara yang berbisik-bisik tapi masih kedengaran olehnya. "Kok ada suara-suara ya? Semuanya kan sudah pergi kerja? Gak mungkin juga suara pelayan kayak gitu, bisik-bisik tapi agak sedikit keras. Daripada penasaran lebih baik aku cari aja dimana suara tersebut berasal. " Batin Fatimah sambil berjalan mengendap-endap. "Kenapa arahnya ke kamarnya Naina? Kalau gak salah kan cuma Bi Ijah yang di izinkan membersihkan kamar Naina. " gumam Fatimah pelan. Ia pun mendekatkan tubuhnya ke dinding dekat pintu kamar Naina, betapa kagetnya Fatimah ketika melihat kalau Kakak iparnya dan keponakan nya lah yang berada di kamar Naina, dan mengobrak-abrik seperti mencari sesuatu. "Astaghfirullah hal adzim... Ngapain Mbak Reni dan Diana masuk ke kamar Naina dengan lancang dan sembunyi-sembunyi kayak gini? Pasti ada yang gak beres nih! Gak bisa di biarin mer
Read more
29. Dzaki protes
"Kurang ajar sekali si Babu itu! Mama tidak terima kalau Fatimah dan anak haram nya ikut tinggal di rumah ini! Mana mereka di beri kamar yang mewah lagi! Gak seperti kita yang hanya di kasih kamar pembantu! " omel Nyonya Reni dengan tidak suka. "Iya, Diana juga tidak suka mereka tinggal di sini! Kalau mereka di sini juga, kita gak bisa leluasa berbuat semaunya di rumah ini! " gerutu Diana dengan kesal. Mereka berdua mengumpat dan menyumpahi Fatimah dan Bi Ijah yang sudah menggagalkan rencana mereka mencuri di kamar Naina ketika sudah berada di dalam kamar mereka. Sedangkan Bi Ijah dan Fatimah sedang asyik membuat kue di dapur untuk semua orang. Pekerjaan mereka selesai ketika azan dzuhur berkumandang. "Fatimah, kalau nanti saya pergi dan tidak ada di rumah, tolong awasi mertuanya Non Naina dan anaknya itu ya? " ucap Bi Ijah meminta tolong kepada Tante Fatimah. "Panggil Imah aja Bi, kan Bibi lebih tua umurnya dari pada aku! Gak Bibi minta pun, aku selalu mengawasi mereka berdua! "
Read more
30. Niat Dzaki yang sesungguhnya
Dzaki yang kesal dan gondok terhadap Naina, memutuskan untuk pergi ke salon kecantikan Sania. "Hai sayang? Kenapa datang-datang wajahnya cemberut kayak gitu? " tanya Sania ketika Dzaki memasuki ruangannya dengan wajah murung. "Aku lagi kesal! Aku ke sini ingin menenangkan diri! " jawab Dzaki sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa. "Kenapa sih? " tanya Sania lagi sambil duduk di samping Dzaki dan memeluknya dari samping. "Aku kesal dengan Naina! Sudah dua bulan kami menikah, namun kami tidur di kamar yang berbeda! Bagaimana aku bisa mengendalikan nya kalau tidak bisa membuatnya bertekuk lutut dan patuh kepada ku? " keluh Dzaki dengan raut wajah prustasi. "Awas ya sayang kalau kamu menidurinya karena suka! " ancam Sania dengan wajah cemberut. "Ya ampun sayang.... Kamu tahu kan tujuan aku nikah sama si Naina itu? Aku cuma cinta sama kamu, dulu maupun sekarang! " ucap Dzaki membujuk Sania yang ngambek. "Asal kamu tahu, itu semua murni tercapainya rencana kita! Aku sudah capek hidup su
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status