All Chapters of Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua: Chapter 41 - Chapter 50
109 Chapters
41. Pertengkaran Dzaki dan Sania.
"Ha.... Ha.... Ha.... Kau itu memang sangat bodoh! Apa kau pikir dengan tanda tanganku di kertas itu bisa dengan mudah perusahaan ku menjadi milik mu? Aku bisa saja memberikan tanda tanganku, tapi apakah kau bisa mendapatkan tanda tangan dewan direksi dan pemegang saham untuk menjadikan mu Presdir? " ucap Naina dengan tertawa mengejek. "Ah sial! Sania... Sania!!! " umpat Dzaki kesal sambil berteriak memanggil Sania. Pintu kamar pun terbuka dan ekspresi Sania terkejut sama seperti Keterkejutan Dzaki melihat Naina tadi. "Kenapa bi-bisa kau!! Cepat pasang kembali penutup wajahnya itu! Aku muak melihat nya! " ucap Sania gugup sambil memerintahkan Dzaki. "Kenapa harus di tutup! Biarkan saja! Aku yang benar-benar bodoh selama tiga bulan ini tidak tahu bagaimana wajah istriku! Sekarang buatkan surat pengalihan yang baru untuk restoran! " jawab Dzaki menolak dengan tegas. "Apa maksud mu seperti itu? Apa kau menyesal selama ini karena tidak tahu wajah istri mu itu? Katamu kau mencintai ku,
Read more
42. Naina berkelahi dengan Sania.
"Em... Mas, Aku lapar dan pengen buang air kecil! " ucap Naina malu-malu. "Ya ampun! Kamu lapar sayang! Tunggu sebentar! " sahut Dzaki khawatir dan langsung keluar dari kamar meminta preman suruhannya membelikan makanan. "๐˜’๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜•๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ต ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ! ๐˜’๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข? ๐˜Œ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ต ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ด-๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ซ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ! ๐˜ ๐˜ข ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ! " Batin Naina dengan sedikit cemas. Tidak lama kemudian, Dzaki masuk ke dalam kamar dengan membawa nasi bungkus dan menaruhnya di dalam piring dan sebotol air mineral. "Mas, bisa gak angkat aku ke kamar mandi? Aku sudah tidak tahan lagi mau buang air kecil? " pinta Naina lagi dengan tersenyum manis. Dzaki tersenyum bahagia karena Naina sudah mulai lembut dan ramah ketika berbicara dengan nya. Ia dengan senang hati membuka ikatan di tubuh Naina hingga kaki dan menggendongnya dengan bridal style ke ka
Read more
43. Dzaki dan Sania kabur
Melihat Sania ingin menarik jilbab nya, Naina langsung menundukkan kepala nya dan berputar hingga meraih tangan Sania, memelintir nya kebelakang sehingga membuat Sania memekik kesakitan. Tanpa kasihan, Naina mendorong tubuh Sania dari belakang masih dengan memelintir tangannya ke atas tempat tidur hingga tersungkur di sudut tempat tidur. "Jalang seperti mu memang harus di kasih pelajaran! Kau pikir bisa menindas ku seperti yang dulu kau lakukan kepada ku, Sania! Aku bersumpah akan membalas berkali-kali lipat apa yang sudah kau perbuat padaku! " ucap Naina dengan tajam. Sania menelan saliva nya melihat Naina yang tampak beringas, tidak bodoh lagi seperti dulu, yang mau saja di bohongi dan di bodoh-bodohi. Naina duduk di kursi yang di tempati Dzaki menunggui dirinya, mengawasi Sania yang masih meringkuk di sudut kasur dengan mengusap tangannya yang sakit. Terdengar baku hantam di luar ruangan, yang mana terdengar jeritan seseorang yang di yakini Naina adalah Dzaki. Naina langsung
Read more
44. Diana dan Mama nya mencuri
Nadin mendapat laporan dari polisi yang melacak cincin yang di pakai Naina sebagai petunjuk mengarah ke dalam hutan dan perkebunan warga. Tapi, Pak Herman baru saja mendapat laporan dari anak buah Tian jika Naina ada bersama mereka yang saat ini berada di sebuah puskesmas yang tidak jauh dari lokasi penyekapan di sebelah barat, sedangkan titik GPS ada di sebelah timur, sangat bersebrangan. "Bagaimana kalau kita ke Puskesmas tadi aja dulu? Sedangkan beberapa personil menyisiri di daerah timur tersebut? " usul Pak Herman kepada Nadin. "Ide bagus tuh Pak! Jadi kita bisa tau Kak Naina ada di mana sebenarnya, di timur atau di barat! " sahut Farida setuju dengan usul Pak Herman. Nadin pun akhirnya setuju, mereka kemudian pergi ke Puskesmas yang di sebutkan tadi dan sebagian polisi menyisiri hutan dan perkebunan yang ada titik GPS nya itu. Begitu sampai di Puskesmas tersebut, mereka lega ternyata Naina benar-benar ada di sana bersama Tian yang sedang di jahit kepalanya. "Alhamdulillah k
Read more
45. Diana dan Mama nya kabur.
Dzaki dan Sania terjebak di dalam hutan dan perkebunan karet milik penduduk setempat. "Akhhhh... Sialan! Badanku rasanya sakit semua, apalagi kepala ku juga rasanya seperti mau pecah! " ucap Dzaki meringis sambil memegang kepalanya. "Ayo, sayang! Kita harus bisa keluar dari hutannya sebelum gelap! Aku tidak mau kita kenapa-napa terlalu lama di dalam hutan! " ajak Sania sambil memapah Dzaki. "Tapi aku sudah gak sanggup jalan lagi, Sania! Badanku pegal-pegal semua, dan juga perutku lapar sekali! " keluh Dzaki sudah tidak sanggup lagi berdiri. "Ya harus tahan dong, Mas! Gak cuma kamu aja yang lapar, aku juga lapar! Cuma, aku masih berusaha menahannya supaya bisa keluar secepatnya dari hutan ini! " jawab Sania dengan kesal. Dzaki hanya diam dan tidak melanjutkan ucapannya lagi karena apa yang di katakan Sania memang benar, yang terpenting sekarang mereka harus keluar dari hutan ini, karena hari sudah sore. Mereka terus berjalan menyusuri hutan, hingga akhirnya mereka menemukan jalan
Read more
46. Mencuri motor.
Keesokan harinya... Sania dan Dzaki bersembunyi ketika para penduduk perkampungan mulai sibuk untuk mempersiapkan diri bekerja di perkebunan karet pagi-pagi sekali. Di kampung ini, setelah subuh para warganya sudah mulai menjalankan aktivitasnya di luar rumah. Terlebih lagi mereka yang kerjanya menyadap karet yang sudah mulai bekerja ketika hari masih gelap karena di waktu pagi hari karet yang di sadap akan mengeluarkan getah yang sangat banyak. Disaat rumah-rumah penduduk mulai sepi, Sania dan Dzaki melancarkan aksi nya mencuri makanan dan beberapa helai pakaian yang di jemur di belakang rumah warga. Apalagi anak-anak sedang bersekolah, jadi suasana sepi ini menjadi kesempatan mereka untuk menjarah barang keperluan mereka. "Sial banget sih, harus memakai pakaian bekas seperti ini! Kalau bukan karena terpaksa, gak sudi banget pakai pakaian berkas orang kampung! " omel Sania dengan mulut mengerutu. "Gak usah banyak protes! Masih untung bisa berganti pakaian, emangnya kamu mau pak
Read more
47. Buronan
"Ayo, Mas! Cepetan jalan motornya! Aku gak mau di tangkap mereka! Cepetan Mas! " teriak Sania panik dan pucat sambil menepuk bahu Dzaki. "Iya, iya... Ini juga lagi usaha! Susah amat nih motor! Bikin kesal aja! " Dzaki mendumel kesal. "Hei kalian! Berhenti! Tolong! Ada maling! Kembalikan motor saya! " teriak pemilik motor sambil berlari dari pintu rumah nya. Sania sudah berkeringat dingin melihat pemilik motor sudah hampir mendekat. Ketika tinggal beberapa langkah lagi agar bisa sampai meraih motor nya, Dzaki langsung menarik gas motor tersebut sehingga membuat pemilik motor jatuh tersungkur. Sania menarik napas lega karena Dzaki berhasil menghidupkan motor tersebut dan membawanya meninggalkan kampung ini. Namun tidak di sangka, polisi yang sedang berpatroli mencari mereka kebetulan lewat di dekat pemilik motor sehingga mereka mencoba mengejar Dzaki dan Sania juga dengan mengendarai sepeda motor. "Mas, cepetan! Mereka mengejar kita, Mas! Ada polisi nya juga! Cepetan Mas, ngebut!
Read more
48. Mau untung malah buntung!
"Ha... Ha... Ha.... Bagus kalau mereka kabur! " ucap Naina dengan tertawa misterius. "Jangan bilang kalau kakak sengaja membiarkan kakak di curi? " tuduh Nadin dengan tatapan curiga. "Itu kau tahu! " jawab Naina dengan seringai liciknya. "Astaga! Kakak benar-benar keren! " ucap Farida dengan tatapan kagum. "Kakak, kakak! Aku tidak menyangka jika kakak sudah mempersiapkannya sejauh ini! " kata Nadin dengan gelengan kepala. "Sekarang, gimana rencana selanjutnya? " tanya Pak Herman. "Biarkan saja dua orang itu, yang merasa menang karena telah kabur! Aku yakin sekali jika mereka akan berusaha menjual semua perhiasan yang mereka dapatkan itu kepada penjual barang ilegal dan seludupan! " jawab Naina lagi dengan santai. "Benarkah begitu? " tanya Pak Herman dengan nada kaget. Naina menganggukkan kepalanya dengan tatapan yakin. "Kalau begitu, ayo kita masuk dulu untuk bersantai sejenak melepas lelah! " sahut Nadin mempersilahkan semuanya untuk masuk ke dalam rumah. Mereka semua masuk
Read more
49. Diana dan Mamanya kaget!
Dzaki pergi dengan dandanan persis seperti gembel dan pengemis di jalanan. Ia terpaksa melakukan semua itu untuk menghindari orang-orang yang sudah melihat wajah mereka di televisi. Sania menunggu di tempat persembunyian sambil tidur tiduran. Ia juga memakan habis makanan yang di bawa Dzaki sebelum pergi tadi. Dzaki mendekati warung nasi berharap ada yang mau memberikan ia makanan. Tapi ketika ia mendekat, pemilik warung langsung mengusirnya dengan wajah garang. Ia kembali berjalan mencari sesuatu yang bisa di jadikan uang dan ia tanpa sengaja melihat seorang ibu yang baru saja memarkirkan kendaraannya dekat dengan mobil truk yang sedang parkir. Ia membulatkan matanya ketika ibu tersebut meletakkan dompetnya di bagian motor yang biasanya tempat meletakkan air minum di bagian depan motor dengan sembarangan. Ia melihat kanan kiri memastikan jika tidak ada orang yang dapat melihat nya jika ia melakukan aksinya mencuri dompet ibu tersebut. Dzaki mendekati ibu yang sedang asyik mener
Read more
50. Tertangkap!
Dzaki yang kesal, menendang apapun yang ada di dekatnya tanpa melihat di sekelilingnya. Ia marah-marah sambil berjalan persis seperti orang yang tidak waras. "Sial! Sial! Capek-capek aku berlari agar tidak di keroyok orang! Tapi hasilnya nol! Lagian itu Ibu-ibu kok bisa-bisanya bawa dompet tebal yang isinya cuma kertas gak penting! Uangnya cuma 20ribu, gak penting banget! Sial banget nasib aku sekarang! Apa sebaiknya aku pulang saja ya meminta maaf dengan Naina, siapa tahu Naina mau memaafkan aku, kan dulu ia cinta mati sama aku! "ucap Dzaki berbicara sendiri. " Wah, gak beres nih orang! Dari tadi aku perhatikan bicara sendiri aja! Lebih baik aku lapor aja sama keamanan! Bisa gawat nanti kampung ini jika ada orang gila berkeliaran dengan bebas! "celutuk seorang pria yang diam-diam memperhatikan Dzaki dari atas motornya. Dzaki yang asyik ngomel-ngomel sendiri tidak menyadari jika kelakuannya di amati oleh seorang warga di kampung tempat Dzaki berjalan tidak tau arah. Ia masih berbi
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status