Semua Bab Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua: Bab 31 - Bab 40
109 Bab
31. Farida curiga
Dzaki pulang ke rumah diam-diam tanpa sepengetahuan Naina. Setelah menghabiskan waktu beberapa hari bersama Sania, ia pulang tanpa pemberitahuan. Apalagi sekarang Naina tidak ada di rumah karena keluar kota meninjau beberapa hotel yang ada di sana. Namun semua orang hanya tahu jika ia keluar kota karena pekerjaan tanpa tahu pekerjaan seperti apa. Dzaki mengetahui informasi itu dari mata-mata yang ia tempati di kantor Naina. "Syukur deh kalau si Naina sedang pergi, jadi aku bisa membawa ini ke dalam rumah ini tanpa ketahuan. " gumam Dzaki pelan dengan mengeluarkan sebuah botol yang terbungkus kotak. Ia lalu menyimpan nya di dalam lemari di antara lipatan kain dengan kain lainnya. "Aku akan melakukan semua ini demi masa depan ku dan keluarga ku! Aku tidak mau hidup miskin terus menerus! Setidaknya dengan menghamili Naina, aku pasti bisa mengendalikan dirinya. " Batin Dzaki dengan kekehannya. Setelah merasa tempat menyimpan nya aman, ia pun segera keluar dari kamarnya untuk santai
Baca selengkapnya
32. Salah sasaran
"Alhamdulillah, lega rasanya. " ucap Farida dengan wajah senang. "Makasih ya Kak, udah bantuin aku ngaduk susu ini! " ucap Farida lagi dengan wajah ramah. "Iya, Sama-sama! " jawabnya sambil kembali ke sofa memainkan ponsel nya. Tidak lama kemudian, Bi Ijah pun datang dari dapur dengan membawa semangkok besar nasi goreng seafood dan menaruhnya di atas meja. "Ya ampun... Sampai lupa bawa piringnya! " ucap Bi Ijah dengan menepuk pelan jidatnya. "Biar Ida yang ambil ke belakang Bi! " sahut Farida langsung ngacir kebelakang. Ia pun segera mengambil piring serta nampan dan tak lupa gelas yang sama persis dengan gelas yang berisi susu untuk Naina. Farida kembali ke ruang makan dengan membawa piring serta nampan. Ketika Bi Ijah sedang sibuk menyiapkan nasi goreng untuk Naina, Farida dengan gesit menukar gelas yang di tetes sesuatu oleh Dzaki dengan gelas yang baru ia ambil, kemudian menuangkan susu Uht yang ia sembunyikan tadi di balik kotak susu tanpa sepengetahuan Dzaki dan Bi Ijah.
Baca selengkapnya
33. Diana yang kena!
Dzaki mondar-mandir di depan sofa yang tidak jauh dari pintu kamar Naina. Ia bingung dan heran karena sudah hampir satu jam Naina belum juga keluar dari kamarnya. "Kenapa Naina belum keluar juga ya? Padahal kan seharusnya ia sudah keluar dari kamar karena kepanasan. Apalagi aku kan memberikan nya melebihi dosis yang di anjurkan, kenapa tidak ada reaksi nya? " Batin Dzaki dengan memegang dagu nya karena bingung. 🌾🌾🌾Diana yang sedang berbaring di kamarnya tiba-tiba kepanasan. Ia beranjak turun dari tempat tidurnya untuk menyetel kipas angin ke nomor yang paling tinggi agar anginnya kencang. "Kenapa aku kepanasan kayak gini ya? Padahal kipas angin sudah aku setel ke tingkat yang paling tinggi! Kenapa masih tidak berasa apa-apa? " gerutu Diana sambil mengipas manual dengan kipas tangan. Karena masih tidak terasa, ia pun melepaskan pakaiannya hingga meninggalkan bra dan CD saja. Ia berbaring di lantai yang dingin agar panas nya segera hilang. Tapi itu semua tidak mempan, dan ia ma
Baca selengkapnya
34. Rencana yang gagal
Dzaki melajukan kendaraan nya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai ke rumah sakit. Begitu sampai di sana, ia langsung menggendong Diana ke ruang UGD dan meminta pertolongan dokter. Dokter pun segera menangani Diana dan Dzaki akhirnya bisa bernafas lega ketika Diana mulai tenang setelah dokter memberikan suntikan dan Diana akhirnya tertidur. Dzaki duduk di kursi tunggu dengan berpikir keras mengapa Diana yang terkena reaksinya bukan Naina. "Kenapa Malah Diana yang mengalami reaksinya? Apa mungkin Diana yang meminum susu nya? Tapi kan aku sendiri yang membawa susu itu ke kamar Naina, dan rasanya mustahil jika Naina membawa susu itu keluar diam-diam karena dari aku mengantar susu itu aku tidak pergi kemana-mana, aku menunggu nya di depan pintu. " gumam Dzaki pelan dengan wajah benar-benar bingung. "Apa mungkin ada yang tahu jika aku menaruh sesuatu di susu tersebut, kemudian menukarnya? Tapi siapa yang melakukan itu? Soalnya hanya Farida yang ada di sana dan ia ada di kamar man
Baca selengkapnya
35. Pertemuan Pak Herman dan Tante Fatimah
Mertuanya Naina marah-marah karena Naina tidak menyusul anaknya ke rumah sakit. "Dasar menantu dungu! Suami mu itu lagi ke rumah sakit bawa adiknya berobat, tapi kau malah santai-santai saja di rumah. Mana hati nurani mu sebagai seorang menantu dan sebagai seorang ipar? Nyesal aku merestui mu menikah dengan putra ku! " ucap Nyonya Reni dengan wajah kesal. "Kalau anda menyesal kenapa gak suruh aja putra kesayangan anda itu menceraikan saya? Lagi pula, apa putra anda itu bilang kepada saya kalau adiknya sakit? Nggak kan? Jadi, kenapa aku yang harus repot-repot menemaninya di rumah sakit ? Seharusnya kan anda yang ikut menyusul ke sana karena anda ibunya! Tapi anda malah marah-marah tidak jelas begini dengan saya! Kalau anda sudah bosan tinggal di rumah saya, silahkan angkat kaki dari rumah ini! " jawab Naina dengan santai sambil membaca majalah kesukaan nya. Wajah Nyonya Reni langsung pucat pasi ketika Naina menyuruhnya angkat kaki dari rumahnya. Ia pergi dari hadapan Naina dengan me
Baca selengkapnya
36. Kekesalan Fatimah
"Ya Allah... Jadi kamu beneran Fatimah? " tanya Herman lagi dengan mendekat ke arah Fatimah. "Iya Bang! Ini aku, apa kabar Bang? " jawab Fatimah dengan sedikit gugup. "Ini Bu, pesanannya. Totalnya jadi 125.000." ucap kasir dengan menyerahkan kue pesanan Fatimah. "Sebentar ya Bang! Aku bayar dulu! " ucap Fatimah dengan mendekati meja kasir dan mengambil uang di dalam tas nya. "Gak usah di ambil Mbak! Sekalian masukkan di belanjaan saya! " ucap Herman kepada kasir tersebut. "Jangan Bang! Nih Mbak uang nya! " ucap Fatimah sambil memberikan uang merah dan biru masing-masing satu lembar. Herman mengambil uang tersebut dari tangan Fatimah dan langsung memasukkannya lagi ke dalam tas nya dan memberikan kartunya kepada Mbak kasir untuk memasukkan tagihan Fatimah ke dalam tagihannya. Fatimah pasrah karena Herman memegang erat tasnya dan dia tidak bisa lagi merogoh dompet yang ada di dalam tas nya tersebut melihat tatapan mata Herman yang seolah-olah mengatakan jika ia tidak mau di banta
Baca selengkapnya
37. Rencana menculik Naina.
Dzaki terkejut mendengar ucapan Nadin yang baru datang menuding nya langsung. "Apa maksud mu berkata seperti itu? " ucap Dzaki pura-pura tersinggung. "Cih, masih punya nyali juga bajingan seperti mu berpura-pura. Kau mungkin bisa membodohi semua orang yang ada di rumah ini ataupun semua orang yang kau jumpai, tapi kau tidak bisa membohongi aku! Aku bahkan punya rekaman malam panas kalian ketika di penginapan dekat pantai! " jawab Nadin dengan tersenyum mengejek. Dzaki terbelalak kaget begitu juga dengan Sania yang langsung pucat wajahnya mendengar ucapan Nadin tadi. "Aduh, sayang? Gimana ini? Bisa gawat kalau adik istrimu punya rekaman malam kita? " ucap Sania dengan wajah panik. "Kok nanya sama aku? Aku juga bingung kalau kayak gini? " jawab Dzaki tidak kalah panik. "Sepertinya kita tidak boleh gagal lagi kali ini! Kamu harus bisa menghabiskan malam dengan si Naina itu sayang? Biar kita gampang mengendalikan dia dan kita buang semua orang-orang yang selama ini mendukungnya! " u
Baca selengkapnya
38. Menemui pengacara Naina
Keesokan harinya... Pagi-pagi sekali Nadin dan Farida sudah bersiap-siap untuk menemui pengacara yang di sebutkan kakak nya kemarin. "Kalian berdua mau kemana pagi-pagi gini? Belum juga jam 8,sudah rapi aja? Memangnya kalian berdua gak pergi kerja? " tanya Fatimah dengan raut muka heran. "Kita lagi ada urusan bareng Bunda! Aku kan udah gak di bolehin kerja lagi di sana sama Kak Naina! Gak tau dengan Nadin? " jawab Farida santai. "Aku lagi ambil cuti dulu Tan, Soalnya ada urusan yang lebih penting yang mesti aku urus! " jawab Nadin memberikan alasannya. "Ya sudah, habis kan sarapan nya! " ucap Fatimah dengan tegas. "Oke Bos! " jawab mereka barengan. Diana yang hendak ke belakang mengambil air minum mengerucut kan bibirnya kesal melihat sepupunya bebas melakukan apa pun di rumah ini dengan leluasa. Sedang kan dia yang menjadi ipar pemilik rumah ini tidak di perlakukan seperti sepupunya itu. "Sialan si Farida! Enak banget dia di rumah ini udah kayak pemiliknya saja! Memerintahka
Baca selengkapnya
39. Rencana di laksanakan
"Da, itu cowok serem amat yak wajah nya? Kayak mau makan orang? Tadi aja keluar jahil nya waktu ngomong sama kamu! Eh giliran dengar Kak Naina mau jadi umpan, langsung berubah jadi garang wajahnya! " bisik Nadin kepada Ida. "Benar! Kayaknya cowok itu suka deh sama Kak Naina! Lihat, dia seperti gak rela kalau kak Naina kenapa-kenapa! " bisik Ida juga. "Pak, kami mohon permisi dulu! " ucap Nadin dan Farida bangkit dari duduk mereka. Pak Herman mempersilakan mereka pulang, namun mereka tidak menyadari jika orang suruhan Tian sudah stanby membuntuti mereka hingga sampai ke rumah. 🌾🌾🌾Naina sudah bersiap-siap berangkat ke kantor seperti biasanya. Namun ketika hendak masuk ke dalam mobil, Fatimah memanggil nya dari arah belakang. "Na, Naina! Tunggu Tante! Tante numpang sampe gerbang depan simpang ya? Mau beli bahan kue! " ucap Tante Fatimah langsung masuk ke dalam mobil. Naina menghidupkan mobil nya dan keluar dari gerbang besar rumahnya menuju ke kantor nya. Dari belakang ada sebu
Baca selengkapnya
40. Kekagetan Dzaki.
Mobil Jeep yang membawa Naina berhenti di sebuah rumah kosong di pinggir kota yang tidak banyak di lewati kendaraan bermotor karena lokasinya berdekatan dengan hutan. Entah bagaimana Dzaki dan antek-antek nya bisa menemukan tempat seperti ini. Salah satu pria itu menggendong Naina seperti layak nya karung beras memasuki rumah tersebut. Ia menaruh Naina di sebuah kamar kemudian menguncinya dari luar. "Bos! Perempuan itu sudah kami culik! Sekarang dia sedang pingsan dan sudah saya taruh di kamar yang Bos katakan! Dia saya kunci di kamar! " lapornya dengan sambungan telepon. Di balik pepohonan yang tidak jauh dari rumah tersebut, beberapa orang pria mengawasi dan memantau keadaan rumah kosong tersebut dan melaporkannya ke pada sang atasan, karena atasan mereka sedang dalam perjalanan juga menuju tempat itu. Dari kejauhan, mereka melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam datang dan turunlah sepasang pria dan wanita dan memasuki rumah kosong tersebut. Dzaki dan Sania memasuki rumah ko
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status