Semua Bab Mengejar Cinta Ustaz Tampan: Bab 11 - Bab 20
43 Bab
BAB 11: Perubahan Pertama Dian
Dian mematut lama pantulan diri sendiri di cermin. Sebuah kerudung persegi empat yang dibentuk segi tiga warna abu-abu polos, kini telah membungkus rapi bagian kepala. Style sederhana yang dipelajarinya dari youtube. Tentunya masih menutupi bagian dada.“Kerudung yang benar itu menutupi dada ya, Kak.” Kalimat yang dilontarkan oleh Syukria kemarin menjadi acuan mencari style kerudung.Turun ke bawah blus berwarna abu-abu gelap dipadu dengan rok celana berwarna hitam, menutupi tubuh yang tidak tinggi dan tidak terlalu kurus.Terdengar tarikan napas dari sela hidung berukuran sedang milik Dian, ketika mempersiapkan diri menghadapi berbagai tanggapan yang akan diberikan oleh Royati dan Citra. Mereka berdua pasti syok melihat perubahan pertama dari gadis itu. Apalagi ia tidak pernah bercerita tentang keinginan mengenakan jilbab kepada mereka.“Lo udah biasa dengerin ledekan dari mereka, Di. Sekarang nggak perlu dihiraukan lagi.” Dian me
Baca selengkapnya
BAB 12: Hati yang Berbunga
Entah berapa pasang mata yang menatap tak percaya ketika Dian menginjakkan kaki di gedung milik Yohwa Entertainment ini. Banyak yang tidak menyangka seorang perempuan tomboi dan berbicara sering tidak pakai filter, tiba-tiba berubah menjadi sosok wanita muslimah yang menutup aurat.Sebagian di antara mereka nyaris tidak mengenali Dian yang benar-benar tampak berbeda. Tidak tanggung-tanggung, ia mengenakan pakaian yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Kerudung bagian depan kanan juga terulur menutupi dada, meski bagian sisi kiri disematkan di bagian belakang kepala.“Ada yang bisa dibantu, Mbak?”“Mau cari siapa, Bu?”Beragam respons didapati oleh gadis itu sepanjang perjalanan menuju lantai lima, tempat Yohwa.com and Magazine berada. Hingga pada akhirnya Dian tiba di ruang kerja.“Hari ini ada anak baru ya?” tanya salah satu wartawan di bidang entertainment ketika melihat Dian memasuki area resepsionis lantai li
Baca selengkapnya
BAB 13: Pertemuan Singkat Berikutnya
Dian duduk di ruang tunggu bengkel mobil di daerah Gunung Sahari. Gadis itu sedang menanti kedatangan Fajar yang akan membayar seluruh tagihan perbaikan. Untuk mengisi waktu, ia bermain ponsel mengirimkan pesan di ruang chat Remponger5.Me: @Rara Kambing Habis ini gue ke Gading ya. Masih kangen sama lo.Gadis itu ingin memberi kejutan kepada sahabatnya dengan penampilan sekarang. Dia butuh pendapat Raline tentang perubahannya, sekaligus mau berdiskusi juga dengan Daffa, kakak Raline.Keykey: Jam berapa tuh? Pas gue pulang kerja nggak? Mau ikut dong.Rara Kambing: Aman, gue hari ini nggak ke mana-mana kok, Di.Rara Kambing: Ayo, siapa lagi yang mau ke sini? Biar rame kita ngumpul-ngumpul. Minggu depan gue udah balik lagi ke London. :(Dian langsung antusias membalas pesan grup Remponger5.Me: Kira-kira satu jam lagi deh. Gue lagi di bengkel sekarang, t
Baca selengkapnya
BAB 14: Dugaan
“Jangan-jangan dia punya indera keenam,” duga Keysa sembari mengacungkan jari telunjuk ke atas.Raline menggeleng cepat tidak setuju dengan perkataan Keysa. “Nggak mungkin, Key. Kayaknya sih si Fajar udah rekam di pikiran gimana wajah Dian, jadi tahu walau dia pake kerudung.”“Maksud lo, Pak Fajar suka juga sama gue jadi wajah gue diingat terus?” tanggap Dian bingung dengan dugaan Raline.“Dih geer lo, Di. Maksud gue, gimana ya?” Raline bergumam sebentar seraya mengetuk dagu dengan ujung jari. “Sederhananya, wajah lo itu mungkin unik bagi dia jadinya langsung bisa kenali walau penampilan beda.”Dian melihat Raline dan Keysa bergantian saat memikirkan pendapat siapa yang lebih masuk akal. Sepertinya apa yang dikatakan si kambing bisa dianalisa dengan baik daripada memikirkan Fajar memiliki indera keenam.“Gitu ya? Bisa juga sih.” Dian mengedarkan pandangan mencari keberadaan Daf
Baca selengkapnya
BAB 15: Tanda-tanda Berjodoh
Dian keluar dari ruangan redaktur dengan wajah semringah. Senyuman masih menghias wajah ketika duduk lagi di meja kerja. Berdasarkan dengan titah dari redaktur, ia harus menghubungi Fajar hari ini, agar bisa berjumpa besok untuk membahas detail pekerjaan.“Cerah banget tuh wajah keluar dari ruangan Pak Gatot,” goda Syukria seraya menaik-naikkan kedua alis.Gadis itu memperlihatkan amplop persegi panjang berukuran kecil yang berisi cek kepada Syukria. “Alhamdulillah gue dapat bonus, Syuk,” katanya senang.“Masya Allah. Alhamdulillah,” ucap Syukria ikutan bahagia.“Habis ini kita makan-makan yuk! Gue yang traktir, sekalian sebagai tanda terima kasih karena udah temenin gue ke Thamcit hari Minggu kemarin,” ajak Dian dengan wajah yang masih cerah.Syukria bergumam ketika mempertimbangkan ajakan Dian. Beberapa detik kemudian, wajahnya berubah warna.“Kayaknya nggak b
Baca selengkapnya
BAB 16: Cemburu
Dian bergeming ketika berdiri di sela pintu lobi gedung pascasarjana. Hati masih terasa nyeri menyaksikan interaksi yang akrab antara Fajar dan perempuan bernama Aafiyah. Kedua tangan mengepal erat di sisi tubuh, sebelum ia memutar balik tubuh menuju koridor. Langkahnya berhenti setelah berada di tangga kecil nomor dua yang menghubungkan lobi dan koridor.Mata hitam bulat Dian terpicing memikirkan sikap childish yang tiba-tiba menguasai diri. Lebih tepatnya, ia diserang cemburu melihat kedekatan makhluk berbeda jenis kelamin tersebut.Ngapain sih pakai acara kabur segala? Tujuan lo ke sini ‘kan buat diskusi acara talkshow, batinnya setelah kesadaran kembali.Comeon, Di. Be professional. Jangan campur adukkan pekerjaan dengan perasaan pribadi. Belum tentu juga mereka ada hubungan khusus, ‘kan? Ingat, karir lo dipertaruhkan. Kalau nggak sukses bawa Fajar ke stasiun TV, habis lo! racau logikanya panjang lebar
Baca selengkapnya
BAB 17: Menunggu Itu Membuat Deg-degan
Tiga hari kemudian,Suasana terdengar hening di ruangan wartawan bagian berita politik. Hanya terdengar suara ketikan di keyboard laptop diselingi bunyi scroll bagian tengah mouse. Dian sedang fokus mengerjakan artikel berita yang harus diserahkan kepada redaktur menjelang sore.Embusan napas lega meluncur di sela bibir beberapa saat kemudian, setelah email berisi artikel berhasil dikirimkan. Dian mengangkat tangan ke atas, kemudian menggerakkan kepala ke kiri dan kanan seraya mengurut pundak. Tanpa sengaja, ia melihat Syukria berjalan terseok-seok menuju meja kerja. Wajah wanita itu tampak memerah.“Kenapa lo?” tanya Dian melihat Syukria tidak semangat seperti biasa.“Di luar panas banget, Kak. Padahal udah mau sore loh,” keluh Syukria dengan wajah seperti kepiting rebus.Dian mengambil kipas elektrik yang kerap dibawa ke lapangan, kemudian menyalakannya. Dalam hitungan detik embusan angin yang dihasilkan s
Baca selengkapnya
BAB 18: Belajar Menjadi Calon Istri yang Baik
Pagi hari berikutnya disambut dengan suka cita oleh Dian, karena Fajar akan berkunjung ke Yohwa.com and Magazine untuk membahas talkshow. Sehingga sebelum waktu Subuh, ia sudah terjaga. Mata tidak dapat dipejamkan lagi, karena telah terbiasa bangun jam segini. Untuk mengisi waktu, gadis itu langsung beranjak ke dapur menyiapkan sarapan. Hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.Hei, jangan berpikir Dian tidak bisa memasak. Gadis itu memiliki keahlian masak memasak dari Raline. Sahabatnya yang mengajarkan bagaimana cara membuat makanan yang sedap. Hanya saja ia terlalu malas melakukannya, karena selalu bangun satu jam menjelang berangkat ke kantor.“Apaan sih pagi-pagi udeh berisik?” Terdengar suara serak khas bangun tidur dari belakang.Kepala Dian auto menoleh dengan ekspresi terkejut. Khawatir jika yang berbicara tadi Mbak Kunti atau Mbak Sun, eh Kuntilanak atau Sundel Bolong maksudnya. Haha!“Ngagetin aja lo, Cit,” ka
Baca selengkapnya
BAB 19: Prejudice
Kebingungan yang sempat melanda hanya mampu dipendam di dalam hati. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya kepada Syukria perihal keanehan sikapnya. Dian memilih untuk berusaha tersenyum di tengah prasangka yang mulai muncul di kepala.“Saya panggil Pak Gatot dulu ya, Pak. Sekalian persiapkan keperluan meeting,” ujar Dian kepada Fajar yang berdiri santai di depan Syukria.“Silakan, Mbak,” sahut Fajar mengangguk singkat.“Ada yang bisa dibantu, Kak?” Syukria menawarkan bantuan seraya cengar-cengir.Tuh, ‘kan. Syukria aneh nggak sih? batin Dian sebelum menggelengkan kepala.“Makasih ya, Syuk. Gue ke ruang redaktur bentar,” sahut Dian menunjuk ruangan yang ada di belakang.Akhirnya gadis itu pergi meninggalkan Syukria dan Fajar di dekat kubikel. Tangan terangkat ke atas ketika berada di depan pintu, lalu mendorong pintu kaca tersebut.“Pak Fajar udah da
Baca selengkapnya
BAB 20: Tingkat Kekepoan Dian
Pertemuan dengan tim produksi berlangsung selama dua jam lebih. Banyak hal yang dibahas mulai dari rencana program hingga detail materi acara talkshow. Setelahnya ada penjelasan juga perihal kontrak kerja sama yang akan berlangsung hingga tiga bulan.“Pak Fajar tidak sendirian. Akan ada host yang bertindak selaku moderator. Setiap episode akan menghadirkan empat orang politikus yang akan beroposisi. Posisi Pak Fajar nanti adalah sebagai penengah dan penyeimbang. Kami juga mengundang ulama berbeda di setiap episode. Acara akan tayang setiap hari Senin, satu kali dalam seminggu. Untuk syutingnya akan diambil hari Minggu. Karena isu ini sangat sensitif, jadi acara tidak akan kami tayangkan secara langsung,” papar produser acara talkshow tadi ketika rapat berlangsung.Sekarang, Fajar sedang menandatangani kontrak setelah membaca dan mendengarkan penjelasan isi poin yang ada di dalam kontrak dari tim legal Yohwa TV. Pria itu resmi menj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status