Semua Bab TERJERAT CINTA HOT MOMMY: Bab 61 - Bab 70
123 Bab
RAFFA KERJA JADI LAKI-LAKI PENGHIBUR.
Tubuh Raffa sontak menegang dan membeku, bahkan untuk sekedar menelan ludah saja dia tidak mampu. Sementara ibu dengan cepat langsung menatap Raffa yang nampak memucat. "Raffa? Kenapa kamu diem aja? Kenapa kamu enggak mengelak ejekan ayahmu?" Tatapan ibu begitu lembut hingga Raffa tak berani menatap bola mata jernih itu. Ayah tersenyum smirks lantas berbalik badan. "Ada apa, Raffa? Kenapa kamu dari tadi cuma diam? Mau kamu yang ngomong atau ayah yang ngasih tahu ibu kamu," tanya ayah yang semakin membuat Raffa takut. Pemuda itu menghela panjang seraya memejamkan mata sejenak. 'Jika Ayah ngomong gitu, berarti selama ini dia tahu pekerjaan aku. Kalo enggak, enggak mungkin dia ngancem aku kayak gini.' Batinnya menduga-duga ancaman ayah barusan. Raffa tersentak kaget kala bahunya dipegang ibu. "Raffa, ibu nungguin kamu ngomong. Ibu juga lagi nunggu kamu buat bela diri kamu. Ngomong sama ibu, bilang kalo ayahmu udah salah menilai kamu. Ayo." Ibu berkata sambil melirik sinis kepada aya
Baca selengkapnya
PERDEBATAN AYAH & ANAK.
Suasana di ruangan luas itu kian bertambah menegang saat ibu tahu perihal pekerjaan putra semata wayangnya selama ini.Lelaki bayaran? Di diskotek? Suatu hal yang tak pernah beliau bayangkan sebelumnya. Jika sang anak akan terjerumus dalam kelamnya dunia malam yang menyesatkan. Bukan itu saja, Raffa telah menodai kepercayaannya dan keyakinan ibu. Bayangkan, orang tua mana yang tidak akan syok dan merasa sedih ketika mengetahui pekerjaan anaknya. Entah itu anak perempuan atau pun anak laki-laki. Tetap saja, pekerjaan tersebut memiliki imej negatif di mata orang. Wanita penghibur, laki-laki penghibur. Keduanya sama-sama buruk dan tidak akan pernah diterima oleh masyarakat. Bu Farah menatap nanar Raffa yang menundukkan kepala, beliau berusaha untuk menahan emosi dan kemarahannya saat ini. Kendati keinginan untuk menampar, dan memukul Raffa terus mendorongnya. Namun, ibu tetaplah seorang ibu, bagaimana pun kesalahan yang dilakukan oleh sang anak itu semua tak luput dari peran orang tua.
Baca selengkapnya
ITU PACARNYA ANAK KAMU.
"Cepat kamu bilang apa sebenarnya alesan kamu pulang ke rumah," ucap ibu lagi.Menghela panjang, Raffa tak ada pilihan lain selain bercerita dari awal hingga akhir. Ini satu-satunya jalan supaya dia bisa membuat hati ibu sedikit lebih tenang. Karena memang tujuan utamanya datang kemari adalah demi Belinda. Lalu, sisanya demi menyambung lagi tali silahturahmi yang bertahun-tahun telah terputus."Raffa selama ini kerja di diskotek, Bu. Saat itu Raffa bingung harus ke mana dan kebetulan Raffa ketemu Mami Kumala di jalan. Lalu, Mami nawarin kerjaan buat Raffa yang awalnya Raffa enggak tahu itu kerjaan apa. Terus, Raffa dikenalin sama Tante Dini dan... dia yang jadi pelanggan pertama Raffa sejak malam itu." Raffa berusaha tenang menceritakan awal profesi pekerjaan yang dia lakoni. Dapat dia lihat pula raut wajah ibu yang berubah-ubah.Bu Farah menahan kesedihannya, beliau mendengarkan secara seksama cerita Raffa. Dan, perkiraannya memang tidak salah, putranya ini hanya sedang kepepet kala
Baca selengkapnya
KERJA JADI OB?
"Ini pacarnya Raffa?" tanya ibu memastikan, beliau memandangi foto Belinda, lalu memandang Raffa yang tak bergerak di tempatnya.Bu Farah mengamati wajah Belinda yang menurutnya sangat cantik. Pantas saja, anak bandelnya ini jatuh cinta pada perempuan yang jelas-jelas masih berstatus istri orang. Di lihat dari sisi mana saja, Belinda memang sangat cantik.Akan tetapi, yang jadi pertanyaan bu Farah saat ini adalah, mengapa ayah tidak memberitahunya sejak dulu. Kenapa baru sekarang ayah menunjukkan ini semua kepada ibu."Kenapa Ayah baru bilang sekarang, setelah anak kita pulang? Kenapa enggak dari dulu?" Ibu memicingkan mata ke arah ayah.Beliau betul-betul tidak memahami apa maksud suaminya yang menyembunyikan semuanya. Harusnya ayah mengatakan ini sejak dulu soal pekerjaan Raffa. Jadi ibu bisa menyuruhnya pulang sebelum anaknya bertindak terlalu jauh.Ayah menghela panjang lantas melirik Raffa sekilas. "Ayah cuma enggak mau Ibu kepikiran. Dan, menyuruh anak itu pulang," jawab ayah de
Baca selengkapnya
TERNYATA DIAM-DIAM MENYELIDIKI.
"Argh!" Raffa mengacak rambutnya sendiri dengan perasaan kesal yang bercampur kebingungan. Memukul-mukul kemudi lantas mendesah gusar berkali-kali. "Gue mesti gimana, Bel? Gimana?" Bibirnya sejak tadi menggumamkan nama Belinda sebab hanya nama itu yang memenuhi isi kepalanya saat ini. Ya, Raffa merasa otaknya buntu. Sejak kepulangannya dari rumah ayah dan ibu beberapa waktu yang lalu. Memilih untuk mampir sebentar ke rumah Belinda meski hanya memandang dari kejauhan. Kerinduan Raffa kepada perempuan itu seolah terobati. Dia sangat ingin ke sana, menemui sang pujaan hati, namun, hari yang masih sore tidak memungkinkannya untuk menyusup masuk ke dalam. Ada banyak penjaga yang berdiri di depan gerbang rumah Belinda. Jika dia nekad itu sama saja dengan dia menyerahkan nyawanya secara cuma-cuma. Tidak! Raffa tidak sebodoh itu. Cintanya pada Belinda tidak akan pernah merubahnya menjadi orang yang bersumbu pendek. Dia harus bisa menahan diri sampai tujuannya tercapai. "Sabar, Bel. Suatu sa
Baca selengkapnya
BELINDA PINGSAN.
Mendadak hening.Belinda tidak berani menatap sang suami yang masih duduk di sofa sudut kamarnya. Pikirannya tertuju pada Raffa yang katanya baru saja dari sini.'Kenapa Raffa ke sini? Bukankah aku sudah pernah bilang sama dia, jangan dateng lagi ke sini.' Belinda membatin gusar. Apa yang dikatakannya pada Raffa saat pertemuan terakhir mereka, seakan tak dihiraukan oleh pemuda itu. Belinda hanya takut, jika anak buah Bima melihat kedatangannya.Bima juga terdiam. Matanya menyorot Belinda dengan tatapan tak terbaca, seperti tengah memikirkan sesuatu. Mengurung Belinda merupakan hal yang sama sekali tidak dia inginkan. Bima tak pernah bermaksud untuk membuat perempuan yang dinikahinya ini bersedih. Lantas, mengapa Bima belum juga mau menceraikannya? Padahal jelas-jelas dia tahu soal hubungan Belinda dan Raffa.'Maafin saya, Bel. Saya enggak ada maksud bikin kamu sedih. Tapi, saya juga belum bisa melepaskan kamu. Saya perlu melihat terlebih dahulu kesungguhan pemuda itu. Apakah dia benar
Baca selengkapnya
ISTRIMU HAMIL, BIM.
Bima segera mengangkat Belinda, merebahkan tubuh lemah itu dengan sangat hati-hati. Dia sangat menyayangi Belinda seperti adik kandungnya sendiri. Melihat keadaannya yang semakin hari semakin lemah, Bima sungguh merasa iba."Kamu kenapa, Bel? Apa kamu sangat mencintai pemuda itu?" Bima mengusap lembut kening Belinda, dia tidak pernah tahu jika istrinya ini akan mencintai pria lain yang usianya masih sangat muda. Lantas, tak mau terjadi sesuatu pada Belinda, Bima gegas menghubungi seseorang yang merupakan temannya. Dia memintanya untuk segera ke sini untuk memeriksa kondisi perempuan bermanik biru itu. Usai menghubungi, Bima turun ke lantai bawah hendak menyuruh pembantu membuatkan makanan. "Istri saya sakit, apakah selama ini dia jarang makan? Kenapa tubuhnya semakin hari semakin kurus?" Bima bertanya pada dua pembantu yang sengaja dipekerjakannya khusus untuk melayani Belinda. Dia menatap dua wanita paruh baya itu dengan penuh tanya. Sang pembantu tersebut hanya mampu menunduk dan
Baca selengkapnya
MULAI BEKERJA.
Raffa kembali ke Apartemen menjelang malam. Semangatnya benar-benar sama sekali menghilang semenjak dia tak lagi bisa bertemu dengan Belinda. Pikirannya carut marut, kerinduannya kepada perempuan itu kian menggunung setiap harinya. Raffa harus menahannya untuk sementara waktu sampai dia cukup berhasil dalam membangun karirnya. Masuk ke kamar lantas bergegas membasuh diri untuk menyegarkan tubuh yang seharian ini terasa sangat lelah. Tak hanya sekadar mandi, Raffa berharap air yang membasahi tubuhnya ini dapat meluruhkan seluruh permasalahannya yang saat ini tengah menimpanya.Dulu dia pikir tak akan pernah mencintai seorang wanita sedalam ini. Dia tidak pernah berpikir untuk menyukai lawan jenis lantaran tak ingin terjebak dalam komitmen yang menurutnya hanya membuang-buang waktu saja. Bisa dikatakan, Raffa tak pernah melirik seorang wanita sejak dulu karena baginya makhluk yang bernama perempuan itu sangatlah rumit dan merepotkan. Lalu, entah bagaimana Takdir mengujinya dengan memb
Baca selengkapnya
MAKAN YANG ASEM-ASEM.
Rumah Belinda. "Hoek...hoek...." Pagi-pagi sekali Belinda terbangun dari tidurnya sebab merasakan gejolak yang sangat luar biasa di perutnya. Dia langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan bening ke wastafel. Mual yang beberapa hari ini melandanya begitu sangat menyiksa. Belinda juga merasakan pusing yang teramat dan selera makannya pun berkurang. "Astaga... aku ini kenapa? Kepalaku sakit, perutku mual, mulutku rasanya enggak enak. Hoek...." Belinda kembali memuntahkan cairan bening dari mulutnya yang terasa pahit. Setelah dirasa sudah agak mereda, Belinda berkumur dan membasuh wajahnya agar terasa segar. Menegakkan tubuhnya, dan menatap dirinya sendiri lewat pantulan cermin. Telapak tangan Belinda meraba permukaan kulit wajahnya yang nampak pucat dan kuyu. Ada lingkar hitam di area matanya, penampilannya benar-benar menyedihkan. Dia pun bertanya-tanya dalam hati, penyakit apa yang sebenarnya tengah dideritanya. Hampir setiap pagi s
Baca selengkapnya
KAMU ENGGAK MATA, MAS?
"Aku mau makan yang asem-asem, Mas. Kayak mangga mengkel, terus kweni," sahut Belinda sambil menelan ludah dan liurnya yang tiba-tiba menetes. Membayangkan asamnya buah tersebut berada di dalam mulutnya, sepertinya itu sangat enak. Bima mengulum senyum. Itu artinya Belinda sedang mengidam. Perkiraan dokter ternyata tidak salah. "Iya, nanti biar aku suruh pelayan cariin buah itu. Sekarang kamu makan dulu, terus minum obat ini. Biar pusing dan mual kamu berkurang." Bima mengambil mangkuk bubur tersebut, lalu menyodorkan ke depan muka Belinda. "Hoek...." Belinda menepis tangan Bima dengan cepat, memalingkan muka lantas berkata, "dibilang aku mual kalo cium baunya. Ganti yang lain aja, Mas! Aku mau roti bakar pakek selai nanas." Bima menghela, "Ya udah. Ini biar nanti dibawa ke bawah lagi sama pelayan." Dia meletakkan mangkuk bubur itu lagi ke nakas, lantas mengambil segelas jus jeruk. "minum jusnya aja kalo gitu. Ini jus jeruk buat mengurangi rasa mual." Belinda menerima gelas jus t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status