Semua Bab Tukar Pasangan (Jodoh)?: Bab 61 - Bab 70
203 Bab
Bab 61. Musuh Bebuyutan
Sore menyapa ketika kami tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Sebagai gadis kampung yang tak pernah pergi ke mana-mana selain ke Jakarta, Bandung dan Bogor rasanya aku masih mengalami jet lag. Mungkin ini karena aku pertama kali naik pesawat sehingga ketika turun dari pesawat tak ada yang bisa kulakukan selain bengong bak orang kesurupan.Tidak seperti Mas Aksa yang lebih banyak menikmati waktunya selama di udara, sebaliknya aku malah pusing dan berharap ada rest area.Yaelah emangnya ini Bis, ampun dah norak. Aku menatap kosong segelas minuman yang diberikan oleh Mas Aksa. Sungguh aneh, sejak turun dari pesawat aku sama sekali tak berselera minum mau pun makan padahal Mas Aksa sudah mengajakku menepi dan makan di salah satu cafe yang ada di dalam bandara. "Kamu gak suka minumannya?" tanya Mas Aksa seraya duduk di depanku. Aku sejenak terkesiap, tumben-tumbenan ini orang perhatian biasanya dia cuek aja. Apa dia kesambet jin pesawat ya? Coba aja bayangkan, perasaan
Baca selengkapnya
Bab 62. Kena Mental? (Honeymoon Part Dua)
Kena mental!Mungkin itu bahasa gaulnya anak-anak sekarang. Setelah dengan songongnya mulutku ini berkotek memprotes sikap Mas Aksa yang disinyalir cemburu pada Joan, sekarang aku harus menjalani hukuman yang aku sendiri tidak tahu jenisnya.Sungguh sampai sekarang aku masih gak nyangka kalau sifat Mas Aksa itu banyak kejutan. Ternyata dia bukan hanya dingin tapi pendendam juga.Astagfirullah, nahas sekali nasibku ini, sudah mah dinikahi majikan jutek sekarang dihukum pula.Padahal aku hanya membela diri karena sakit ketika tangannya mencekramku tapi tetap saja tuh turunan kulkas gak mau tahu.So, apa salahku coba? Aku kan hanya bilang kalau dia jangan menganggap aku seperti Nadia karena aku bukan dia."Mas, tempatnya masih jauh ya? Kok belum nyampe aja?" tanyaku memberanikan diri membuka suara untuk memecah keheningan suasana mobil.Sore ini, setelah insiden permusuhan di bandara tanpa permisi Mas Aksa merubah rute tujuan kami. Dengan seenaknya dia bilang akan mengajakku ke suatu temp
Baca selengkapnya
Bab 63. Modus Nadia
Jika boleh aku meminta bagaimana bentuk jodohku mungkin aku ingin meminta seperti Kim Namjoon, Kim Taehyung atau Kim Soekjin juga boleh pokoknya selama itu BTS bisa dimusyawarahkan. Tak perduli meski sikapnya dingin, menyebalkan dan datar kayak papan cucian tetap saja aku akan mencoba bersabar.Namun, sayangnya jodohku bukan mereka. Jodohku ya Mas Aksa yang kata orang ganteng, cool dan kaya tapi tetap saja bagiku dia hanya bisa menyakiti karena di hatinya sekarang cuman ada ... Nadia.Ya, Nadia. Seorang janda yang punya segudang multitalenta, dia juga katanya bidan di salah satu rumah sakit swasta. Gak heran pembawaannya yang keibuan membuat dia terlihat bersahaja, berbeda denganku yang hanya tamatan SMA dan gak punya skil apa-apa.Dan sialnya, setelah aku cukup merasa minder dengan semua keahlian Nadia, takdir malah mempertemukanku dengannya di depan lift hotel di saat aku dan Mas Aksa mau pergi ke kamar kami.Entah mengapa, dari gelagatnya aku merasa sekarang perempuan itu menjadik
Baca selengkapnya
Bab 64. Dinner Ala Suami Rasa Majikan
Kupandangi wajahku di cermin dengan pasrah. Masih tak menyangka, bahwa dalam waktu secepat kilat, Mas Aksa berhasil melihat diriku yang bisa dikatakan setengah t*lanjang.Amsyong, sungguh amsyong! Padahal dulu aku begitu menjaga, tak pernah sekalipun badanku ini ditunjukan kepada lelaki mana pun. Namun, sekarang? Akibat kebodohanku yang tak tahu situasi aku malah ... ah! Aku bahkan terlalu malu untuk mengingatnya. Walau kami suami istri, entah kenapa rasa canggung masih menyelimuti.Oh ya Allah, mau ditaruh di mana coba mukaku ini?Jujur saja, akibat tragedi nahas bin memalukan tadi pikiranku serasa terkotori.Setiap mau melakukan sesuatu, anehnya benakku selalu saja teringat pada adegan di mana aku melihat Mas Aksa berdiri dengan hanya menggunakan kolor Calvin Klein miliknya yang membuatnya semakin seksi.Oh Tuhan! Entah apa yang merasukiku, hingga gara-gara itu di setiap sudut kamar ini aku hanya terbayang kolor, kolor dan kolor.Aku tidak tahu harus bagaimana sikapku jika Mas Aks
Baca selengkapnya
Bab 65. Harga Diri Oh, Harga Diri
Sebagai wanita yang dinikahi bukan karena cinta, sudah sepatutnya aku sadar kalau keberadaanku di sisi Mas Aksa mungkin tak diinginkan. Walau akhir-akhir ini sikapnya sudah mulai membaik gak sekejam sebelumnya, akan tetapi tetap saja kurasa Mas Aksa belum bisa membuka perasaannya untukku. Mas Aksa tetaplah Mas Aksa. Bagiku, dia akan menjadi pria yang paling sulit dijangkau karena di matanya bisa jadi aku hanyalah mantan pembantu yang dia tolong. Terlebih jika kami bertemu dengan Nadia, sudah dipastikan aku akan diabaikan dan akan menjadi pihak yang sangat-sangat dirugikan seperti sekarang.Siapa sangka, di saat aku dan Mas Aksa sedang asyik dinner eh si Nadia sama Joan tiba-tiba datang mau ikutan makan.Ya Allah, apakah takdir sedang mempermainkanku? Kenapa juga kami harus bertemu dengan Sundel Bolong itu?"Gimana? Kita boleh duduk bareng? Kebetulan di bagian sana udah penuh maklum ini weekend," bujuk Joan menambahkan ketika kami hanya diam tatkala dia meminta ijin untuk gabung alia
Baca selengkapnya
Bab 66. Gara-Gara Celana Renang (Part Satu)
Bangun di pagi hari, rasanya semua penat dan kelelahan di tubuh ini mendadak hilang. Badan kembali segar dan siap berpelesiran di pulau Dewata--Bali. Usai peregangan versi kucing beranak, kutengokkan kepalaku ke kanan dan ke kiri dan tiba-tiba aku tersadar kalau Mas Aksa tidak ada di sofa. He, kemana dia? Jam berapa dia bangun? Perasaan semalam dia masih ada di sana. Padahal ini masih jam setengah lima pagi. Tumben!Halah, bodo amatlah. Bukan urusanku ini. Lagipula aku senang tidak perlu bersembunyi dari Mak Aksa usai fenomena kentut yang memalukan semalam. Ya Allah. Kalau ingat itu, ingin rasanya aku menggali sumurku sendiri. Bisa-bisanya aku kentut di kamar tanpa perhitungan, harusnya aku bisa menahan itu. Untungnya Mas Aksa hanya berkomentar singkat, padat dan gak jelas coba kalau dia menceramahiku bisa-bisa pagi ini telingaku sudah pengang."Dasar Jingga bodoh!" rutukku pada diri sendiri. Setelah merapikan rambut sekenanya, secara setengah sadar aku memutuskan untuk beranjak dar
Baca selengkapnya
Bab 67. Akibat Kualat!
Mungkin ini yang dinamakan kemarahan seorang suami yang hampir dipermalukan istri. Marahnya itu benar-benar mengerikan bak singa yang diganggu tidurnya.Lihat saja, meski aku berlari dan menghindar tetap saja Mas Aksa dapat mengejarku. Matanya yang menyorotkan sinar kegarangan membuatku tak bisa ke mana-mana dan mendadak kelimpungan."Maaf, Mas! Gak sengaja! Maaf!" teriakku panik seraya terus memaksa kaki berlari ke arah samping kiri tapi sayangnya Mas Aksa malah kian mendekat. "Jingga! Siniin ponselnya! Hapus videonya!" pinta Mas Aksa memaksa tapi aku gak mau langsung menyerah, bagaimana pun ini tayangan yang sangat langka.Kapan lagi aku bisa melihat suamiku push-up dengan celana yang ketat?Aku menggeleng kuat. "Nggak Mas, gak mau! Jingga janji gak akan nyebarin tapi tolong jangan dihapus!""Jingga hapus!""Enggak Mas!"Aku terus mengelak saat Mas Aksa terus mencoba menggapaiku dengan membabi buta. Hingga beberapa orang memperhatikan kami yang saling mengejar kaya artis India yang
Baca selengkapnya
Bab 68. Rencana Licik (Satu)
"Maaf, Nad. Saya paham kamu sedang bersedih tapi tolong jangan begini. Tolong kendalikan diri kamu."Di luar dugaan, Mas Aksa melepaskan pelan pelukan Nadia lalu melirikku yang berdiri syok di sampingnya.Namun, tak lama perhatian Mas Aksa dengan cepat kembali kepada Nadia. Tanpa sadar aku menghela napas pelan. Aku tahu saat ini Mas Aksa lebih tertarik pada Nadia dibanding kepadaku, meski mulutnya menolak untuk dipeluk tapi kekhawatiran jelas terlihat di matanya. "Tapi Sa, aku gak tahu ke siapa lagi minta tolong. Kamu mau ngantar aku pulang kan? Setidaknya tolong beri aku tumpangan ke bandara," pinta Nadia, masih dengan uraian air mata.Sebagai kaum wanita, aku tahu betul kebiasaan para pelakor seperti ini. Dia sengaja menunjukan sisi lemahnya agar lelaki iba dan lalu mengikuti semua keinginannya.Dasar rubah licik! Kenapa coba harus Mas Aksa yang dia ganggu? Ya Allah, dosakah aku jika marah pada Nadia? Dosakah aku jika ingin menarik rambutnya padahal dia sedang berduka?Mas Aksa meng
Baca selengkapnya
Bab 69. Ciuman Tersembunyi (POV Aksa)
Jangan disangka aku akan tega meninggalkan Jingga sendirian di kamar hotel. Meski pun aku merasa menjadi suami yang cukup buruk tapi tetap saja aku masih punya hati nurani untuk tak menjadikan Jingga kesepian. Makanya, setelah Nadia akhirnya sadar dan saudara Nadia yang kuhubungi datang tanpa buang waktu aku langsung kembali ke hotel dengan secepat kilat. Saat itu tak kuperdulikan lagi raungan Nadia ketika berusaha menahanku untuk pergi karena otakku hanya diliputi satu nama yaitu Jingga.Nahas, begitu langkah kaki ini hampir sampai ke depan kamar hotel, mataku tetiba disuguhi pemandangan yang memedihkan mata.Dahiku reflek mengernyit ketika menemukan Jingga sedang dipegang tangannya oleh Joan, mereka tampak mengobrol di depan kamar hotel. Perasaanku yang semula khawatir kontan berubah, dadaku bergemuruh panas seakan tak ikhlas Jingga terlihat dekat dengan Joan.Sejujurnya, beberapa kali aku sudah curiga pada Joan karena memergokinya sering mencuri pandang ke arah Jingga. Bahkan Joan
Baca selengkapnya
Bab 70. Permintaan Maaf
Aku terbangun dari lena, menggeliat dan mengganti posisi menghadap ke samping. Namun, ada yang aneh sepertinya bau yang kucium kali ini berbeda dengan bantalku yang biasanya. Kali ini wanginya lebih maskulin dan menenangkan. Lalu, uniknya ketika kuraba rasanya agak empuk-empuk enak gitu.Ini apa sih? Kok bantalnya berubah?Penasaran, perlahan aku membuka mata dan seketika pupil mataku melebar tatkala menangkap lengan Mas Aksa yang berotot dan gelayut-able itu sedang kucium. "Astaghfirullah! Mas, Aksa?" tanyaku terperanjat seraya melepaskan tangan Mas Aksa. Bak ketemu hantu, aku langsung menutup setengah muka dengan perasaan malu.Bagaimana bisa aku menjadikan lengan Mas Aksa ini bantal? Duh, ketahuan sekali kalau aku sedang terbawa mimpi. Jujur, sebelum bangun tadi aku sempat bermimpi yang iya-iya, masa aku melihat Mas Aksa menciumku? Ya Allah! Otakku ini kayaknya butuh diruqyah! Gak nyangka efek demam bisa segininya. Mas Aksa tersenyum lembut sambil menatapku. "Hai Jingga, gimana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
21
DMCA.com Protection Status