All Chapters of Hello, Dr. Jack: Chapter 21 - Chapter 30
47 Chapters
Permintaan Camer
Rendang. Menu itulah yang harus Nadine bawakan weekend nanti. Tak tanggung, yang diminta Raka adalah rendang khas Minang yang kering dengan warna sedikit gelap. Sepertinya beliau ingin calon menantunya membuat masakan khas dari berbagai daerah. Saat mengatakan itu kepada mamanya, Nadine seperti hendak menangis karena ingin menyerah. "Kita beli di warung Sederhana aja, Ma. Rendangnya enak banget," usul Nadine cepat. "Eh, gak boleh gitu. Kamu harus bikin sendiri. Nanti mama carikan resepnya di gugel," tolak mamanya. Sebenarnya menu itu sudah biasa dimasak di rumah mereka, hanya saja dalam versi yang berbeda. Keluarga Nadine adalah keturunan suku Sunda sehingga rasa rendang yang dibuat agak manis karena menambahkan gula. "Itu ngaduknya harus empat jam, Ma. Aku mana sanggup," keluh Nadine. Wajah Nadine terlihat masam sejak tadi. Bahkan dia menghabiskan sarapan dengan ogah-ogahan. Padahal hari ini mamanya membuat nasi goreng lengkap yang menjadi favorit keluarga. Ayam goreng men
Read more
Ketahuan
Nadine memencet bel rumah Janu dengan tangan gemetaran. Gadis itu menarik napas berulang kali sembari melantunkan doa, semoga hari ini semua rencananya berjalan lancar. Di tangannya kini ada sebuah boks berisi rendang sesuai dengan permintaan sang calon mertua. Seorang ART membukakan Nadine pintu dan memintanya untuk menunggu sebentar. "Eh, kamu udah datang."Sarah menyambut Nadine dengan ramah di ruang tamu. Wanita paruh baya itu tampak cantik dengan blouse panjang berwarna biru laut dan rambut yang digelung. Dalam hati gadis itu berucap, pantas saja Janu begitu tampan. Mamanya saja tetap cantik di usia senja. "Iya, Tante. Rendangnya udah masak," kata Nadine sembari menyerahkan boksnya."Ayo, kita makan bareng. Om udah nungguin," ajak Sarah. Nadine tertegun, antara sungkan dan ragu. Lebih tepatnya mungkin takut karena jika salah berbicara atau bersikap, maka Anton akan berubah lagi. Dia sudah cukup nekat melakukan banyak kebohongan untuk mengambil hati mereka selama ini."Kenapa
Read more
Lamaran Kedua
Nadine mengintip dari balik partisi ruangan, ketika keluarga Janu memenuhi ruang tamu. Gadis itu berulang kali menggosok tangan karena gugup. Dia memang diminta untuk menunggu di dalam, lalu akan dibawa keluar jika ibunya memanggil. Pada lamaran sebelumnya hanya keluarga inti Janu yang datang. Kali ini, lelaki itu membawa om dan tante dari pihak papa dan juga mamanya. Hal itulah yang membuat keluarga Nadine benar-benar mempersiapkan penyambutan yang maksimal. Ratih sejak subuh berbelanja ke pasar untuk membeli aneka lauk, sayur dan buah. Untuk dessert mereka memesannya kepada salah satu toko bakery terkenal. Sementaranya Raka dan Nabil membersihkan rumah, juga membuang beberapa barang yang tergeletak sembarangan di beberapa ruangan. Tadinya Nadine ingin mengecat ruangan agar lebih rapi. Namun, Raka menolak karena akan menimbulkan aroma tak sedap. Sehingga, mereka memanggil tukang dan memasang wallpaper baru. Gadis itu juga membeli beberapa hiasan bunga yang dipajang di sudut ruanga
Read more
Persiapan
Beni menatap salah satu karyawannya itu dengan gamang. Hatinya galau saat Nadine mengajukan cuti satu hari dengan alasan fitting baju pengantin. Dia tak menyangka jika si cantik itu akan melepas lajang dengan orang lain. Padahal lelaki matang itu berharap agar dialah yang menjabat tangan ayah gadis itu untuk mengucapkan ijab kabul. "Apa fittingnya gak bisa dilakukan di hari libur?" tanya Beni sembari mengetuk jemari di meja."Saya punya hak curi 12 hari, Pak. Saya cuma mau ambil satu hari untuk minggu depan. Sama nanti pas acara nikahan."Nadine menjelaskan keinginannya dengan hati-hati. Sudah setengah jam dia duduk di sini untuk menunggu jawaban. Sejak tadi Beni mengulur waktu untuk menyetujuinya. Padahal sebagai atasan yang baik, lelaki itu harusnya mendukung keputusan bawahannya."Saya gak bisa--""Loh, memangnya kenapa, Pak? Saya hanya ingin mengambil hak. Lagi pula alasan cuti saya juga jelas. Saya mau menikah," lanjut Nadine."Saya gak rela," ucap Beni frustrasi. "Yang mau say
Read more
Akad Nikah
Raka menatap Anton dengan lekat. Kali ini mereka duduk berdua di sebuah cafe sembari menikmati segelas kopi dan alunan live music sebagai hiburannya.Mereka sepakat untuk bertemu dan membahas banyak hal sebelum acara lamaran resmi dilakukan. Anton berbesar hati menghubungi Raka dan meminta maaf atas sikapnya selama ini. Raka juga melakukan hal yang sama. Itu semua demi masa depan dan kebahagiaan putrinya. Memang benar bahwa kita tak boleh berlebihan dalam membenci sesuatu. Bisa jadi justeru itulah yang terbaik. Tuhan bisa dengan mudahnya membolak-balikkan hati manusia. "Jadi kita bakalan besanan, Pak Anton?" "Ya begitulah. Tapi Janu belum tau.""Loh kenapa begitu?" tanya Raka heran."Nanti kesenangan dia," jawab Anton cepat."Pak Anton ini sama sekali belum berubah. Masih suka mempersulit orang lain."Anton melotot menatap Raka, lalu gelak tawa mereka menggema. Perbincangan dilanjutkan dengan rencana masa depan putra-putri mereka. Untuk persiapan acara, kedua istri mereka yang aka
Read more
Indah
Prang!Gelas yang yang terletak di nakas terjatuh saat Nadine tak sengaja menyenggolnya. Dia menjadi salah tingkah ketika melihat Janu keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk."Kamu kenapa?" Janu ikut berjongkok dan membantu istrinya membersihkan pecahan kaca."Itu tadi gak sengaja."Wajah Nadine memerah apalagi tubuh mereka berdekatan sehingga aroma sabun yang dipakai lelaki itu menguar hingga ke inderanya."Hati-hati. Jangan buru-buru." Janu dengan cekatan memasukkan bekas pecahan kaca ke dalam plastik dan membuangnya di tempat sampah yang terletak di sudut kamar."Iya, Mas," jawab Nadine sembari mengambil tissue basah dan membersihkan lantai. Dia khawatir masih ada sisa pecahan dan bisa mengenai kaki. Mendengar Nadine memanggilnya 'mas', senyum melengkung di bibir Janu."Sana mandi. Gak gerah?" tanya Janu mencuri pandang. "Udah," jawab Nadine saat hendak berdiri. Bersamaan dengan itu Janu juga melakukan hal yang sama sehingga kepala mereka berbenturan. Nadine mering
Read more
Selamat Pagi Cantik
Janu menatap wajah cantik yang masih terlelap di sampingnya. Semalam dia begitu bersemangat hingga membuat Nadine kelelahan. Lelaki itu sudah memesan kamar hotel selama tiga hari agar mereka lebih leluasa berduaan. Setelahnya, terserah Nadine mau tinggal di mana. Di rumah orang tuanya sendiri atau di tempat mertua.Sebagian tabungannya habis untuk biaya pernikahan. Lelaki itu berencana ingin membuka praktik malam, sehingga memerlukan banyak dana untuk mempersiapkannya. Janu tak tahu jika papanya sudah menyediakan satu rumah untuk mereka. "Bangun dong, Cantik. Udah jadi istri kok malas," goda Janu sembari mencubit pipi Nadine. Laki-laki itu tergelak ketika melihat sang istri menggeliat dan menepis tangannya."Ndin masih ngantuk. Jangan ganggu," ucap Nadine yang masih setengah sadar dengan mata terpejam.Tawa Janu menggema di kamar. Itu membuat Nadine terbangun dan mengucek matanya."Astagfirullah," ucap Nadine kaget ketika melihat kondisi mereka."Kamu kenapa?" tanya Janu heran."Kita
Read more
Positif
Nadine menguap berulang kali. Entah kenapa akhir-akhir ini dia sering mengantuk. Badannya terasa lemas dan gampang lelah. Bahkan di kantor dia tidak semangat bekerja."Bik, aku tidur dulu, ya," pamitnya kepada ART yang sejak tadi membersihkan ruang tamu. Wanita itu meregangkan kedua tangan lalu kembali menguap sembari mengucek mata."Non kenapa, sakit?" tanya wanita paruh baya itu.Sejak menempati kediaman sendiri, Janu memberikan istrinya ART. Lelaki itu tak mau istrinya terlalu lelah karena sedang program hamil. Lagipula wanita itu masih bekerja sehingga tidak mungkin mengurus rumah. "Gak tau, Bik. Badan pegel semua," jawabnya Nadine lemas."Mau datang bulan kali. Bibik juga biasanya gitu."Nadine tersentak ketika mendengar kata-kata itu. Wanita itu buru-buru berjalan menuju kamar, lalu mengambil ponsel dan melihat tanggal. Dia tidak pernah membuat catatan khusus, tetapi harusnya saat ini sudah mendapatkan tamu bulanan.Nadine benar-benar lupa bahwa ternyata dia sudah telat dua min
Read more
Niat Baik
Janu membubuhkan tanda-tangannya di kertas itu. Hari ini, sertifikat rumah mereka selesai setelah menunggu cukup lama. Nadine duduk mendampingi suaminya saat proses itu berlangsung. Wanita itu terbelalak saat melihat nominalnya. Ternyata harganya cukupmahal mengigat luasanya yang tidak seberapa."Terima kasih." Mereka saling berjabat tangan dan berbincang sebentar. Lalu Janu mengambil ponsel mentransfer jasa notaris sesuai dengan kesepakatan. Di awal dia sudah membayar setengah harga sebagai tanda jadi. "Sudah ya,Pak," ucap Janu sembari menunjukkan resi. Nanti dia akan meminta bukti cetaknya kepada pihak bank."Kok lebih, Pak?" tanya si notaris. Dia tidak menyangka klien-nya yang satu ini murah hati. Kelebihan biaya ini cukup banyak untuknya."Bonus untuk karyawan," Janu berbisik sebelum berpamitan.Setelah semua clear, mereka meninggalkan tempat itu sembari bergandengan tangan. Nadine berjalan pelan karena merasakan mual pada perutnya. "Mau makan di mana?" tanya Janu menawarkan. L
Read more
Tanggung Jawab
Janu mondar-mandir di depan ruang operasi dengan gelisah. Sudah dua jam dan belum ada tanda-tanda akan selesai. Mereka memang terbiasa dengan kejadian seperti ini sejak awal kuliah bahkan mungkin hingga menutup mata nanti. Namun, ketika itu terjadi kepada orang terdekat, rasanya tetap berbeda."Keluarga Dokter Rani?" tanya Andreas, dokter bedah yang menangani tindakan Rani. "Cuma ada gue sebagai perwakilan. Keluarganya baru bisa datang besok. Paling cepat nanti malam," jawab Janu."Dia kritis. Masuk ruang instensif sampai pulih."Janu tertegun dan mengusap wajah, tak dapat membayangkan bagaimana kondisi Rani sekarang. Lalu dia menarik napas lega. Lelaki itu mengucap syukur bahwa nyawa gadis itu bisa diselamatkan, sekalipun kemungkinan akan cacat. "Lu mau pulang atau nunggu di sini?" Andreas memijat kepalanya yang tegang. Dia juga syok saat menegtahui siapa korban tabrakan kali ini. Apalagi dia yang harus memimpin operasi. Rani adalah wanita yang lelaki itu sukai diam-diam. Namun, l
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status