Semua Bab Bukan Seorang Pengganti: Bab 31 - Bab 40
56 Bab
Hati dan Mulut tidak singkron
Di luar ruangan Abi masih setia menunggu kabar dari dokter yang menangani Dira. Lebih tepatnya kabar dari musuh bebuyutannya. "Argh, sial! Kenapa dari sekian banyak dokter harus dia yang menangani Dira?" umpat Abi yang masih tidak rela jika Rico yang memberikan pelayanan untuk istrinya itu dan bodohnya dia tadi kenapa menerima saja. Abi kini bangkit dari tempat duduknya. Kaki jenjang lelaki itu kini berjalan mondar-mandir seperti tidak tenang. "Awas saja kalau dia main-main," ucap Abi mengepalkan kedua tangannya. Beberapa saat berlalu kini Rico baru saja keluar dari tempat di mana Dira mendapatkan perawatan. "Apa yang terjadi padanya?" tanya Abi dengan nada acuh tak acuh. "Apalagi kalau bukan kecapekan. Namanya juga penyakit tunawisma kan? Ah, iya. Setelah selesai perawatan aku akan menampung Dira," balas Rico. Jujur saja lelaki itu ingin memberitahu keadaan Dira yang sesungguhnya. Namun, lagi dan lagi Dira tidak ingin ada yang mengetahui tentang penyakitnya ini. Rico ing
Baca selengkapnya
Rasa kasihan
Dira mengembangkan senyumnya. Baru kali ini wanita itu bersyukur saat sedang sakit. Iya, ternyata Abi tidak banyak mengucapkan kata dia justru langsung memperlihatkan dengan tindakan. Lelaki itu mungkin sadar jika Dira kelaparan lalu dia menawarkan bubur untuk makan malamnya. "Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?" tanya Abi saat tanpa sengaja memergoki Dira yang terus tersenyum sembari memandang dirinya. "Tidak, aku merasa rumah sakit ini seperti hotel bintang lima. Apa aku boleh berlama-lama di sini?" jawab Dira. Dira baru saja dipindahkan ke ruang rawat VIP sesuai permintaan Abi. Tidak hanya itu, lelaki itu kini bersama dengan Dira dan dengan telaten menyuapi dirinya. "Tinggalkanlah di sini, mungkin ginjal kamu yang akan menjadi jaminannya," ketus Abi. Meskipun begitu Abi merasa senang, tapi perasannya juga bercampur aduk seperti permen nano-nano saat bersama Dira saat ini. Ada rasa menggebu untuk bisa menjaga dia, tapi di lain sisi masih ada rasa benci pada wanita itu. Seket
Baca selengkapnya
Menyangkan sikapnya
Rico memandang lekat wajah Dira yang kini tengah menatap kosong ke arah pintu. Lelaki itu bisa membayangkan bagaimana perasaan Dira saat ini. Masih jelas terdengar di gendang telinga lelaki itu saat kata cibiran dan umpatan dilontarkan oleh Abi untuk wanita itu. "Dasar murahan! Kamu bilang jika kamu itu istriku, tapi lihatlah kamu saat ini saling mengungkapkan kata cinta dengan lelaki lain. Aku tidak pernah mengharap kamu hadir atau benar-benar ingin menjadi istriku, Andira Sabit. Tapi jujur aku sangat kecewa. Kamu benar-benar murahan dan wanita sial yang pernah aku kenal!" Rico mengingat setiap bait kata yang diucapkan Abi untuk Dira. Tidak heran jika saat tadi wanita itu berkata tidak berharap jika Abi memberikan belas kasian untuknya demi mempertahankan harga dirinya. "Dira," ucap Rico memanggil nama wanita itu agar fokusnya kembali. "Apa aku begitu memalukan dan sangat murahan?" tanya Dira meminta pendapat dari Rico dia sama sekali tidak bisa menerima semua perlakuan Abi. Dia
Baca selengkapnya
Tidak Percaya
Di rumah sakit."Pa, Mama baik-baik saja. Hanya saja darah tinggi Mama naik," ucap Miranda melalui sambungan telepon. Wanita paruh baya itu baru saja selesai melakukan pemeriksaan. Beberapa hari yang lalu dia sering mengeluh sakit kepala. Sementara di seberang sana, Fauzan baru saja menghela napas lega. Meskipun dia sedikit kesal dengan sang istri karena dirinya ingin menemani ke rumah sakit, tapi ditolak oleh sang istri. "Kalau begitu Mama kapan pulang. Apa perlu Papa meminta Abi untuk menjemput Mama?" tanya Fauzan. "Tidak perlu, Pa. Kan sudah ada supir, sudahlah Pa. Mama tidak apa-apa, setelah ini pasti akan kembali sehat. Ini juga gara-gara menantu kita itu makanya Mama sering migrain," jawab Miranda.Sejak pertemuan dengan Dira waktu itu, Miranda selalu memikirkan hubungan Abi dengan Dira. Satu setengah bulan yang diminta Dira tentu saja ada maksud dibalik itu semua. Miranda mengingat betapa licik wanita itu, dia ingin memperingatkan Abi. Namun, sang anak sepertinya sudah bers
Baca selengkapnya
Mencari tahu
Kaki wanita paru baya itu tak lagi mampu menopang berat badannya. Rasa bersalah kini menyelimuti hatinya. "Apa yang sudah aku lakukan? Aku menghancurkan hidupnya?" tanya Miranda pada dirinya sendiri. Satu kalimat yang kini terus tersemat bagaikan pengingat untuknya. Kalimat yang diucapkan Dira. Aku juga tidak pernah berharap bisa menikah dengan keluarga Sander. "Lalu kenapa dia mau menikah saat itu? Ada apa sebenarnya di keluarga Sabit ini?" Miranda memikirkan semua hal yang kini menjadi teka-teki di benaknya. Semakin Miranda memikirkan semuanya kepalanya kembali berdenyut nyeri. "Sepertinya aku harus segera menemui Abi. Aku harus bertanya padanya, kali ini aku tidak boleh membuat keputusan begitu saja, apalagi keadaan Dira sekarang seperti itu." Miranda kini menahan rasa nyerinya dia langsung membulatkan tekad untuk menemui Abi di perusahaan. Namun, saat kaki wanita itu ingin melangkah meninggalkan rumah sakit. Suara Dira terdengar di gendang telinganya sontak membuatnya terkeju
Baca selengkapnya
Berharap berakhir
Mobil berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan agar segera sampai pada tempat tujuannya. Namun, hal berbeda dirasakan oleh Miranda yang kini duduk di bangku penumpang. Pikiran wanita paruh baya itu masih berada di rumah sakit tepatnya di saat dia berbicara dengan Rico. "Jika saya mengatakan iya, apa Ibu percaya? Saya memang belum terlalu mengenal Dira, tapi sepanjang saya mengenal beberapa minggu yang lalu. Dira wanita yang kini tengah kesepian di saat hidupnya berada di ujung jurang." Kalimat perumpamaan yang dilontarkan Rico seolah menjawab semua keinginan tahuan dirinya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku amat benci pada wanita itu tapi aku sama sekali tidak bisa membiarkan keadaan terus begini. Bukankah ini tidak adil untuknya?" gumam Miranda. Miranda sekilas melihat ke arah spion dia tahu jika sekarang sang supir sedang memperhatikan dirinya. "Apa ada yang salah denganku? Kenapa kamu memperhatikan aku seperti itu?" tanya Miranda. "Tidak, Bu
Baca selengkapnya
Membela
Dira pasrah jika dirinya akan mendapatkan sebuah tamparan dari manager Dika, karena dia tahu jika dirinya sudah bersalah. Seharusnya dia bisa mengontrol emosinya. Kini wanita itu memejamkan matanya guna bisa menikmati rasa sakit saat ditampar. Namun, sudah beberapa saat dia memejamkan mata, tapi tidak merasakan apa-apa. Apa manager Dika tidak jadi menamparnya?Dira langsung membuka kelopak matanya, dia kini dibuat terkejut saat tangan kekar manager Dika dipegang oleh Abi. "Apa kamu seorang pecundang?" tanya Abi membuat Dira masih tidak percaya jika sang suami membela dirinya. Dika langsung melepaskan tangannya dari cengkraman Abi. "Anda tidak perlu ikut campur. Ini masalah saya dengannya! Lagi pula siapa Anda?" seru Dika. "Siapa saya tidaklah penting. Bukankah sebagai seorang lelaki harusnya Anda tidak perlu main tangan?" ucap Abi. Kini perasaan Abi memberontak, dia bilang seorang lelaki tidak boleh main tangan? Lalu apa yang selama ini dia lakukan pada Dira? Bahkan dia pernah me
Baca selengkapnya
Memaksa
Kaki jenjang Dira terus melangkah maju, dia berniat untuk mengabaikan Abi yang kini terus menatap dirinya dengan tatapan nyalang. "Kamu!" teriak Abi saat Dira berada satu langkah di depan, melewati Abi. Dira menghentikan langkahnya, dia menunggu Abi berbicara kembali. Namun, beberapa saat berlalu lelaki itu tak ada niatan lagi berucap kata. Dira kembali melangkah. "Kamu berniat mengabaikan aku?" Suara Abi kembali terdengar di gendang telinga Dira. Wanita itu sontak menghentikan langkahnya tanpa ingin membalikkan tubuhnya. "Setelah apa yang terjadi kamu mengabaikan aku dan berniat untuk kembali bekerja? Dan lagi harusnya kamu belum keluar dari rumah sakit, tapi sekarang kamu berkeliaran di sini, apa kamu hanya berpura-pura semalam?" cecar Abi. Dira berdecak sebal, emosinya kini sedang tidak stabil. Bahkan dia tidak bisa menilai seperti apa dirinya saat ini, apakah Dira yang polos atau memang Dira yang penuh dengan api kebencian. "Apa aku meminta? Apa Kakak lupa jika aku wanita li
Baca selengkapnya
Tujuh permintaan
Dira sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Abi saat mengetahui pipinya yang mungkin saja kini sudah membiru. Dalam hatinya dia terus mengutuki Nadya. "Kamu lepas atau aku yang lepas?" Abi mengulang kembali kalimatnya tidak hanya itu kini posisi tubuhnya juga menghadap ke arah Dira. Benak Dira langsung beraksi saat mendengar ucapan Abi. Dia ingin agar Abi tidak melakukan apa yang diinginkan dia pun berkata, "Jika aku melepaskan masker ini apa aku bisa mendapatkan ciuman dari Kakak lagi? Ah, aku ingat kejadian kemarin." "Bahkan kamu sama sekali tidak bisa membalas ciuman itu." Abi menjawab dengan nada pelan, dia tidak ingin menunjukkan rasa kecewanya. "Kakak bicara apa?" tanya Dira sembari mengedipkan kedua matanya seperti wanita centil.Abi menarik sudut bibirnya ekspresi yang ditunjukkan Dira benar-benar membuat dia gemas. Sayangnya, sekali lagi wanita itu sama sekali tidak mau membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya. Kini tangan Abi terulur dan ingin menarik
Baca selengkapnya
Terkejut
"Mama," ucap Abi dan Dira secara bersamaan. Keduanya kini berjalan menghampiri Miranda yang tengah duduk di sofa. "Kalian baru kembali?" tanya Miranda.Abi sekilas melihat koper yang kini berada di samping Miranda lalu tanpa menjawab pertanyaan dia berkata, "Mama mau kemana? Kenapa membawa koper?" "Tentu saja Mama ingin ke sini. Tidak, lebih tepatnya Mama akan menginap beberapa hari di sini," jawab Miranda."Menginap?" ulang Dira yang kini terkejut."Kenapa? Tidak boleh?" jawab Miranda dengan ketus. "Bukan begitu Ma." Dengan nada gugup Dira menjawab pertanyaan Miranda. "Kalau Mama di sini, Papa bagaimana?" Abi menimpali ucapan Dira. Miranda hanya mengembangkan senyumnya. Dia ingat betul setelah dari kafe dia langsung memutuskan untuk menginap di apartemen Abi setelah membicarakan tentang Dira pada sang suami. Kebetulan saat itu juga Fauzan ingin ke luar kota bertemu dengan kliennya. "Papa keluar kota jadi Mama sendiri di rumah. Untuk itu Mama memutuskan untuk menginap beberapa h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status