All Chapters of Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa: Chapter 141 - Chapter 150
164 Chapters
di sinilah
Di sinilah aku sekarang duduk berdua dengan wanita yang terus menangisi dirinya. Kami bersandar pada kursi panjang di lorong rumah sakit, menatap dinding tanpa bicara dan hanya sibuk dengan perasaan masing masing. Kulirik wanita di sisiku, dia masih mengusap netra dan kembali memilin jemarinya dengan sedih."Apa yang masih kamu tangisi?""Aku masih syok dengan keadaan Mas Hamdan, juga bingung dengan apa yang akan kulakukan besok," jawabnya lirih."Tidak perlu terlalu memusingkan hari esok jika kau punya keyakinan dan bersandar pada Tuhan," jawabku sambil menghela nafas dan menatap dirinya, kuucapkan kata kata itu dengan nada bicara yang datar."Aku pikir aku bisa mengatasi segala sesuatu dalam hidup ini ternyata semua itu tidak mudah. Aku yang menciptakan jarak diantara kalian dan karena perbuatan diri sendiri juga yang membuat keluarga Mas Hamdan menjauh.""Kesalahan bisa luntur dengan permintaan maaf dan pengampunan. Masalah akan hilang jika dihadapi dan dicarikan solusi bukannya di
Read more
bagaimana
* "Bagaimana keadaan Hamdan setelah kau jenguk?" tanya suamiku yang menelponku malam ini."Detailnya aku kurang tahu karena aku tidak menjumpainya langsung. Aku hanya lihat lewat jendela kaca dan dia tertidur.""Apa semua urusan administrasi sudah selesai?""Sudah, aku juga sudah memanggil keluarganya datang.""Oh, syukurlah, aku salut padamu, Sayang.""Kenapa?""Kau tetap punya kepedulian dan rasa belas kasih di dalam hatimu.""Bukannya kamu yang menasehati saya agar saya membantu?""Ya betul, dan aku senang kau percaya arahanku."Aku tergelak mendengar jawaban Mas Irsyad, dari seberang sana dia juga ikut tertawa kecil dan menggoda."Aku merasa khawatir tadi siang takut bahwa pertemuanmu dengan Hamdan akan membuat pria itu semakin jatuh cinta karena kau yang cantik dan juga perhatian.""Hahahah, itu tidak akan terjadi, kalau pun iya, aku tidak akan menanggapi karena sekarang aku milikmu," jawabku."Sungguhkah?""Aku serius dengan itu, Mas.""Kau menjamin?""Tentu saja.""Baiklah, a
Read more
menyusul
Kami sampai di rumah sakit umum kota, bangunan berlantai dua dengan dengan dinding depan yang kesemuanya dilapisi panel kaca tebal yang jika tertimpa matahari akan berwarna kehijauan. Ada ruang UGD di sebelah kiri dan lobby utama yang ada di tengah-tengah bangunan. Mas Irsyad segera membawa mobilnya ke lokasi parkir yang di taman kanan sebelah depan bangunan, berdekatan dengan parkiran motor dan anjungan tunai mandiri."Di mana Mas Hamdan berada?""Di ruang perawatan intensif, keadaannya lemah dan nyaris tidak sadarkan diri."Ngobrolnya nanti saja ayo segera lihat Hamdannya," ucap Mas Irsyad sambil mengarahkan kami ke pintu lobby utama.Dengan langkah setengah berlari kami menyusuri lorong koridor dan beberapa anak tangga juga turunan, kontur rumah sakit yang dibangun di daerah perbukitan dengan tanah yang tidak rata membuat kami berkali-kali harus melewati lantai menukik yang menuju ke kamar perawatan penyakit dalam.Kuketuk perlahan pintu kamar Mas Hamdan ucapkan salam lalu orang-or
Read more
ternyata
Setelah usai berbicara dengan Mas Hamdan aku dan suamiku lantas berinisiatif untuk pamitan meninggalkan ruang perawatan mantan suamiku.Kusalami dia dan semua orang yang ada di sana lantas mengajak anak anak untuk kembali pulang ke rumah. Sewaktu akan meninggalkan lorong khusus penyakit dalam, tiba tiba Maura menahan langkahku."Oh ya, Mbak, masih ada sedikit hal yang harus saya bicarakan, tunggu sebentar saja.""Tapi ini sudah siang, aku harus ke pasar dan menyiapkan makanan," jawabku sambil melirik arloji kecil yang melingkari tangan."Gak apa apa, Bund," ucap Mas Irsyad sambil mengangguk padaku."Tapi kita sudah habiskan banyak waktu, Mas, maura bisa menyampaikannya padaku lewat telepon.""Tidak bisa lewat telepon Mbak, aku harus bicara langsung.""Baiklah, ayo duduk di kursi itu," jawabku ambil menunjuk kursi yang ada di sudut ruangan. Kami lalu melangkah beriringan ke sana dan duduk untuk bicara secara pribadi."Ada apa Maura?""Sebenarnya ini topik yang cukup serius entah tepat
Read more
ada apa
Kunaiki mobil Fortuner milik suamiku lalu kami pun meluncur di jalan mulus menuju kembali ke rumah. "Apa yang terjadi dengan Maura. Kenapa dia menangis tersedu-sedu seperti tadi?""Dia terus mengeluhkan nasibnya yang tidak terduga, Mas Hamdan dan dia sering berselisih paham, lalu utang yang menumpuk juga permasalahan lain," jawabku."Mungkin itu resiko menikahi wanita muda ya, mereka mudah sekali menyerah dan mengeluh.""Masalahnya, Mas Hamdan seolah kehilangan akal dan tidak punya gairah bekerja, minatnya hilang pada semua hal sejak aku dan kamu menikah.""Apa hubungannya?""Sebenarnya tidak ada, tapi entah kenapa dia harus depresi seperti itu.""Mungkin masih cinta.""Bisa jadi, tapi maaf, aku tidak bisa membalas cintanya.""Hem ... Ayah mungkin terlalu lelah, Bund, bukan Bucin." Raihan tiba tiba menimpali, kulirik anakku yang duduk di kursi belakang, dia nampaknya tidak senang ayahnya dibicarakan demikian."Maaf.""Hanya ayah dan Tuhan yang tahu perasaan dan keinginannya, jadi
Read more
tenang
"Baiklah, tenang, jangan panik, aku akan segera menghubungi Ira," jawabku pada Maura."Kenapa dengan Mbak Ira?""Aku akan memintanya datang untuk membantumu," jawabku."Tapi, aku minta bantuan pada Mbak Aisyah, bukan Mbak Ira.""Bukannya tidak mau membantu, tapi aku bingung ...""Bingung kenapa, Mbak tinggal transfer ke rekening saya," jawabnya cepat. "Bukan masalah itu ... sejujurnya aku harus bicara pada suamiku dulu.""Apakah tadi pagi Mbak memberi saya uang atau izin suaminya?""Tentu saja, sekarang aku sudah menikah, tentu saja segala sesuatu harus atas sepengetahuan suamiku," jawabku memberi alasan. Sebenarnya bukan tidak mau menolong, tapi aku tidak ingin terlalu memanjakan dan membuat Maura bergantung padaku. Masih baik aku menolongnya sedikit dan aku tak akan memberinya ruang untuk melunjak lebih dari batasan. Aku hanya orang asing bagi dia dan keluarganya sekarang. Lagipula keluarga mantan mertua juga bukan keluarga miskin jadi, untuk ukuran uang dua ratus ribu, aku yakin
Read more
dia tercengang
Wanita itu langsung tercengang sambil memegangi pipinya yang berubah merah, kuyakin itu sakit dan pedih. "Jadi ini adalah hal yang ingin Mbak bicarakan padaku?""Beraninya kau menghubungi anakku dan minta solusi darinya. Apa kau sungguh putus asa?!""Iya, aku putus asa, kupikir ia akan membantuku bicara padamu atau minimal ....""Minimal apa? minimal kau menciptakan jarak di antara kami?! Kurang ajar sekali kau ini, sudah kuberi hati, tapi kau malah menikam jantungku!"Wanita muda yang sedang hamil 6 bulan itu itu mendongak ke arahku dengan bola mata berkaca-kaca. Bibirnya bergetar hendak mengatakan sesuatu tapi dia menahannya."Apa kau ingin bilang bahwa kamu saat itu tidak punya pilihan?"Tak lantas menjawab wanita itu malah menangis, tersedu sedu dan menarik perhatian semua orang yang kebetulan lewat. Ia tergugu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan, lalu berlari ke arah kamar Mas Hamdan.Dia pasti akan membuat drama lagi dengan mengadu pada Ibu dan Hamid lebih jauh dia a
Read more
harus bagaimana lagi
Entah cara apa yang harus kutempuh untuk memberi kesadaran serta membuat wanita muda itu tahu diri, untuk menghargai posisi dan martabatku sebagai mantan istri Mas Hamdan dan Ibu dari anak anaknya. Atau jika dia tidak bisa memberiku penghormatan seperti itu, minimal dia bisa menghargaiku sebagai manusia atau orang asing karena kami memang bukan keluarga dan secara teknis aku bukan siapa siapa baginya.Aku masih terdiam di depan si bibi dengan kepala yang masih berdenyut menahan sakit hati dan gemuruh emosi, kucoba menggali lebih dalam ke ceruk memory lalu kusimpulkan bahwa tingkah Maura sudah benar benar keterlaluan dan tidak bisa dibiarkan.Kemarin sudah kuberikan dia uang dengan ikhlas, kupikir dengan itu dia bisa membeli obat Hamdan. Setelah berulang kali ia melinangkan air mata kesedihan, puluhan kali mengeluh, dia masih saja tidak tahu malu merebut lebih dariku.Lalu dia kembali minta tambahan uang lagi bahkan berani mengeluh ke Raihan. Tapi, jauh sebelum itu, tanpa sepengetahua
Read more
kukendalikan diri
Kupikir tadinya aku akan menemui Maura di satu tempat lalu menghajarnya sampai di babak belur tapi kuurungkan semua nafsu hatiku karena itu bukanlah perbuatan bijak dan aku bisa berujung di penjara, terlebih hukum di zaman sekarang bisa dipelintir dengan uang dan banyak kebohongan. Aku tidak akan mendapatkan keadilan dari sisi manapun. Bukankah sudah lumrah kalau korban yang pada akhirnya malah jadi tersangka? Hmm, begitulah.Aku tidak akan memberinya hukuman dalam waktu dekat, tapi aku tetap berencana mengatakan semua itu pada Hamdan. Akan kuberi peringatan terakhir sebelum terulang lagi atau kami harus menyelesaikannya di kantor polisi.Kupikir bersikap tenang dan tetap elegan adalah pilihan terbaik, sebelum semua orang muak dengan masalah yang terus berulang ulang, Maura si licik itu akan mendapatkan banyak simpati sementara aku yang merupakan korban kelicikannya akan selalu dipersalahkan.*"Bunda minta maaf atas apa yang terjadi kemarin, Bunda tidak sengaja membuatmu kesal,"ucap
Read more
Elsa
Usai mengunci rumah dan memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, aku segera menuju garasi untuk menyusun koper di bagasi mobil. Para tetanggaku yang baik dan sudah belasan tahun bergaul serta sudah seperti saudara sendiri datang untuk mengantar kepergian kami ke kota."Mbak, jangan lupa untuk terus datang," ucap Rini."Bagaimana pun Mbak Aisyah sudah seperti saudara untuk kami semua. Tanpa Mbak Aisyah acara terasa kurang lengkap," imbuh tetanggaku yang berada di sebelah kanan rumah."Saya akan usahakan pulang sehari dalam seminggu, jadi jangan khawatir," balasku sambil menyalami mereka semua.Kupeluk para tetangga dan kerabat, juga kedua orang tuaku yang sejak pagi sudah datang untuk melihat persiapanku pindah ke kota."Bu, Aisyah pergi ya, doakan semoga kehidupan di kota lebih bahagia dan tentram," ucapku sambil merangkul beliau.Tak terasa air mata ibu mengalir, beliau nampak mengangguk kecil sambil tersenyum memaksa dirinya terlihat tegar padahal sebenarnya mungkin beliau berat j
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status