All Chapters of Terjebak Dua Hati: Chapter 31 - Chapter 40
122 Chapters
BAB 31 – Sepi
Dengan gontai Alana menekan tombol kode masuk ke apartemennya. Lalu melangkah masuk ke dalam apartemen yang suram dan remang-remang. Hari sudah mulai senja, dan karena apartemen itu menghadap ke arah timur, maka tempat itu hanya mendapat sedikit cahaya matahari sore.Alana menyalakan lampu dan seketika ruangan menjadi terang. Namun tetap saja hal itu tidak bisa menghilangkan kesuraman dalam hatinya. Alana melempar tasnya ke sofa dan menghampiri jendela. Mengamati langit yang kini berwarna jingga.Dia menempelkan dahinya ke permukaan kaca yang dingin lalu memejamkan mata. Hening dan sepi, tidak ada suara apa pun kecuali detak jarum jam dan helaan napasnya. Keheningan di sekelilingnya membawa ingatan Alana ke masa lalu. Saat dia harus melalui hari-hari yang suram seperti itu di rumah mamanya.Mamanya bekerja dari pagi hingga malam, bahkan terkadang hingga cukup larut. Asisten rumah tangga mereka hanya bekerja dari pagi hingga sore hari saja. Setelah itu dia akan p
Read more
BAB 32 – Tamu Tak diundang
Sudah hampir satu minggu Alana tinggal di terpisah dari keluarga papanya. Tidak ada yang istimewa pada rutinitas hariannya yang mebosankan dan sepi. Sekali Sherly datang membawa banyak makanan dan barang-barang yang dia bilang pasti akan dibutuhkan Alana.Adrian dan Steve juga beberapa kali datang setelah mereka pulang kerja dengan membawa makan malam. Kunjungan mereka selalu membuat Alana tersentuh. Pada kunjungan terakhir, Adrian bahkan membawakannya seikat mawar merah yang merupakan bunga favorit Alana.Gadis itu kemudian menaruhnya ke dalam dua wadah terpisah. Lima tangkai dia taruh dalam sebuah botol kaca bekas minuman dan diletakkannya di sudut mezanine di dekat tempat tidurnya. Lima lagi dia letakkan dalam teko plastik dan dia taruh di dekat wastafel dapur. Dia harus cukup puas dengan vas dadakan yang bisa dia temukan itu.Mereka memaksa Alana untuk pulang saat akhir pekan, namun Alana tidak yakin. Wajah Braden yang memandanginya dengan penuh kebencian ma
Read more
BAB 33 – Mural
Alana senang karena benar-benar memiliki alasan untuk tidak pulang. Tadinya dia sudah memikirkan beberapa alasan, meski dia diliputi rasa bersalah karena harus berbohong. Steve dan Adrian bahkan sudah bersiap menjemputnya dan membawa gadis itu kembali ke rumah.Tok tok tok.“Lana ... “Dengan tergesa Alana membuka pintu dan menyambut Fero yang menyandang sebuah tas kanvas besar berwarna hijau army di bahu kirinya. Di tangan kanannya ada sebuah kotak kardus yang dijinjingnya dengan ditumpukan pada pinggang.“Hai, masuklah.” Alana menyingkir sambil menahan pintu mempersilakan pemuda itu masuk.Fero menaruh bawaannya di lantai tengah ruangan dan dengan cekatan mengeluarkan semua isinya. Kuas berbagai ukuran, paint roller, dan cat berbagai warna yang dikemas dalam berbagai tabung plastik dan kaleng.“Kau sudah menyiapkan tangganya?” tanya Fero pada Alana yang berjongkok di sebelahnya, mengamati bawaannya denga
Read more
BAB 34 – Rasa yang Terpendam
Malam itu Alana memejamkan mata dengan bahagia. Sebagian mural tampak dari tempatnya berbaring di tempat tidur. Gambar pucuk-pucuk pohon itu memendarkan cahaya kehijauan dalam kegelapan.Sebelumnya Alana memiliki permintaan khusus ketika Fero menawarinya sebuah mural. “Aku takut gelap. Bisakah Kakak buat gambarnya bisa menyala dalam gelap?”Maka pemuda itu melapisi gambar dengan cat khusus yang bisa menyala dalam kegelapan. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Ketika lampu dipadamkan, seketika ruangan dipenuhi nyala samar dari pohon yang berpendar sehingga menghasilkan suasana magis.Alana memeluk bonekanya dengan erat. Dia mengelus bulunya yang lembut dan memejamkan mata. Bayangan Adrian yang tengah tersenyum memenuhi benaknya. Dan dia menyebutnya ‘Alanaku’. Gadis itu makin membenamkan kepalanya pada ceruk badan boneka yang lebar dan tersenyum.Sebelumnya Alana sengaja tidak membawa boneka tersebut. Karena dia bertekad untuk menjaga j
Read more
BAB 35 – Deburan Ombak
Semenjak Alana pindah, Braden merasakan bukan hanya kelegaan namun juga kegelisahan aneh. Dia mencoba mengabaikan hal itu namun perasaannya hanya makin bertambah buruk. Dan dia menyalahkan Alana karena telah membuat moodnya berantakan seakan itu memang salah gadis itu.Saat tahu Alana akan datang di hari minggu hatinya menjadi makin tidak karuan. Karena itu dia mencoba untuk pergi sebelum gadis itu datang. Namun sialnya, dia tidak pergi dengan cukup cepat. Dan lebih sial lagi baginya karena ibunya yang memaksanya tinggal untuk makan siang tidak peduli seberapa ingin dia pergi.Diam-diam dia mengamati Alana yang duduk di meja seberang bersama kakaknya. Dari awal mereka memang akrab dan dekat, seperti layaknya adik kakak seharusnya. Tetapi Braden merasakan ada sesuatu yang berbeda.Cara gadis itu menatap Adrian, Braden mengenali tatapan mata itu. Itu adalah tatapan yang akan diberikan seorang gadis pada lelaki yang disukainya. Bukan tatapan yang akan diberikan seo
Read more
BAB 36 – Hadiah
Hari berikutnya Adrian datang menemui Alana dengan membawa sebuah bungkusan besar. “Bukalah,” kata pemuda itu sambil mengamati wajah penasaran Alana dengan geli.“Apa ini?”“Kau akan tahu saat membukanya.”Dengan hati-hati dirobeknya kertas pembungkus tipis yang berwarna cokelat. Benda itu berbentuk persegi dan pipih, yang Alana duga adalah sebuah gambar. Dia bisa merasakan tekstur dari bingkainya yang berukir.Mungkin sebuah gambar atau lukisan, batin Alana. Salah satu sudut sudah terbuka dan menampakkan sedikit gambar. Tetapi dia tidak bisa menebak itu gambar apa. Maka dirobeknya kertas lebih lebar lagi. Ternyata dia memegang gambar dengan posisi terbalik.Saat potongan besar kertas akhirnya terlepas dan menampakkan keseluruhan gambar, dia memekik kaget. Itu adalah sebuah foto, foto dirinya yang diambil Adrian saat mereka pergi ke pantai sehari sebelumnya.Dia diam sejenak dan mengamati potret dirinya selama beberapa waktu. Lalu tersenyum sangat lebar dan tertawa. “Bagus bukan? Foto
Read more
BAB 37 – Kembali ke Titik Awal
Seperti janjinya, Adrian memasang foto Alana di rumah, tepatnya di ruang keluarga di samping sebuah jam kayu besar yang berada di dekat tangga. Dan seperti dugaannya, Sherly dan Steve terlihat senang dengan idenya, bahkan mereka mengusulkan untuk membuat foto keluarga baru di mana Alana juga ikut serta.Adrian kembali menyombongkan kemampuan fotografinya, yang menurutnya tidak kalah dengan para profesional. “Haruskah aku berganti profesi menjadi fotografer saja?” guraunya sambil tertawa.Braden yang selalu acuh dan jarang bercengkrama dengan keluarganya tidak menyadari apa yang terjadi. Braden sedang menuruni tangga menuju dapur untuk mengambil air minum. Dia berjalan santai setengah melamun dan bosan seperti biasa.Lalu tanpa sengaja pandangannya tertuju pada objek baru yang tidak biasanya ada di sana. Dia sedikit terlonjak karena terkejut, “Sialan! Siapa yang memasang foto itu di sana? Membuat kaget saja!” umpatnya.Ku pikir aku sudah tidak perlu terlalu sering lagi melihat wajahny
Read more
BAB 38 – Teror
Alana sedang mencoba resep sup yang diberikan Sherly. Dia ingin mencoba memasak makanan sehat, karena pola makannya yang makin memburuk. Dia juga harus mulai makan teratur karena sudah beberapa kali merasakan perutnya sakit akibat asam lambungnya yang kambuh.Jadi dia belajar resep-resep sederhana dan mudah, yang tidak membutuhkan waktu lama untuk memasak. Meski dalam prosesnya seringkali masakannya gagal dengan rasa yang aneh sehingga dengan terpaksa Alana akan memesan makanan atau memasak makanan instan.Dicicipinya kuah sup yang terasa segar. Rasanya cukup sedap meski sedikit kelebihan lada. Handphonenya yang berada di sofa berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk. Dia cepat-cepat mengambilnya dan ragu sejenak.Sebuah nomor tak dikenal. Dia mengabaikannya hingga panggilan berakhir. Lalu nomor tak dikenal itu kembali menghubunginya. Karena berpikir mungkin itu panggilan penting, maka Alana mengangkat panggilan tersebut.“Halo ... “ sapa Alana pada entah siapa di seberang sana.“La
Read more
BAB 39 – Mimpi Buruk
Adrian harus memeriksa kayu yang dikirim ke gudang dan biasanya kegiatan itu berlangsung hingga larut malam bahkan dini hari. Jadi dia memutuskan untuk menginap di apartemen. Dia menyuruh Alana agar tidur terlebih dahulu dan tidak menunggunya.Mulanya Alana menunggu, tetapi ternyata hingga hampir tengah malam Adrian tidak kunjung datang. Jadi Alana memutuskan untuk tidur. Sebelumnya dia sudah menyiapkan bantal dan selimut dan meletakkan di atas sofa.Jadi saat akhirnya Adrian datang Alana sudah tertidur lelap. Dia berusaha tidak berisik agar gadis itu tidak terbangun. Setelah mandi dan berganti baju dia membaringkan diri di atas sofa yang tidak nyaman, berusaha memejamkan mata.Tetapi dia tak kunjung tertidur. Adrian memandangi gambar pohon sakura yang menyala dengan pendar kehijauan setelah dia mematikan lampu. Sialan, anak itu memang bisa melukis dengan baik. Batin Adrian yang jadi teringat pada Fero. Aku jadi tidak punya alasan untuk menghajarnya.Adrian tidak bisa tidur nyenyak ka
Read more
BAB 40 – Rumah Sakit
Alana merasakan dadanya sedikit nyeri. “Hei, kau baik-baik saja?” tanya Renata yang melihatnya mengernyit.“Ya, aku baik-baik saja. Ayo cepat kita selesaikan. Sudah cukup malam,” jawab Alana.“Aku sudah menyelesaikan grafiknya. Coba kalian lihat,” kata Kevin yang merupakan teman satu kelompok mereka, memutar laptop untuk menunjukkan hasil kerjanya. Mereka bertiga sedang mengerjakan tugas kelompok yang deadlinenya tinggal dua hari lagi.Sudah pukul sembilan lebih saat akhirnya Alana sampai di apartemen. Dia merasa lelah dan dadanya bertambah sakit. Alana mengambil obat di kotak yang dia letakkan di atas lemari es. Beberapa hari terakhir rasa sakitnya sering hilang timbul.Padahal dia sudah mencoba untuk makan teratur. Dia bahkan sudah mulai menghindari makanan yang dapat memicu asam lambungnya. Alana mengambil roti dari dalam lemari es dan baru memakannya sesuap saat merasakan mual.Alana berlari ke kamar mandi dan memuntahkan makanannya di wastafel. Dia muntah beberapa kali hingga tid
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status