All Chapters of Terjebak Dua Hati: Chapter 41 - Chapter 50
122 Chapters
BAB 41 – Rasa Bersalah
Sherly meminta Braden mampir ke rumah sakit untuk mengantarkan makanan dan baju ganti. Dia tidak bisa membantah sehingga terpaksa melakukannya. Sebelumnya Braden merasa terkejut ketika mendengar kabar bahwa Alana sakit. Diam-diam dia merasa bersalah karena bersikap sangat buruk pada gadis itu.Biar bagaimana pun Alana harus tinggal sendirian di apartemen karena dirinya. Jadi secara tidak langsung Braden punya andil dalam hal itu. Semakin mendekati kamar perawatan, langkah kakinya terasa makin berat.Saat hendak mengetuk, Braden melihat pintu sedikit terbuka menampakkan sejengkal celah. Terlihat mamanya yang sedang membetulkan posisi bantal Alana agar gadis itu bisa bersandar dengan lebih nyaman. “Tante, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Alana.Braden menghentikan langkahnya. Tangannya sudah setengah jalan hendak mengetuk permukaan pintu. “Tentu saja. Apa yang mau kamu tanyakan, sayang?” ucap Sherly lembut.Alana terlihat ragu sejenak. “Bolehkah aku memanggil Tante dengan sebutan Mama
Read more
BAB 42 – Kembali ke Rumah
“Dia menyukai kalian, tapi tidak denganku. Akan lebih baik kalau aku tidak ada di sana.” Kata Braden dengan muram.“Jadi kau serius tidak mau ikut dengan kami?” tanya Jonathan sambil mendongak dari handphonenya.“Bagaimana keadaannya? Bukankah kau kemarin ke sana?” tanya David.“Kurasa tidak begitu baik,” jawab Braden yang kembali diselimuti rasa bersalah. “Ibuku terus menemaninya dan tidak mau pulang.”“Sialan kau, bisa-bisanya kau membuat Alana sakit. Awas saja kau, aku akan menghajarmu setelah ini!” Ancam Fero sambil menepuk-nepuk tas ranselnya yang menggembung.***Sherly sedang mencuci peralatan makan saat mendengar suara berbisik-bisik di luar pintu yang kemudian diikuti dengan ketukan pelan dan ragu. Saat membuka pintu Sherly terkejut mendapati ketiga teman Braden berdiri di sana.“Wah, kalian datang menjenguk Alana?” Mata Sherly berbinar, “Ayo, silakan masuk. Sayang, lihat siapa yang datang.”Alana menoleh dengan mengantuk. Dia tersenyum lebar saat melihat ketiga pemuda itu. “
Read more
BAB 43 – Permusuhan
Sikap Braden yang tiba-tiba berubah membuat Alana nyaris tidak percaya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada pemuda itu. Sebelumnya dia begitu membenci Alana, tetapi kemudian kebencian itu seolah hanya hal kecil yang ingin dia lupakan begitu saja.Saat dia memutuskan memanggil Sherly dengan sebutan Mama, Alana melakukannya tanpa berpikir panjang karena merasa sangat tersentuh dan terharu dengan kebaikan wanita itu. Setelah itu dia agak menyesalinya karena apa yang dia lakukan hanya akan menambah kecemburuan Braden.Tetapi itu semua sudah telanjur terjadi sehingga yang bisa Alana lakukan hanya meminta maaf pada Braden. Yang dengan sangat mengejutkan sama sekali tidak marah atau keberatan. Mungkin saja dia hanya iba padaku. Dia hanya merasa kasihan, itu saja.Alana melirik Braden secara diam-diam. Rahangnya terlihat sangat tegang, begitu pula tangannya yang mencengkeram kemudi dengan terlalu erat. Kalau Alana merasa tidak nyaman, sepertinya Braden merasa jauh lebih tidak nyaman lagi.Ke
Read more
BAB 44 – Dunia yang Seakan Terhenti
Meski kesehatan Alana sudah sepenuhnya pulih, Steve dan Sherly tidak mengijinkannya kembali tinggal sendirian di apartemen. Mereka tidak ingin Alana kembali sakit. Mereka juga meminta Alana untuk melakukan terapi ke seorang psikolog untuk mengatasi masalah kecemasan dan traumanya.Jadi mimpi buruk Alana berangsur menghilang meski belum sepenuhnya. Kecemasannya yang berlebih juga makin berkurang, terlebih setelah Steve berhasil meyakinkannya bahwa Claudia tidak akan pernah mengganggunya lagi.Meski begitu Alana masih akan pergi ke apartemennya sesekali untuk sekadar bersih-bersih, dan kadang dia menginap di sana meski tidak lebih dari satu malam. Setelah itu dia akan kembali ke rumah papanya. “Oh ya, kamu sudah beritahu anak-anak soal acara minggu depan?” Steve bertanya pada Sherly yang sedang mengulurkan piring.“Acara apa?”tanya Alana.“Maaf, Mama lupa memberi tahu kalian. Sebenarnya Mama sudah memberi tahu kalian sebulan lalu saat kita mengukur baju. Jadi minggu depan ada rekan Pa
Read more
BAB 45 – Pertemuan tak Terduga
Deg.Deg. Jantung Braden berdetak dengan kencang, hingga membuatnya meringis.Braden tidak bisa berkata-kata. Dia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Alana. Dia tidak tahu jika sebuah kebaya bisa terlihat begitu indah jika dikenakan oleh seseorang. Dan warna merah itu terlihat begitu kontras dengan kulit pucat Alana.Dia terkesima hingga tidak mendengar Sherly yang berbicara dengannya. “A-apa? Mama bicara apa barusan?” tanya Braden tergagap.“Jangan gulung lengan bajumu seperti itu! Kenapa kau terus melamun?” kata Sherly sambil mengurai sebelah gulungan lengan baju Braden. “Alana terlihat cantik, kan? Mama yang mendandaninya.”Mendengar ucapan ibunya membuat rasa panas tiba-tiba menjalari leher dan wajahnya. “Kenapa mukamu merah sekali? Kau baik-baik saja?” tanya Sherly memperhatikan putranya dengan raut khawatir. Hal itu malah membuat wajah Braden makin memerah.“Ah, baju ini membuatku kepanasan. Mama kan tahu aku tidak pernah tahan memakai kemeja formal seperti ini.” Ka
Read more
BAB 46 – Panas Terik di Tepi Pantai
Setelah mereka kembali ke kamar, Alana tidak bisa berhenti memandangi jendela yang menampakkan pantai di kejauhan sana. Acara resepsi masih berjam-jam lagi sehingga mereka punya waktu untuk beristirahat atau bersantai.“Mama tidak ingin pergi ke pantai?” tanya Alana pada Sherly yang sedang berbaring dengan mata setengah terpejam.“Mama lelah setelah acara tadi. Ajak saja Braden untuk menemanimu,” kata Sherly masih sambil memejamkan mata. “Atau ajak papamu. Jangan pergi sendirian.”Lebih baik aku pergi sendiri daripada mengajak Braden. Alana berniat mengajak papanya, tetapi mengurungkan niat karena berpikir Steve pasti lelah karena mengemudi semalam. Jadi dia pergi seorang diri menuju pantai yang masih berada di area hotel.Dia tidak mempedulikan cuaca tengah hari yang terik. Alana mengenakan topi pemberian Adrian untuk menghalau panas, dan berlari menuju air setelah menjatuhkan sandalnya di pasir. Kakinya agak berjinjit ketika merasakan pasir pantai yang panas menyengat.Alana mengamb
Read more
BAB 47 – Perseteruan di Tengah Pesta
Steve sedang tidur karena kelelahan. Pria itu mengorok sangat keras sehingga Braden keluar ke balkon untuk mendapat sedikit ketenangan dan juga angin. Kemudian Sherly mendatangi kamarnya untuk memastikan apakah dia pergi bersama Alana.Saat tahu Alana pergi seorang diri ke pantai, Sherly merasa khawatir dan memaksa Braden untuk menyusul gadis itu. Maka Braden terpaksa menyeret dirinya yang pemalas menuju teriknya matahari pesisir.Hingga kemudian dia melihat sosok Alana di kejauhan yang sedang berbicara dengan seorang pria, yang ternyata adalah Eric. Braden tahu itu bukan kebetulan. Tidak ada yang namanya kebetulan jika menyangkut dengan Eric.Braden mempercepat langkahnya. Dia tidak akan membiarkan pemuda itu mendekati Alana barang sejengkal pun. Dia tidak akan membiarkan Eric menyentuh Alana barang seujung rambut pun. Braden tahu Eric pasti merencanakan sesuatu, dan dia tidak suka.Terlihat beberapa kali Alana berusaha menghindar, namun pemuda itu masih saja mendekati gadis itu. Bra
Read more
BAB 48 – Bunga Mawar dan Sepasang Boneka Beruang
Acara penutup malam itu adalah pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh pasangan pengantin. Pasangan pengantin itu berdiri di tengah panggung yang didekorasi dengan indah menggunakan ratusan tangkai bunga berwarna lembut dan lampu-lampu. Mereka berdiri membelakangi para tamu yang berkerumun di depan panggung dengan lengan terulur ke atas, bersiap untuk menangkap.Alana berdiri di pinggir bersama keluarganya, tidak tertarik untuk ikut ambil bagian mencoba peruntungan bersama puluhan orang lainnya. Dia tidak mau kakinya terinjak atau gaunnya tertarik, atau bahkan lebih buruk lagi badannya terdorong hingga terjatuh ketika perebutan itu terjadi.Jadi dia hanya menonton dari pinggir bersama sebagian besar tamu lainnya. “Bersiap, ya. Satu, dua, tiga!” Seorang laki-laki berjas kelabu yang merupakan pembawa acara meneriakkan aba-aba melalui mikrofon. Kemudian bunga terlempar ke tengah ruangan ke arah puluhan pasang tangan yang terulur hendak meraih benda tersebut.Buket bunga itu melayang a
Read more
BAB 49 – Kata yang Seharusnya tak Terucap
Braden merasa lega ketika akhirnya mereka pulang. Eric benar-benar menjelma menjadi sebuah mimpi buruk baginya. Sebelumnya mereka hanya akan saling menggertak dan mengejek ketika bertemu, tidak lebih. Sampai akhirnya dia menemukan sesuatu yang bisa dengan mudah menyulut amarah Braden.Eric, tentu saja sangat menikmati momen itu. Dia merasa seperti seorang matador yang menikmati mempermainkan seekor banteng yang mengamuk, dan akan berlama-lama untuk mempermainkan banteng tersebut.Ketika sampai di rumah, Adrian menyambut kedatangan mereka dan membantu mengeluarkan serta mengangkat koper-koper dari bagasi. Dia memeluk Alana dengan erat, mengangkat gadis itu ke dalam dekapannya dan memutar-mutarkannya ke udara.“Kenapa aku sangat merindukanmu?” kata Adrian sambil masih mendekap Alana.“Kakak, turunkan aku.” Alana memukul-mukul pundak Adrian, “Aku tidak bisa bernapas.”Adrian akhirnya menurunkan Alana. “Bagaimana acaranya? Menyenangkan?”Braden melirik kakaknya yang sedang mendengar cerit
Read more
BAB 50 – Dia Lagi
Hari sudah hampir senja ketika Alana keluar dari gedung fakultasnya. Dia memijat bahu kanannya yang pegal karena membawa tas yang terlalu berat. Dia lapar dan mengantuk, jadi dia ingin segera pulang ke rumah. Sepanjang jalan dia tidak fokus karena memikirkan makan malam, yang sebenarnya masih beberapa jam lagi.“Huh, aku lapar.” Alana mengamati awan yang berarak, yang kini mulai tampak seperti permen kapas yang lembut dan manis.“Alana,” Alana menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Dia menoleh ke sekelilingnya namun tidak menemukan orang yang telah memanggilnya. Lalu terdengar suara kekehan, yang langsung membuat Alana menoleh ke belakang.Eric berdiri agak jauh di belakangnya, berdiri di antara kerumunan mahasiswa sehingga dia tidak menyadari keberadaan pemuda itu sebelumnya. Eric berjalan mendekati Alana yang masih terpaku di tempat. “Sedang apa kau di sini?” tanya Alana curiga.“Ini masih area kampus. Memangnya salah kalau aku ada di sini?” Eric berusaha membela diri.“Aku tah
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status