All Chapters of Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan: Chapter 21 - Chapter 30
67 Chapters
21. Rahasia Yang Terbongkar
Kali ini kepergianku tak seperti biasa, ada beban besar yang terus mengikuti. Aku tak tahu menyebutnya apa, tapi mungkin inilah penyesalan. Dan kini yang bisa kulakukan hanya menjalani meski terasa begitu bersalah dan berdosa.Kututup rapat pintu mobil sesaat setelah aku dan Dita sampai di bandara. Lalu mobil yang menjemput kami melaju menuju rumah istri keduaku itu. Kedatangan kami disambut peluk rindu oleh Zacky, anaknya Dita. Jujur, saat melihat kebersamaan mereka, pikiranku justru melambung ke Jakarta. Hanya dua hari kesempatanku di kota ini, lalu aku harus pulang untuk mendampingi Dila dalam merayakan hari wisuda putra pertama kami.*Alhamdulilah, selesai sudah semua urusanku di kantor. Meski meninggalkan kesan buruk, tapi ini adalah pilihan. Seperti pilihanku dulu saat menikahi Dita. Huhft. Jika mengingat hal itu ingin rasanya aku kembali ke masa lalu. Ingin kuubah segala keputusan yang pernah terambil. Aku akan lebih memilih setia, apapun alasannya. Jujur, malam itu saat a
Read more
22. Bukan Papa
[Iya, nanti aku sampaikan pada Hamid. Semoga dia tidak kecewa karena sudah begitu membangun harapan. Assalamualaikum.]Tut.Aku menatap layar ponsel yang seketika padam. Ya Allah, diri lupa mengisi ulang daya. Lekas aku mencharge ponsel tersebut tanpa menghidupkannya kembali. Lalu sejenak duduk sembari memandangi langit yang tampak begitu cerah. Dua hari kembali berada di rumah, jujur perasaan tak lebih tenang. Sebab berita Mas Wisnu nikah lagi ternyata sudah tersebar kemana-mana. Banyak yang menyayangkan sikap Mas Wisnu, terlebih di mata sekian banyak manusia, hubungan kami sangat baik, rumah tangga akur dan begitu bahagia. Tak disangka Mas Wisnu bisa menyeleweng dan memilih melabuhkan hatinya pada perahu yang lain.Jujur, sekalipun banyak suara yang memberi dukungan padaku, tapi aku tak bahagia. Sebab yang kubutuhkan bukan dukungan siapapun, tapi bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari lingkaran masalah ini.Suara ketukan pintu membuat pandanganku teralihkan."Hamid?"Sulungku
Read more
23. Keguguran
Aku mendekatinya, Hamid terhenyak."Mama?"Dia bangkit dan berlari memelukku."Ada apa, Nak? Belum tidur?""Belum, Ma. Tapi udah mau tidur kok."Kuusap pucuk kepalanya."Oya, kamu lihat ponsel Mama nggak? Daritadi Mama cari di kamar nggak ketemu."Hamid mengulum senyum."Lihat, Ma. Tadi sama Hamid hapenya.""Em ternyata. Lain kali kalau mau pinjam hape Mama, kudu ngasih tahu ya, Nak? Biar Mama nggak kecarian?""Maaf, Ma. Tadi Hamid mau nelpon Papa, tapi nggak jadi. Takut mengganggu waktu istirahat Papa."Aku menghela napas lega, jadi dugaanku tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya, yang kutakuti bukan Mas Hamid, melainkan Dita. Aku takut dia bicara macam-macam pada anakku."Yaudah sekarang kamu tidur, ya."Hamid mengangguk lalu kembali berbaring. kKutarik selimut menutupi tubuhnya. "Ma, Hamid boleh nanya sesuatu nggak?""Nanya apa Sayang?""Setelah Papa mengurus surat pindah kerjanya di Kalimantan, apa Papa akan pulang dan tinggal di rumah ini lagi bersama kita?"Aku terhenyak dengan p
Read more
24. Pertengkaran Wisnu dan Dita
Sudah tiga hari aku terbaring di atas ranjang rumah sakit, keadaanku pun sudah semakin sehat. Meski jika beraktivitas harus menggunakan tongkat, tapi dokter sudah memperbolehkan pulang hari ini.Dibantu asisten, Dita terlihat sibuk mengemas semua barang. Sedang anaknya Zacky masih sibuk dengan iPad keluaran terbaru. Beda sekali dengan Hamid yang bahkan sudah duduk di kelas enam, tapi masih belajar dengan menggunakan laptop. Ponsel sesekali kulihat diberikan Dila tapi tetap dengan rentang waktu tertentu. Tidak selamanya jadi hak milik anak.Ah, entah kenapa hati merasa sangat merindukan mereka. "Mas, semuanya sudah beres. Biaya administrasi juga udah aku urus. Kita pulang sekarang, ya?"Aku menatap Dita yang terlihat begitu kuat. Ada yang menusuk dalam dada, jika membayangkan dahulu pernah juga mengalami kecelakaan, dan saat itu Dila sedang hamil besar. Namun, dia terlihat begitu tegar merawatku sembari mengurus anak-anak.Jika mengingat masa itu, rasanya diri ibarat kacang lupa kulit
Read more
25. Berakhirnya Masa Iddah
POV DilaDengan degup jantung yang menyentak kuat, aku memungut benda yang terjatuh ke lantai. Lalu membungkusnya dengan kain. Air mata tumpah begitu saja. Terbayang bahwa yang sedang kualami ini tak lain adalah keguguran. Aku keguguran? Ya Allah, jadi selama ini aku hamil, sedang diri begitu larut dalam masalah hingga tak pernah menyadarinya ...Sungguh sakit terasa di dada, seandainya diantara aku dan Mas Wisnu tidak terjadi masalah apapun, sudah pasti janin ini akan terdeteksi dengan cepat hingga aku akan lebih berhati-hati untuk menjaga kehidupannya hingga ia lahir ke dunia.Maafkan Mama, Nak.Penyesalan semakin dalam menusuk dada. Tapi kucoba untuk mengikhlaskan diri. Dengan segenap ketegaran, aku keluar dari kamar. Bi Surti tampak keheranan dan bertanya."Ibu kenapa?""Saya harus ke rumah sakit, Bi. Sepertinya saya keguguran.""Keguguran? Astaghfirullah. Biar saya bantu, Bu."Bi Surti segera membantuku sampai ke depan pintu lalu diri duduk sejenak di teras. Kebetulan tetangga s
Read more
26. Keputusan Terbaik
Dua netra menatap Mas Wisnu yang kini bersimpuh di kedua kaki. Lalu kualihkan pandangan menatap Dita yang seperti terhenyak mendapati Mas Wisnu sedemikian memohon padaku.Sebenarnya bisa saja jika aku ingin membalas sakit hati pada wanita itu, kuterima Mas Wisnu kembali lalu memintanya lebih memerhatikanku daripada Dita. Jika melihat penyesalan yang ditunjukkan Mas Wisnu, sepertinya lelaki itu akan menerima apapun permintaanku asalkan mau menerimanya kembali termasuk menerima Dita.Tapi bukan itu tujuanku. Aku tidak perlu membuat Dita merasakan sakit yang kurasa, tapi aku hanya ingin dia benar-benar sadar akan kesalahannya dan berniat dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki diri supaya pantas menggantikan posisiku mendampingi Mas Wisnu.Aku kembali menatap lelaki yang matanya kini sudah basah oleh cairan, dia pernah seperti ini dahulu saat aku melahirkan anak pertama kami. Kala itu, aku mengalami perdarahan hebat, bahkan Bidan sudah begitu ketakutan dan sampai memasukkan tangannya k
Read more
27. Membuka Lembaran Baru
POV Author"Bagaimana, Dok?" tanya Dila dengan penuh khawatir."Luka lumayan luas, jadi harus ekstra hati-hati. Tapi syukurnya hanya dibagikan tangan. Usahakan agar selalu kering. Nanti saya resepkan obat dan salap."Dokter wanita yang menangani Safia berbicara panjang lebar. Sedang di hadapannya, Dila mendengar dengan hati perih. Rengekan Safia semakin membuat kulitnya seperti tersayat-sayat."Terima kasih ya, Dok.""Sama-sama."Wanita itu menarik napas dalam lalu mengajak putrinya keluar dari ruangan pemeriksaan. Mereka kini sudah sampai di depan apotik. Dila menyuruh Safia duduk di kursi tunggu, sedang dirinya berjalan ke meja resepsionis untuk menunjukkan resep obat yang akan dia tebus.Duduk menunggu resep Safia disiapkan, dua netra Dila terhenyak saat menatap Pak Ari ikut masuk ke ruangan tersebut."Bu Dila?"Lelaki itu terlebih dahulu menyapa dan mendekati Dila yang duduk di kursi tunggu bersama putrinya. Wanita itu hanya tersenyum."Assalamualaikum Safia.""Waalaikum salam, P
Read more
27. Pelukan Mas Wisnu
Baru saja menutup telpon dari Pak Ari, ponsel kembali berdering. Sedikit terhenyak saat diri menatap nama yang tertera di layar.Mas Raka.Segera saja kuangkat. [Assalamualaikum, Dila.][Waalaikum salam, Mas.][Dila, kamu dimana?][Di rumah, Mas. Ada apa, Mas?][Saya kirim sesuatu, kamu coba cek ya.][Ada apa, Mas?]Entah kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak.[Dicek aja dulu, setelah itu Mas telpon balik.][Iya, Mas.]Aku segera membuka pesan whatshapp yang di kirim Mas Raka.Viral Berita Kalimantan Post.R (40 th) mati mengenaskan di kamar rumahnya. Tersangka diduga baru saja selesai pesta sabu bersama tiga orang teman lain yang saat ini masih dalam investigasi pihak kepolisian. R sebelumnya juga menjadi tersangka atas tindakan pengeroyokan berencana yang dilakukan pada sasarannya yang berinisial W (40 th).Kasus yang menjerat R sebelumnya diduga bermotif dendam. Dimana R ternyata sudah lama memendam cinta pada istri W yang saat ini bertempat tingga di Jakarta. Menurut pengakuan W
Read more
29. Kecemburuan Dita
POV WisnuAku mengutuk lidah ini yang tak pernah bisa menjaga tuturnya.Astaghfirullah! Padahal kedatanganku kemari untuk meminta Dila supaya mau menarik surat gugatan cerainya. Tapi yang terjadi, kenapa justru aku memberi ucapan selamat atas hubungannya dengan lelaki lain. Pasti Dila akan semakin membenciku.Bodoh!Aku bahkan tak lebih pintar dari anak TK. Kini diri hanya bisa menatap kepergian Dila dan anak-anak dengan hati begitu sakit. Ku gosok dua tangan, masih jelas terasa dekapan Hamid. Ya Allah, mungkin putra sulungku itu berpikir bahwa papanya tak perduli sama sekali pada keadaan mereka. Tak pernah memberi kabar, bahkan tak pernah mengunjungi. Sebenarnya yang menahan langkah ini bukan karena penyakit yang kuderita. Melainkan karena kupikir memberi waktu pada Dila akan membuat hatinya tenang dan tidak terburu-buru membawa perceraian ini ke pengadilan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.Papa benar-benar kehilangan moment untuk mendampingi kalian, Nak. Maafkan Papa, Hamid.
Read more
30. Kepergian Wisnu
Perasaan Dita mulai tak tenang, dia tidak ingin Fara menjadi yang ketiga dalam rumah tangganya bersama Wisnu.Aku harus benar-benar memastikan bahwa suamiku tidak akan tergoda pada perempuan manapun. Sampai di rumah, Dita sedikit gugup karena tadi langsung pergi tanpa ijin terlebih dahulu pada Wisnu. Dia membuka pintu dan mendapati sang suami sedang berlatih berjalan tanpa menggunakan tongkat. Antara bahagia dan cemas, Dita langsung menyapa."Mas sudah lancar berjalannya?"Wajah Wisnu seketika teralihkan. Dia menatap sang istri dengan tatapan tajam."Kemana aja tadi kamu pergi? Kenapa langsung menghilang gitu aja?""Aku tiba-tiba ada keperluan yang mau dibeli, Mas.""Lalu kenapa tidak memberitahu dahulu. Aku mencarimu.""Aku minta maaf, Mas.""Katakan kemana tadi kamu pergi?""Aku ke supermarket, Mas.""Terus saja berbohong. Kupikir setelah semua yang terjadi pada Dila, kamu akan berubah! Tapi apa yang terjadi, kamu terus berbohong, apa kebiasaan itu sudah mendarah daging padamu, Dit
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status