Semua Bab Menaklukkan Duda Dingin: Bab 81 - Bab 90
128 Bab
S2| 5. Meragukan Kesetiaan Suami
Adam bergeming melihat Amber berbaring memunggunginya. Kesedihan terpancar jelas dari pundak yang gemetar itu. Berapa kali sang istri menyeka wajah, sebanyak itu pula hatinya dihujam oleh rasa bersalah. Ketika rasa itu tidak lagi tertahan, ia pun naik ke tempat tidur dan mendekap Amber dari belakang. "Sejak kapan istriku berubah jadi cengeng begini?" ledeknya sebelum membenamkan kecupan di pundak. "Kenapa kau di sini? Pergilah! Urus saja mantan kekasihmu itu. Dia lebih penting daripada aku," timpal Amber sembari menyikut lengan yang membungkus tubuhnya. Bukannya mundur, Adam malah menempelkan dagu di pundak wanita sensitif itu. "Kau jauh lebih penting, Precious. Karena itulah, aku di sini bersamamu." "Tapi kau ingkar janji. Kau membiarkan si Rambut Mencolok itu menggagalkan rencana bulan madu kita!" Amber menatap sang suami sinis lewat ekor matanya. "Bukankah kau sendiri yang membatalkannya?" bisik Adam tanpa berpikir panjang. "Ya, tapi itu karena perempuan sok lugu itu! Dia
Baca selengkapnya
S2| 6. Memancing Keributan
Langkah Amber melambat saat matanya menangkap kesibukan Ruby di dapur. Wanita itu beberapa kali memindahkan peralatan dari meja ke wastafel. Setelah menyisakan strawberry cake dan dua kotak bekal, ia mulai mengelap dengan lincah. “Apa yang kau lakukan?” tanya Amber tak senang. Dengan tergesa-gesa, ia pergi memeriksa. “Hai!” sapa Ruby membuatnya tersentak. Sejak kapan si Rambut Mencolok itu berubah ramah? “Urusan kalian sudah selesai? Aku bingung harus melakukan apa. Daripada membuang waktu, kubuatkan saja lasagna sebagai tanda terima kasihku.” Dengan raut curiga, Amber mengikuti arah telunjuk yang runcing itu. Ternyata, oven baru Adam sedang menyala. “Kau bisa membuat lasagna?” desahnya spontan. “Bukankah itu mudah? Kita tinggal memanggang pasta yang diisi dengan daging, saus, bumbu, dan keju.” Mulut Amber sontak terkatup rapat. Ia tidak menduga kalau musuhnya itu pandai memasak. Tak ingin menampakkan rasa insecure-nya, ia pun berkacak pinggang dan meninggikan dagu. “Kenapa kau
Baca selengkapnya
S2| 7. Aku Lebih Mengenalnya
“Tunggu dulu!” Amber menghalangi Adam yang hendak membuka pintu. Sedetik kemudian, telunjuknya mengarah pada sweater yang menggulung di dada suaminya. “Betulkan dulu pakaianmu! Aku tidak mau si Rambut Mencolok itu memandangi otot-otot itu.” Sambil mendesah tak percaya, Adam mematuhi perintah sang istri. Begitu sweater terpasang sempurna di tubuhnya, ia merentangkan tangan. “Sekarang, apakah sudah boleh?” Tanpa terduga, Amber mengaitkan tangan pada sebelah lengannya. “Sudah.” Seraya tersenyum simpul, Adam pun membuka pintu. Dua detik kemudian, Ruby telah berdiri dengan tangan menggenggam ponsel di hadapan mereka. “Maaf mengganggu. Tapi, bolehkah aku meminta password wifi?” “Memangnya kau ingin menghubungi siapa? Bukankah kau tidak punya teman? Kau bahkan harus menumpang di rumah mantan karena tidak ada yang mau berbagi tempat tinggal denganmu,” balas Amber ketus. Melihat Adam tidak merespon apa-apa, Ruby tersenyum kecut. “Ada beberapa orang teman yang jarang kuhubungi. Kupikir,
Baca selengkapnya
S2| 8. Aku Muak Melihatmu
“Keluar kau!” hardik Adam menggetarkan nyali Ruby. Baru kali ini sang pria berteriak sekencang itu tepat di depan mukanya. “Kau membentakku?” gumamnya kebingungan. Keringat dingin tanpa sadar mulai keluar dari pori-pori. “Aku sudah cukup sabar menghadapimu. Tapi kau masih saja berusaha merusak hubungan kami. Sekali lagi kau menghasut istriku, aku tidak akan segan menendangmu keluar dari pondok ini!” Dengan gerak cepat, Adam membuka pintu lebih lebar. Telunjuknya meruncing ke arah luar. “Sekarang juga, tinggalkan kami!” Ruby bergeming menatap sang mantan. Wajahnya memucat, sedangkan matanya memerah. Ia masih tidak percaya bahwa pria yang dulu selalu lembut kepadanya bisa bersikap sekasar itu. “Cepat!” Adam menggertak lebih kencang. Sambil menyeka air mata yang lolos dari batas, Ruby berlari keluar ruangan. Ia tidak tahu apakah rencananya berhasil atau tidak. Ia tidak peduli lagi dengan respon Amber. Hatinya terlampau perih mengetahui Adam sudah benar-benar berubah. Sementara
Baca selengkapnya
S2| 9. Kesempatan Emas
“Adam?” desah Ruby seolah terkejut. Tanpa menutupi satu pun bagian dari tubuhnya, ia berjalan mendekat. “Maaf. Aku tidak bermaksud mengagetimu. Aku ingin ganti baju, tapi ternyata, pakaian dalamku terselip entah di mana.” “Kenapa kau tidak mencarinya dulu sebelum membuka baju? Kau sengaja ingin menggodaku, hmm?” bisik Adam penuh penekanan. Matanya melotot dan tangannya terkepal erat. Ia takut, dirinya lepas kendali melihat keindahan itu. “Oh, itu ....” Tiba-tiba saja, Ruby menggenggam tangan Adam dan memasang tampang memelas. “Aku sungguh tidak bermaksud begitu. Ini musim dingin. Mana mungkin aku berlama-lama melepas pakaian?” Sambil mengalihkan pandangan, Adam menyentak tangannya lolos dari sang mantan. Ia benar-benar risih dengan kelakuan Ruby. “Apa pun rencanamu, kau tidak akan bisa menyingkirkan posisi Amber. Dan asal kau tahu, tubuhmu ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan istriku.” Sedetik kemudian, pria itu bergegas menuju dapur. Bisa gawat jika Amber tiba-tiba kelu
Baca selengkapnya
S2| 10. Perasaan Itu Masih Ada
Melihat Adam sibuk memindahkan potongan kayu ke dalam tas, Ruby tanpa sadar melebarkan senyum. Ia tidak pernah menduga bahwa mantan kekasihnya bisa berubah sedrastis itu. Adam kini jauh lebih kekar dari Ed, jauh lebih dewasa, dan juga jauh lebih menggoda. Poin terakhir itu membuat Ruby tak segan mendekat dan menyentuh lengannya. “Apa kau butuh bantuan?” Adam spontan berbalik dan terbelalak. Ia tidak percaya bahwa sang mantan berani mengikutinya. “Ruby, apa yang kau lakukan di sini?” bisiknya seolah Amber berada di dekat mereka. “Aku merasa tidak berguna jika duduk diam saja. Jadi, bukankah lebih baik kalau aku membantumu?” Dengan santai, Ruby berjalan menuju tumpukan kayu. Namun, sebelum ia sempat menyentuh, Adam sudah lebih dulu menyentaknya mundur. “Cepat keluar dari sini! Aku tidak butuh bantuanmu. Amber bisa salah paham kalau melihatmu di sini bersamaku, sekalipun niatmu memang membantu.” Alih-alih menanggapi, Ruby malah memperhatikan tangan yang masih menggenggam lengan
Baca selengkapnya
S2| 11. Kenekatan Ruby
“Ini sungguh tidak adil,” desah Ruby sebelum tertunduk dan menggenggam kemarahan seerat-eratnya. “Aku selalu mencintai dengan tulus. Tapi mengapa kalian tidak pernah menghargaiku.” “Jangan memutarbalikkan fakta, Perempuan Gila. Kau tidak mencintai suamiku dengan tulus. Yang kau inginkan hanya perlindungan,” sanggah Amber diiringi tawa remeh. Tiba-tiba, Ruby kembali menegakkan kepala dan berteriak. “Diam! Kau tidak tahu apa-apa tentang kami!” “Kaulah yang tidak mengerti kebenaran. Kau mengatakan kalau aku hanyalah pelarian Adam. Padahal kenyataannya, kau sendiri yang berlari kepadanya untuk bersembunyi dari kenyataan.” Tangan Ruby sontak melayang menuju pipi Amber. Namun, sebelum jemari itu mendarat, Adam sudah lebih dulu menepisnya. Pria itu memang sudah bersiaga sejak awal. “Beraninya kau menyakiti istriku! Kau sudah melewati batas, Ruby. Sekarang juga, kemas semua barang-barangmu! Aku tidak bisa membiarkanmu tinggal di sini lagi.” “Tapi Adam—” “Sekarang!” sela sang pria den
Baca selengkapnya
S2| 12. Teh dari Ruby
Amber memeriksa tubuhnya sendiri dengan raut bingung. “Bukankah ini normal? Orang-orang sering demam saat menyambut musim semi.” “Ini masih musim dingin dan suhu belum naik. Kau pasti kelelahan karena Ruby. Sekarang juga, kau harus istirahat.” Adam membantu sang istri berdiri dan memandunya berjalan menuju kamar. “Aku hanya demam, Jewel. Kenapa kau memperlakukanku seperti nenek berusia 90 tahun?” “Jangan banyak protes! Beristirahat saja di kamar. Aku akan membawakanmu teh hangat dan apel. Kau harus segera mengisi tenaga.” Mendapat perhatian sebesar itu, Amber pun mengulum senyum. Sambil memeluk sang suami, ia menyandarkan kepala di pundak bidangnya. “Kau tidak perlu membawakan itu. Cukup temani aku saja. Aku pasti langsung sembuh.” “Tidak. Kau butuh teh hangat dan apel. Aku akan menemanimu setelah menyiapkannya.” Begitu pintu ditutup, mata Ruby perlahan membuka. Setelah menoleh ke arah kamar si tuan rumah, ia mendengus kesal. “Aku hampir saja mati. Tapi, kenapa malah perempuan
Baca selengkapnya
S2| 13. Aku Bisa Memuaskanmu
“Apa itu?” tanya Adam dengan alis berkerut. Sebelum kecurigaan sang pria membeludak, Ruby cepat-cepat menjawab. “Bukankah ini minuman favoritmu? Aku mencoba mengikuti resep dari internet. Kuharap rasanya sama dengan yang diseduh oleh istrimu.” Sama sekali tidak ada beban dari nada bicara Ruby. Namun, hal itu belum cukup untuk meyakinkan Adam. Pria itu masih bergeming dengan tatapan terkunci pada uap tipis yang timbul dari permukaan teh. “Kenapa kau diam saja? Apakah kau keberatan meminumnya? Kau mengira aku tega memasukkan racun ke dalam sini?” tanya Ruby dengan nada kecewa. Keputusasaan kembali mewarnai wajahnya. Khawatir jika sang mantan bertindak nekat lagi, Adam cepat-cepat mengambil cangkir itu. “Tidak, aku hanya ... senang karena kau sudah berniat baik untuk memperbaiki hubungan denganku dan Amber.” Si perempuan pucat sontak melengkungkan bibir lebih lebar. “Kalau begitu, cepat diminum. Teh itu tidak akan terasa nikmat kalau sudah dingin.” Sembari mendesah samar, Adam m
Baca selengkapnya
S2| 14. Hasutan Ruby
"Amber, tolong keluar sebentar! Kita harus bicara." Mendengar seruan dari luar pintu itu, Amber pun terbelalak. Dengan penuh tanya, ia mengamati mata suaminya. "Ruby mencariku? Bukan mencarimu? Apa yang dia inginkan?" Alis Adam mulai berkerut tak senang. Kekhawatiran telah menambah gerah tubuhnya. Ia yakin, mantan kekasihnya itu masih mengenakan pakaian tipis tadi. Pertengkaran pasti akan terjadi jika sampai Amber melihatnya. "Abaikan saja. Dia pasti sengaja ingin mengganggu kita," gumam Adam sebelum menyunggingkan senyum dan membelai lembut wajah istrinya. Namun, tepat ketika ia hendak merapat, suara ketukan kembali mencuri perhatian. "Amber, apa kau tidak dengar? Kita harus bicara. Ada yang perlu kau ketahui tentang Adam." Keresahan sang pria tidak bisa lagi diredam. Sembari menggertakkan geraham, ia meraih ponsel dan memasang lagu dengan volume maksimal. "Kau sungguh tidak ingin diganggu, rupanya," ujar Amber yang terbaca lewat gerak mulut. "Ya, aku ingin melahapmu sekar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status