All Chapters of Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan: Chapter 11 - Chapter 20
104 Chapters
Mencari Hati Yang Lain
"Kinan, kamu gak turun?" tanya Mas Rangga padaku. "Enggak, Mas. Caca sedang tertidur pulas. Kasihan dia jika harus bangun lagi," ucapku. Mas Rangga kemudian berpamitan untuk keluar sebentar. Aku pikir dia merokok di luar bus. Tak lama dia kembali dengan membawa dua tas kresek besar berisi jajanan khas oleh-oleh. "Kinan, ini buatmu." ucap Mas Rangga seraya memberikan dua kantong kresek itu. "Mas, aku emang sengaja gak beli. Kamu gak usah repot-repot gini." sahutku tek enak. "Udahlah, jangan pernah menolak pemberianku. Ini juga tak seberapa,"ujarnya. Aku melihat mata pria itu. Sepertinya dia tulus padaku."Terima kasih, Mas." "Kenapa melihatku seperti itu? Baru nyadar kalau aku ganteng ya," guraunya tertawa lebar. Aku tersenyum mendengar perkataannya. Pria itu lalu menatapku serius. Ada sesuatu yang ingin dikatakannya. "Kinan, besok jadi ya? Aku ingin bersamamu sebelum berangkat ke luar kota," ucapnya dengan sorot mata
Read more
Uang yang Diminta Kembali
Baru juga tiba di rumah, suamiku itu sudah membuatku sakit hati lagi. Apa tak bisa dia memperlakukan aku selayaknya pendamping hidup dan bukannya musuh. "Setidaknya hargai orang yang bertamu di rumah kita. Aku malu liat kelakuanmu itu," serunya lagi. "Itu karena dia Mbak Nita, mantan kamu. Makanya kamu marah sama aku. Ingat gak kamu saat Ibu dan Adikku ke sini, jangankan menegur mereka, memperlakukan mereka dengan sopan pun enggak. Kamu tak menganggap keberadaan mereka!" jelasku panjang lebar. "Akhir-akhir ini kamu selalu bantah perkataanku, Kinan. Apa kamu mau aku potong jatah uang belanjamu, hah?" Mas Bagas mengancamku. "Silakan, Mas. Paling aku gak akan masakin kamu lagi. Uang belanja tak seberapa masih juga kamu ungkit-ungkit padahal kamu juga yang memakannya." sahutku tak takut. "Baiklah, aku gak main-main dengan ucapanku," geramnya. Pria itu lantas tidur dengan memunggungiku. Aku tak peduli lagi dengan kemarahannya. Jika pun dia
Read more
Tentang Rangga
POV RANGGA Kinan, satu nama yang membuatku terpana saat pertama kali berjumpa dengannya. Wajah polos dan kesederhanaannya tak dapat menyembunyikan kecantikannya. Tubuh dengan berat badan proporsional dan kulit cerah menambah nilai plus dirinya. Sikap pemalunya membuat gemas siapa saja yang melihatnya. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Meskipun kutahu dia adalah istri dari tetanggaku dan aku juga sudah berkeluarga. Anakku Andika sudah berusia 4 tahun saat itu. Risa istriku selalu menuntutku dengan banyak hal. Begitu juga dengan Mertuaku. Mereka selalu menuntutku untuk memberi lebih. Pernah aku meminta pada istriku untuk pisah rumah dengan orangtuanya, aku bahkan sudah mendapatkan kontrakan untuk kutinggali bersama anak istriku. Aku ingin mengatur rumah tanggaku sendiri tanpa campur tangan orangtua. Tak kusangka, Risa menolak dengan keputusanku. Dia tak mau hidup berpisah dengan orangtuanya. Padahal di rumah itu juga sudah ada dua adiknya y
Read more
Perubahan Kinan
"Kinan?! Rangga?! Sedang apa kalian di sini?" tanya seseorang. Kinan dan Rangga terhenyak, mereka sontak menoleh pada orang yang memanggilnya. Indah berdiri mematung dengan tatapan tajam ke arah Rangga dan Kinan. Wanita itu baru saja keluar dari supermarket karena membeli sesuatu. "Eh, Mbak Indah ... ini tadi barusan ketemu Kinan yang mau membeli buah, jadi aku ajak bareng sekalian" sahut Rangga mencari alasan. "I-iya, Mbak. Benar begitu," imbuh Kinan menyahuti ucapan Rangga. Indah tak percaya begitu saja dengan perkataan kedua orang yang ada di depannya. Tapi dia juga tak punya bukti jika keduanya ada hubungan. "Yaudah makasih, Mas Rangga. Kami duluan ya," ucap Kinan seraya menggandeng tangan Indah untuk pulang bareng. Sepanjang perjalanan Indah hanya diam. Perempuan itu masih berpikir tentang hubungan Rangga dan Kinan. "Kinan, kamu menganggapku kakak, 'kan?" tanya Indah. "Tentu saja, Mbak. Selama ini kamu memperla
Read more
Tersakiti Lagi
[Mas, bisa tambahin uangnya? Yang kemarin masih kurang, kalau bisa jangan sampai ketahuan istrimu ya] Rupanya Nita telah mengirimkan pesan pada Bagas. Mendengar suara ponselnya berbunyi, Bagas buru-buru masuk kamar untuk mengambil ponselnya. "Nita yang mengirimkan pesan, Mas. Dia minta tambahan uang lagi," Kinan berkata datar tanpa ekspresi. "Lancang kamu, Kinan! Beraninya kamu membuka ponselku!" hardik Bagas dengan muka memerah. "Kenapa, kau semarah itu, Mas? Pesanmu tak sengaja kulihat saat ada di dekatku. Padaku kamu begitu pelit, tapi pada wanita lain kamu royal," seru Kinan emosi. "Dia cuma meminjam uang padaku untuk membuka warung, apa aku salah jika membantunya, hah!? Gak seperti kamu yang cuma bisa menadahkan tangan sama suami!" Bagas berteriak di depan wajah istrinya. "Oh, jadi itu yang membuatmu merendahkanku. Kamu tak ikhlas menafkahi istrimu sendiri, Mas?! Berarti selama ini kau hanya menganggapku babu gratisan gitu, 'kan?!
Read more
Bertemu Sahabat
"Rangga? ... Kinan sedang terluka, dia dibawa ke rumah sakit sekarang." jawab Indah datar. "Apa!?" seru Rangga khawatir. Indah terkejut Rangga menghubungi Kinan. Namun, dia ingin memastikan apa yang sebenarnya mereka sembunyikan. Dia ingin menghapus prasangka buruknya, tapi sekali lagi keadaan memberinya bukti. Ponsel ditutup sepihak oleh Rangga sebelum Indah sempat bertanya. Perempuan itu berpikir untuk mencari tahu dengan caranya sendiri, dia tak ingin Kinan bertindak terlalu jauh. Indah hanya ingin melindungi dan menjaga Kinan dari hal buruk, dia sangat menyanyanginya seperti adik sendiri. Bu Nur pulang bersama suaminya. Mereka memutuskan Bagas yang akan menjaga istrinya. Dokter ingin melihat perkembangan Kinan terlebih dahulu sebelum mengijinkannya pulang karena benturan di kepala tidak bisa dianggap remeh. "Indah, kamu boleh kembali. Caca malam ini biar tidur bareng Bulek," ucap Bu Nur. "Iya, Bulek. Gimana keadaan Kinan sekarang?" tanya Indah khawatir. "Alhamdulillah, keada
Read more
Kepergok Lagi
"Maaf mengganggu ...." Indah muncul dibalik pintu. Rangga dan Kinan sontak menoleh pada asal suara itu. Untuk yang ketiga kalinya, Indah memergoki mereka bersama. "Mbak Indah?" ucap Kinan terkejut. Kinan terpaku melihat kedatangan perempuan itu. Dia tak yakin bisa mengelak lagi untuk kali ini. Sedangkan Rangga pasrah dengan keadaan. "Apa kedatangan Rangga membuatmu menjadi lebih baik, Kinan?" Indah menyindir istri dari sepupunya itu. "Aku yang salah, Ndah. Aku yang selama ini terus mendekati Kinan." ucap Rangga membela Kinan. "Tentu saja kalian berdua salah! Kalian telah bermain di belakang istri dan suami kalian." Indah geram terhadap dua orang di depannya. Kinan menatap Indah dengan mata berkaca-kaca. Dia tak mampu menjawab ucapan Indah karena dia memang bersalah. "Kinan, Mbak sudah menganggapmu sebagai adik sendiri. Mbak mohon sama kamu, akhiri hubunganmu dengan Rangga sekarang juga. Apa kau tak pernah berpikir bagaiman
Read more
Terjebak Dosa
"Lepaskan aku, Mas!! Aku tak berminat padamu!" PLAK!! Bagas menampar Kinan dengan kerasnya. Lelaki itu tak suka jika hasratnya yang sudah diatas ubun-ubun ditolak oleh istrinya. Emosinya seketika menguasai diri. Tak peduli dia telah menyakiti istrinya. "Berani kamu ya menolak keinginan suami! Apa kau tak ingat selama ini makan dari jerih payahku, hah!?" seru Bagas pada Kinan. Kinan memegang pipinya yang terasa perih. Tetes demi tetes air mata keluar dari matanya yang lentik. Sakit sekali hatinya dengan perlakuan suaminya itu. Lelaki yang dulu dicintai dan diperjuangkannya tak lebih dari seorang srigala berbulu domba. "Kenapa sekarang kamu semakin kasar padaku, Mas!? Asal kamu tahu, aku sudah tak tahan hidup bersamamu!" seru Kinan penuh kebencian. Kinan menangisi kekasaran suaminya. Menolak melayani suami memang berdosa. Tapi mengingat perlakuannya selama ini membuatnya semakin benci. Bagas menarik paksa Kinan. Dengan kasar
Read more
Firasat Risa
PRANG!!! Risa tersentak kaget pada figura yang jatuh pecah berkeping-keping. Tak ada angin pun tak ada yang menyenggolnya tapi figura pernikahannya dengan Rangga bisa terjatuh. Perasaannya mulai gamang, dia merasa ini bukanlah sebuah kebetulan. Semalam dia juga bermimpi kehilangan baju yang disukainya. Dibersihkannya pecahan kaca itu dan menyimpan fotonya. Dipandangi wajah suami yang dicintainya demikian dalam. Baginya tak ada lelaki lain yang bisa menggantikan posisinya di hati. "Ris, suara apa barusan yang jatuh?" tanya Bu Yuni, Ibu dari Siska. "Figuranya pecah, Ma," sahut Risa dengan perasaan gelisah. "Bagaimana bisa pecah? Kamu teledor sekali. Udah bersihin dan gak perlu pasang wajah sedih gitu," seru Bu Yuni. "Perasaanku gak enak, Ma. Takut terjadi apa-apa sama Mas Rangga. Aku juga semalam bermimpi buruk," ucap Risa. "Udah jangan terlalu percaya mitos." sahut Bu Yuni. "Bukannya begitu, Ma. Aku takut Mas Rangga
Read more
Mari Berpisah, Mas!
"Kinan, ngapain sih kamu nyindir-nyindir Nita terus? Malu kan dia sama orang lain," ketus Bagas begitu tiba di rumah. Sepulang kerja memang Bagas menyempatkan diri ngopi di warung milik Nita dan itu sudah menjadi kebiasaanya untuk saat ini. "Maksudmu apa, Mas? Nyindir gimana maksudnya?" tanya Kinan yang masih belum paham dengan perkataaan suaminya. Bagas menatap tajam ke arah istrinya. Pria itu lantas melempar tas kerjanya asal di atas kasur. "Kenapa kamu nyindir dia soal uang yang aku berikan kepadanya? Urusanku mau kasih uang ke siapa saja, kamu gak berhak mencampurinya?" geram Bagas. Kinan mengernyitkan dahinya. Dia mencerna setiap perkataan Bagas. Semakin nampak bagaimana sikap buruk suaminya. "Lalu kamu menganggapku apa, Mas? Apa di sini kamu cuma menganggapku sebagai babu yang mengerjakan setiap pekerjaan rumah dan mengurusmu?" tanya Kinan penuh penekanan. "Aku cuma tak suka jika kamu mencampuri urusanku!" seru Bagas.
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status