All Chapters of Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan: Chapter 31 - Chapter 40
104 Chapters
Kiriman Paket
Mengambil keputusan berpisah dengan suaminya dan juga melepaskan Rangga dalam waktu hampir bersamaan membuat Kinan sedih terpuruk. Namun, dia ingat masa depan Caca dan juga keinginan membahagiakan kedua orangtuanya memaksanya untuk bangkit dari kesedihan. Kinan sadar untuk mencapai kedua hal itu, dia harus bekerja keras. Dengan kemampuannya sendiri dia akan bisa mewujudkan itu semua. Setelah beberapa hari off promosi dan jualan online, kini dia mulai aktif kembali menjalankan bisnis kecilnya itu. Setelah menghubungi nomer-nomer customernya karena telah mengganti nomernya, dia mulai melakukan promosi kembali. "Mbak, semalam aku udah mulai promosi di sosmed dan ada beberapa teman yang tertarik ingin memesan skincare dan kosmetik," ucap Dinda bersemangat. "Alhamdulillah, itu udah awal yang baik buat kamu, Din. Nanti kamu kasih listnya biar Mbak siapkan barang dan mengemasnya," sahut Kinan yang sedang menemani Caca bermain. Ranti yang sedang sarap
Read more
Menemui Pak Ridho
Kinan masih bingung memikirkan ketiga paket yang diterimanya. Bukannya merasa senang tapi dia malah khawatir jika akan menyebabkan masalah kebelakangnya. Bu Rina dan suaminya yang baru pulang dari kebun heran dan bertanya dengan paket yang Kinan terima. Semenjak kedatangan Kinan dan cucunya, keadaan Pak Ridho berangsur membaik dan dia memutuskan untuk pergi ke kebun. Bu Rina yang khawatir, akhirnya memutuskan untuk ikut bersamanya. "Kinan, barang-barang ini sebenarnya kamu yang memesannya atau gimana?" tanya Bu Rina curiga. Kinan bingung harus menjawab apa. Dia tak mau orangtuanya curiga jika dia punya hubungan dengan pria lain selain Bagas. "Mbak Kinan punya penggemar rahasia, Bu," sahut Dinda meledek Kinan. "Bukan, Bu. Itu pasti dari Bagas makanya dia bingung gak bisa jawab. Suami sendiri malah dijelek-jelekin, sekarang sudah terbukti kan siapa yang bersalah," ketus Ranti kekeh dengan pendapatnya. "Gak mungkin jika ini dari Bagas. Bap
Read more
Terluka Lagi
"Sa-saya sudah punya anak istri, Pak. Tapi saya juga merasa tertekan dengan rumah tangga yang saya jalani." jelas Rangga terbata. Pak Ridho mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang semakin merasuki hatinya. Namun, dia tak mau gegabah, bagaimanapun juga dia tak mau kehilangan anak dan cucunya lagi. "Itu salah, Nak! Harusnya kamu menjaga keluargamu dengan baik. Atau setidaknya jika memang sudah tak dapat lagi menjalani rumah tanggamu, selesaikan dulu masalahmu itu baru berpikir mencari perempuan lain," ucap Pak Ridho yang mulai emosi. "Iya, Pak. Saya tahu saya salah, benar-benar salah. Dan saya juga sudah menyatakan perasaan saya kepada Kinan di depan Mertuanya dan keluarga istri saya. Saya akan memperjuangkan Kinan," ucap Rangga yakin. Pak Ridho mendadak merasa pusing menghadapi Rangga. Dipijitnya pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya itu. "Mas Rangga!! Hentikan ucapanmu itu. Aku kan sudah bilang padamu, tak ada apapun lagi
Read more
Kemarahan Risa
Bagas mondar-mandir di depan rumah Nita. Sudah beberapa hari ini rumah wanita itu dan warungnya yang ada di depan rumahnya tutup, Nita pun sama sekali tak terlihat batang hidungnya, demikian juga dengan anak-anaknya. "Kemana sih kamu, Nit? Ditelepon juga gak diangkat," gerutu Bagas seraya memainkan ponselnya mencoba menghubungi Nita kembali. Datang Bu Marni-Ibu dari Nita- yang ingin membersihkan rumah anaknya. "Bagas, ngapain kamu mondar-mandir di depan rumah Nita? Punya maksud buruk kamu ya?" seru Bu Marni. "Nggak, Bu. Nita ke mana ya, kenapa beberapa hari ini aku gak liat dia?Biasanya kan aku ngopi di sini, Bu." Bagas menjelaskan maksudnya. "Oh jadi kamu mau cari Nita? Belum bisa ngelupain dia ya? Asal kamu tahu, sekarang Nita dan anak-anaknya nyusul suaminya ke Kalimantan. Di sana suaminya dapat kerjaan yang gajinya gede," cibir Bu Marni. Dari dulu memang Bu Marni tak menyukai Bagas dan memilih menjodohkan anaknya dengan orang lain y
Read more
Mantap Berpisah
Risa sangat marah dengan ulah suaminya. Semua barang yang ada di kamar menjadi sasarannya. Dilemparkan gelas yang ada di dekatnya hingga pecah berkeping-keping. "Br*ngsek kamu, Mas!!" teriak Risa disela kemarahannya. Perempuan itu menangis histeris merasakan sakit hatinya. Luka yang ditorehkan Rangga sangat dalam menusuk kalbu. "Tega kamu, Mas ...." ucap Risa ditengah isak tangisnya. Rangga mendekati Risa ingin menenangkannya. Dia merasa bersalah dengan menyebut nama wanita lain saat mereka tengah bercinta. "Maafkan aku, Ris," ucap Rangga dengan raut wajah kacau. Risa masih menangis histeris. Rangga takut jika keluarga yang lain ikut mendengar teriakan istrinya. "Ris, tenangkan dirimu. Kita bicara baik-baik jangan seperti anak kecil," ucap Rangga dengan penuh penekanan. Beruntung semua anggota keluarga di situ tertidur nyenyak dan tak mendengar suara berisik di kamar itu. Mungkin karena hanya kamarnya yang berada di lanta
Read more
Rencana Bagas
Pagi itu Bagas seperti biasa sarapan di rumah orangtuanya. Dia duduk di samping Bu Nur dan adiknya. Sedangkan Pak Rahmat sudah selesai sarapan dan mengurus burungnya. "Bu, aku kangen dengan Caca," ucap Bagas tiba-tiba. Secara serempak Bu Nur dan Santi mendongakkan kepalanya tak percaya pada ucapan Bagas. "Kangen sama Caca atau sama Mamanya," ledek Santi dengan ekspresi mengejek. Sontak Bagas melotot pada adiknya itu."Anak kecil jangan sok tahu kamu," Santi mencebik mendengar ucapan Bagas. Bu Nur menghentikan sarapannya, dia mengingat Caca yang selama ini dirindukannya. "Ibu juga kangen banget sama Caca," sahut Bu Nur dengan mata berkaca-kaca. Bagas tersenyum mendengar perkataan ibunya. Muncul ide yang melintas di kepalanya. "Bagaimana kalau kita menjenguk Caca di rumah Neneknya, Bu?" tanya Bagas berharap. "Iya nanti Ibu akan bicara pada Bapakmu," sahut Bu Nur. "Horeee ... aku juga ikut ya, Bu." Santi girang denga
Read more
Diminta Rujuk?
Sedangkan Kinan adik kelas mereka bisa dekat dengan Radit karena tergabung dalam 1 organisasi yang sama. Dari sanalah awal mula mereka menjadi sahabat. Ranti mendekati Radit dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Dia tak menyangka jika pria cupu yang selalu diremehkan olehnya dulu kini bisa menjadi sekeren ini sekarang. Radit menerima uluran tangan Ranti. "Sumpah kamu beda banget sekarang, Dit!! Hampir saja aku gak mengenalimu," ucap Ranti terkesima. Radit kembali tersenyum menanggapi perkataan Ranti. Hampir semua teman yang menemuinya juga berkata seperti itu. "Jangan bilang kamu ke sini untuk menemui Kinan? Atau memang benar kamu mau menemui dia?" tanya Ranti dengan tatapan menyelidik. "Aku ke sini memang ingin menemui Kinan, Ran. Aku nawarin dia kerja di apotek di mana klinikku berada," sahut Radit. "Apa!? Gak salah denger kan aku? Jadi dia meminta kerjaan sama kamu? Modus itu, Dit! Dia memang gitu belum resmi cerai udah kega
Read more
Rencana Yang Gagal
"Bagaimana apa kamu bersedia kembali bersamaku, Kinan?" tanya Bagas tak sabar menunggu jawaban Kinan. Kinan terdiam, pikirannya berkelana mengingat masa-masa saat bersama Bagas dulu. Dua tahun lebih waktu yang dia habiskan sudah cukup membuatnya mengenal kepribadian sang suami. Dua tahun lebih dia berusaha menuruti setiap perkataan dan keinginan suaminya bahkan ia rela meninggalkan dan membantah orangtuanya demi bisa bersamanya. Bukan hanya uang belanja yang sangat terbatas, namun juga sikap Bagas yang tak bisa menghargainya sebagai seorang istri. Dengan alasan tak pandai merawat diri, dia diperlakukan semena-mena. Selalu bersabar dan mengalah sudah dilakukannya selama ini namun tak juga membuat suaminya berubah. Bagas semakin banyak tuntutan tanpa memenuhi hak yang harusnya dia lakukan. Kasih sayang suaminya nyaris tak pernah ia dapatkan semenjak dia hamil, begitu pun Caca jarang sekali bocah kecil itu tersentuh tangan ayahnya. "Kinan!! Apa
Read more
Perginya Rangga
Risa dan Rangga telah mengurus surat perceraian mereka. Rangga memutuskan untuk pergi dari rumah mertuanya saat itu juga. "Mas, lebih baik kamu pergi dari rumah ini secepatnya. Soal Andika aku akan memberinya pengertian, kamu tak perlu khawatir," ucap Risa tanpa menatap lelaki yang diajaknya bicara. "Baiklah, Ris. Mungkin memang lebih baik aku keluar secepatnya. Aku akan cari rumah atau kontrakan untuk sementara waktu," ucap Rangga lirih. Setelah itu Rangga keluar dengan menggunakan mobilnya. Dia berencana untuk mencari tempat tinggal tak jauh dari rumah orangtua Kinan agar bisa memantau perempuan yang dicintainya. Setelah beberapa kali bertanya kepada tetangga Kinan soal rumah yang disewakan, akhirnya dia menemukan kontrakan yang hanya berjarak sekitar 5 rumah dari kediaman orangtua Kinan. Dari sana juga tak begitu jauh dari tempatnya bekerja.******* Rangga mengemas bajunya dan memasukkannya ke dalam sebuah koper. Setelah memastikan barang
Read more
Bertemu Lagi
"Semalam saya intip dari dalam rumah dia datang sendiri kok, Bu. Bisa jadi dia lajang atau duda kan, jadi saya punya kesempatan buat PDKT kan, Bu?" sahut Gendis perempuan dengan tubuh seksi itu. "Pas banget kalau duda, Mbak. Sama -sama kesepian butuh belaian," Mereka yang ada di sana sontak tertawa, dan mereka terdiam saat ada Kinan datang bergabung. "Tumben belanja, Mbak Kinan?" tanya Bu Rukin. "Iya, Ibu kakinya sedikit linu, Bu. Jadi saya yang gantiin." ucap Kinan seraya memilih ikan pindang yang ada di depannya. "Mbak, maaf nih ya katanya Mbak Kinan sudah pisah sama suaminya ya makanya sekarang balik lagi ke sini?" tanya Bu Sis mulai kepo. Kinan keget kenapa mereka bisa tahu tentang statusnya padahal selama ini dia tak pernah keluar rumah. "Jangan ditutupi Mbak Kinan, kita semua sudah tahu kok, asal jangan lirik suami tetangga aja ya," ucap Gendis sinis. "Eh sadis amat omongannya Mbak Gendis. Takut saingan sama Mbak
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status