Semua Bab Wanita Yang Melamar Suamiku: Bab 21 - Bab 30
117 Bab
Bab 21. Nirmala Istri Mas Elang
Bab 21. Nirmala Istri Mas ElangBenar saja, pria itu tak lagi mengenalku. Dia menggeleng pelan lalu menatap mata ibunya.“Kalau tidak ingat siapa dia, endak usah diingat, Le! Dia ini orang yang kerja di restoran ibu.” Bu Ajeng menyela. “Iya, saya tukang masak di restoran, ini saya mau mengembalikan hape Mas Elang. Oh … iya, Mas. Tadi Mbak Nirmala nelpon, katanya dia mau datang,” ucapku seraya mengulurkan ponsel milik pria itu.“A-apa? Nirmala nelpon? Dia mau datang?” Bu Ajeng tergagap tak percaya. Terlihat jelas wajahnya berubah semringah. Begitupun pak Gondo. Dan yang paling terlihat bahagia adalah mas Elang.“Mala, mau … datang?” tanyanya menatapku sendu.“Iyaa, Mas! Semangat, ya! Saya ijin ke restoran ya, Bu, Pak, Mas!” Aku langsung pamit. Aku adalah orang luar di sini. Tugasku adalah mengurus restoran mereka. Jadi aku harus tau diri. Apalagi kulihat sikap Bu Ajeng sepertinya agak berubah padaku setelah anaknya siuman. Atau ini hanya perasaanku saja?“Iya, Ning! Titip restora
Baca selengkapnya
Bab 22. Jebakan Mas Sigit
Bab 22. Jebakan Mas Sigit“Benar ini rumah mertua kamu, Ning?” tanya Mas Dayat saat aku memintanya menepikan mobil di seberang rumah mantan mertuaku. Ya, mantan. Meski Mas Sigit belum menjatuhkan talak padaku, bagiku dia sudah mantan suami.“Iya, Mas. Tunggu di sini saja, ya!” Buru-buru aku turun dari mobil lalu setengah berlari masuk ke dalam rumah. Sepi, tak terdengar suara apa-apa. Tak seorangpun yang kutemukan. Entah ke mana semua penghuni rumah ini. Kalau mereka semua pergi, kenapa pintu rumah tak dikunci? Bukankah anakku sedang demam katanya?Astaga! Jangan-jangan anakku tiba-tiba gawat lalu buru-buru dilarikan ke rumah sakit. Karena panik mereka tak sempat mengunci pintu. Iya, benar, tadi kulihat mobil Mas Wisnu tak ada di garasi. Hanya ada sebuah sepeda motor di sana. Entah punya siapa.Berarti benar mereka ke rumah sakit. Rara! Rara anakku! Aku segera membalikkan badan, aku harus ke rumah sakit terdekat.“Itu kamukah, Ning!” Langkahku terhenti, seseorang memanggil namaku. S
Baca selengkapnya
Bab 23.  Kuhajar Istri Baru Suamiku
Bab 23. Kuhajar Istri Baru SuamikuNanar kutatap pria yang di samping mereka. Mas Sigit dengan balutan jas, di samping kanannya duduk dengan anggun seorang wanita berkebaya modern. Riasan make up mewah menghiasi wajah. Cantik sekali.Keempatnya duduk menghadap seorang pria berpakaian koko. Aku yakin dia adaalah seorang penghulu. Mulut pria itu sedang komat-kamit mengucapkan doa, semua hadirin mengucapakn kata ‘aamiin’ di setiap akhir kalimatnya.Nyes ….Perih. Hatiku sangat perih. Raraku ternyata baik-baik saja. Dia tidak sakit seperti yng mereka katakan. Bahkan kedua putriku terlihat begitu sehat, bersih dan terawat. Apalagi dengan gaun kembang yang begitu indah yang menempel di tubuh mereka. Wajah keduanya terlihat begitu berseri-seri.Sakit hatiku. Aku harus menyaksikan pernikahan suamiku. Aku juga harus menyaksikan bagaimana bahagianya kedua anakku mendapat mama baru. Ya, Tuhan …. bagaimana mungkin anak-anakku bahagia dengan pernikahan ayahnya? Apa yang telah terjadi? Kenapa Na
Baca selengkapnya
Bab 24. Hampir Diperkosa Para Preman Suruhan
Bab 24. Hampir Diperkosa Para Preman Suruhan *****Restoran sudah ditutup, semua pegawai sudah pulang kecuali Kak Runi. Aku sengaja menahannya untuk menemaniku tidur di restoran malam ini. Hatiku masih belum tenang setelah peristiwa tadi siang di rumah istri baru Mas Sigit. Masih terbayang tubuh perempun itu tergeletak di lantai, tepat di bawah pelaminannya. Entah apa yang terjadi dengannya sekarang.Semua pintu sudah terkunci rapat, aku, Kak Runi dan Nada sudah bersiap-siap untuk tidur di kamar satu-satunya yang tersedia di restoran itu. Kembali kak Runi menasehatiku agar tetap kuat dan tabah.“Jika Rara memilih ikut Mas Sigit, ihklaskan saja. Kelak, jika di sudah mulai bisa berpikir, pasti dia akan kembali padamu juga,” ujarnya membesarkan hatiku.Aku coba ihklas, tapi tetap saja hatiku sesak. Rara anakku, aku tidak akan bisa bila harus kehilangannya. Aku tidak bisa tidur sama sekali. Tiba-tiba terdengar gedoran kasar dan berulang-ulang di pintu restoran. Aku dan Kak Runi saling
Baca selengkapnya
Bab 25.  Kemarahan Mas Elang
Bab 25. Kemarahan Mas Elang“Ning! Bu Ajeng nelpon!” Kak Runi yang sedang mengaduk rendang memanggilku. Gegas aku menghampirinya.“Halo, Bu?” sapaku sedikit deg-deg-an. Mungkin Bu Ajeng ingin menegurku karena peristiwa tadi malam. Gara-gara ulahku, restorannya diserang segerombolan preman tadi malam. Meski kerusakan tidak terlalu parah, tak ayal restoran mengalami kerugian juga. Beberapa kursi dan meja patah. Untung kaca steling tidak pecah.“Ning, kamu, ke rumah sakit, ya! Elang mencarimu!” perintah Bu Ajeng begitu mendengar sapaanku.“Sekarang, Bu?” tanyaku sedikit lega. Kalau Mas Elang yang mencariku, tentu tak ada hubungannya dengna kerusaan tadi malam. Tapi, buat apa pria itu mencariku, ya? Apakah aku ada berbuat salah?“Sekarang, Ning! Tolong cepat, ya! Dayat sudah menjemputmu itu! Tungu di luar, pokoknya kalian harus tancap! Jangan sampai Elang drop lagi karena kecewanya makin parah! Kua sudah mengecewakan dia, Ning! Kau bilang Nirmala mau datang, kau bohong!” senggaknya
Baca selengkapnya
Bab 26. Mas Elang Memintaku Tinggal di Rumah Sakit
Bab 26. Mas Elang Memintaku Tinggal di Rumah SakitAku sebenarnya masih tak percaya, bagaimana bisa dia merekam kejadian itu, sedang dia tak ada di sini waktu itu. Mas Dayat mendekatkan ponselnya ke arah Mas Elang. Mata pria kurus itu menyipit, menatap serius ke arah layar. Video rekaman percakapanku dengan Mbak Nirmala di depan ruangan ini kemarin pagi.[Itu ruangan Mas Elang, ya? Maaf, kamu siapanya Mas Elang? Pembantu baru, ya?] Terdengar suara Mbak Nirmala di dalam rekaman.“Mala? Ini … ini benaran Mala? Dia … dia datang? Dia benar-benar datang?” kata Mas Elang terlihat berbinar. Hatiku miris melihat reaksinya saat dia menatap istrinya di dalam rekaman.[Eh, i-iya, maaf. Benar, ini ruangan Mas Elang, Mbak mau jenguk? Silahkan masuk saja!] Itu suaraku.[Iya, aku mo nanya dulu, dong? Tadi pagi katanya Mas Elang tiba-tiba sekarat. Kok, bisa masuk ruang rawat, sih, bukan masuk ke ruang mayat? Eh, ngelamun lagi! Bukannya dijawab! Aku nanya perawat jaga di ruang ICU, katanya Mas
Baca selengkapnya
Bab 27. Talak Tiga  Lewat Ponsel
Bab 27. Talak Tiga Lewat PonselMas Elang makin memucat. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucap sesuatu. Namun tak ada kata-kata yang keluar. Aku tak tega melihatnya. Betapa aku ingin memaki istrinya. Namun, pria ini sudah memerintahkanku agar jangan bersuara kecuali dia minta. Terpaksa aku diam, menahan sesak karena geram.“Mala, Sayang …! Stop minta cerai, Yang! Kita masih saling cinta, kan? Mas sudah sembuh! Datang, ya! Kujalani pernikahan kita seperti dulu! Oh, iya … belanja bulanan kamu udah habis, ya? Mas transfer sekarang, ya, Sayang? Dengar, Malaku Sayang, apapun permintaan kamu akan aku penuhi, asal janagn minta pisah, ya! Mas sangat mencintai kamu, Sayang! Datang, ya! Mas mohon!”Astaga! Apakah aku tidak salah dengar? Laki-laki ini …. Oh, Tuhan! Sebegitu cintanya sampai mematikan akal sehatnya? Dia – ah! Aku teringat Mas Sigit. Mungkin seperti inipula dia mencintai Yosa mantan kekasihnya itu sehingga tega menghkianatiku. Apakah memnag begini kalau seorang pria sudah ter
Baca selengkapnya
Bab 28. Mas Elang Memerintahkanku Ganti Baju dan Ke Salon
Bab 28. Mas Elang Memerintahkanku Ganti Baju dan Ke SalonAstaga! Kenapa dia? Ini maksudnya apa? Dia memberi perintah yang aku tak paham sama sekali. Dia juga belum menjelaskan apa-apa. Apa maksudnya menyuruhku mengganti pakaianku dan ke salon untuk merapikan rambutku? Memangnya kenaap dengan pakaianku? Ini daster, enggak baru memang, tapi enggak ada sobeknya, kok, seperti dasterku yang lain. Ini daster yang paling bagus yang aku punya. Kalau daster inipun dia suruh ganti, aku harus pakai baju apa?Lalu rambutku? Kenapa dengan rambutku? Rambutku panjang dan aku sudah sisir rapi, kugelung jadi satu di belakang. Apa yang salah? Astaga! Pria ini malah mendengkur! Abaikan saja! Mungkin dia salah memberi perintah tadi. Dia pikir aku siapanya ngatur-ngatur hal yang pribadi. Tapi … bagaimana kalau dia marah saat dia terbangun nanti? Satu jam … ini sudah satu menit, dua menit, aaah! Waktuku makin berkurang saja.Cepat kusambar kartu kecil yang terletak di atas nakas. Seumur-umur aku belum
Baca selengkapnya
Bab 29.  Penampilan Baruku, Tapi Lupa Mengganti Sandal Jepitku
Bab 29. Penampilan Baruku, Tapi Lupa Mengganti Sandal Jepitku“Baik, silahkan duduk, saya akan buat model yang paling cocok dengan bentuk wajah, Mbak, ya! Saya akan make over Mbak, pokoknya!”“Jangan lama-lama! Usahakan yang paling sederhana biar cepat yang penting rapi!”“Iya, Mbak! Mbak tenang saja! Saya bisa cepat, kok!”Dua puluh menit berlalu, tetapi aku belum selesai juga. Petugas salon itu meminta tambahan waktu lima menit lagi. Aku mulai tak tenang. Bagaimana kalau Mas Elang marah. Sepuluh menit kemudian, baru semuanya kelar. Buru-buru aku membayar ke kasir salon.“Ini Mbak, cepat ya!” ucapku tak sabar, mengetikkan nomor Pin kartu kredit Mas Elang.“Coba lihat dulu perubahan wajah Mbak! Mbak cantik sekali dengan model ini! Liat, deh!” Pegawai salon yang tadi melayaniku masih mengikuti.“Terima kasih, Mbak! Saya sudah kelamaan!” sahutku segera berlalu.Buru-buru menyeberang jalan, lalu setengah berlari menuju lif. Detak jantungku bertalu-talu, capek berlari dan rasa
Baca selengkapnya
Bab  30. Minta Rujuk Setelah Talak Tiga
Bab 30. Minta Rujuk Setelah Talak Tiga“Terima Kasih, Mala! Terima kasih atas kejujuranmu!”“Sama-sama, Mas!”Kulihat wajah pucat Mas Elang memerah. Sepertinya dia sednagn menahan amarah dan sakit hati yang kian parah. Kalimat jujur Nirmala pasti sangat melukai hatinya.“Tapi, aku minta maaf, Mala! Kamu tetap tak ajan bisa menuntut pembagian harta gono-gini! Karena harat orang tuaku belum menjadi milikku! Jadi, aku sarankan, berhentilah bermimpi tentang harta itu!”“Kalau begitu aku enggak jadi minta cerai!” Tiba-tiba perempuan menyergah.Mas Elang tersenyum kecut. “Kau enggak jadi minta cerai karena enggak jadi mendapat harta gono gini, begitu?” tanyanya sinis.“Pokoknya aku enggak jadi minta cerai! Mas Elang tidak boleh mendaftarkan perceraian kita ke Kantor Pengadilan Agama. Aku tetap mau menjadi istri Mas Elang!”“Samapi kapan kau akan bertahan menjadi istriku? Sampai seluruh harta orag tuaku diserahkan padaku, iyakan?”“Kamu, kan, yang bilang begitu?”“Hehehehe … kamu lucu!”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status