Semua Bab Upik Abu dan Bola Cahaya: Bab 11 - Bab 20
52 Bab
Bab 11. Energi Habis
***Kriiieeeetttt.... Suara derit pintu terdengar pelan, sosok tersebut mendekati Upik, duduk di sisi dipan dengan mata yang menatap dari kepala sampai ke kaki Upik. "Nuurr..." bisiknya mendekatkan wajahnya ke telinga Upik. Upik menggeliat, lelah seharian membuatnya tak peka dengan bisikan itu. Sosok itu membelai rambut Upik, wajah yang penuh nafsu mendekati leher dan dada Upik. Nafasnya memburu, mengendus aroma tubuh Upik. Tikus putih yang sedari tadi tertidur di balik bantal, menyadari kehadiran seseorang di bilik itu. Tikus tampak memperhatikan sosok tersebut, ia kemudian berdecit keras-keras seolah ingin membangunkan Upik. Mendengar suara decitan tikus tersebut begitu mengganggu. Sosok tersebut menangkap tikus itu dan melemparkannya ke dinding. Tikus terpental ke dinding dan jatuh ke lantai terkulai lemas. Menyadari ada yang tak beres, Upik terbangun. Ia melihat sosok itu tengah berada di atas tubuhnya, duduk berjongkok. "Siapa kamu?!" Upik panik, ia duduk dan mundur. Mel
Baca selengkapnya
Bab 12. Pengikut
***Upik mendekap tas karungnya, matanya tak lepas melihat ke arah botol yang semeteran jaraknya dengan tempat ia bersembunyi. Ia berada di tengah-tengah kolong. Tempat itu benar-benar tidaklah nyaman. Di tepi kolong yang berbentuk segi empat itu, hujan sangatlah deras menghantam tanah, menyebabkan percikannya membasahi tubuh Upik. Upik berusaha menjangkau botol tersebut dengan kakinya, berharap bisa menendangnya agar menjauhi posisinya. Belum sampai kakinya mengenai botol, tiba-tiba sosok dari atas menyembulkan kepalanya ke bawah. Membuat Upik terkejut bukan kepalang. Keadaan semakin didramatisir dengan kilat dan petir yang bersahutan. Suasana gelap, membuat kepala yang menyembul ke bawah tak memperlihatkan dengan jelas wajah si pemilik. Kepala yang menyembul itu seperti memperhatikan sekitar, Upik berharap kilatan cahaya tak memperlihatkan keberadaan dirinya di bawah kolong. Sebuah tangan meraba-raba mencari botol yang jatuh, dan saat botol tersebut bisa diraih, kepala tersebut ter
Baca selengkapnya
Bab 13. Keputus Asaan
***"Kke, kesinikan kepalamu lagi! mendekat!" perintah Mpus. Si Laki-laki itu menuruti perintah Mpus. "Siapa namamu?""Saya Liom Tuan, Julian Liom.""Namamu unik, seperti nama seorang bangsawan."Mpus meletakkan telapak tangannya ke kepala Liom, ia berencana melihat latar belakangnya dari memorinya. Dalam sekejap, Mpus sudah berada di alam memori Liom. Mpus melihat ia tengah berada di sebuah rumah yang besar. Di sana ia melihat Liom diseret dan dimasukkan ke dalam sebuah gudang oleh laki-laki bertubuh besar dan tegap. Di belakangnya seorang wanita yang tersenyum penuh kemenangan. Liom adalah anak semata wayang dari pemilik Perkebunan di desa itu. Ibunya sudah lama meninggal, dan Bapaknya menikahi wanita muda yang kejam. Sejak remaja Liom dicekoki beberapa obat-obatan oleh Ibu tirinya, hingga ketergantungan. Liom tak pernah bersekolah sejak lulus SMP. Liom selalu dikurung di kamarnya, karna diduga menderita berbagai macam penyakit. Liom ketergantungan obat-obatan terlarang. Penyup
Baca selengkapnya
Bab 14. Uang
***Tiga orang anak muda sedang menyusuri jalan setapak yang menurun. Di sebelah kanan mereka adalah dinding tebing yang curam setinggi lima belas meteran dari tempat mereka berpijak, sementara sebelah kiri adalah jurang yang landai setinggi lima meteran. Di bawah adalah pemukiman warga. Jalanan tampak basah, mungkin tadi habis turun hujan lokal, mereka tampak berhati-hati menuruni jalan yang tak lebar itu. Tiba-tiba, seorang yang bernama Liom berhenti. "Ngapain berhenti? katanya kuat?" tanya Mpus. "Aku masih kuat kok, hanya saja aku memikirkan sesuatu." Liom tampak mengamati Mpus dan Upik. "Apa?" Mpus melihat dirinya sendiri dari bawah karna merasa Liom memperhatikannya. "Kau yakin mengenakan pakaian itu sepanjang perjalanan kita?""Kenapa dengan pakaianku?""Kau terlihat seperti Pendekar Kapak Naga yang pernah kutonton di tv.""Siapa itu?""Yang jelas, pakaianmu itu tak cocok dikenakan di zaman sekarang. Kau keluar dari zaman apa sih?"Mpus memperhatikan pakaiannya dari bawah k
Baca selengkapnya
Bab 15. Menjemput Rezeki
***Sorakan dan tepuk tangan meriah di sebuah kerumunan di pertunjukan yang dibuka dadakan, ternyata mendapatkan antusias warga. Liom berjalan mengitari penonton, menyodorkan sebuah selendang untuk menampung partisipasi penonton. Upik tampak berdiri melenggak-lenggok kaku, meniru Penari ular yang baru mereka lihat sejaman yang lalu. Gerakannya yang kaku dan sama sekali tak gemulai malah memberikan kesan tersendiri bagi penonton, terlihat lucu dan menggemaskan. Sementara di sebelah Upik, menari seekor monyet besar, ukurannya menyamai Gorilla. Warnanya hitam legam, menari-nari mengikuti irama gendang yang dibawakan sekenanya oleh Liom. Gelak tawa semakin riuh, sorak-sorai dan tepuk tangan memenuhi kerumunan itu, seekor tikus memanjat di pundak Gorilla itu, ikut menari mengikuti irama. Pertunjukan berlangsung selama tiga jam. Menjelang petang, kerumunan akhirnya bubar. Liom segera meminta si monyet besar untuk membuat sebuah barrier agar perubahan wujudnya kembali menjadi Mpus tak d
Baca selengkapnya
Bab 16. Kau Cemburu?
***Si Tikus putih menyadari keadaan Liom, ia keluar dari saku Upik. Ia mendatangi Liom yang kesakitan di kamar mandi. Kepalanya ia gerak-gerakkan, seolah memperhatikan Liom. Berulang kali Liom berusaha mengusir Tikus itu, namun Tikus tak bergeming, ia tetap berdiri di tempatnya. Lantas Liom memberikan isyarat dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibir dan hidungnya, isyarat agar tikus jangan berisik.Namun si Tikus malah berlari, ia berdecit kencang-kencang seolah ingin membangunkan Upik. Upik mendengar decitan si Tikus, ia duduk mencari sumber suara. Ia melihat si Tikus berdiri di depan pintu Kamar Mandi. Upik bangkit, berjalan menuju kamar mandi, seolah mengerti bahwa si Tikus ingin menunjukkan sesuatu. Tiba di depan pintu, Upik langsung terkejut mendapati kondisi Liom. "Kau kenapa?!" Upik tampak panik. Ia meraih tubuh Liom dan berhasil membuat kepala Liom berada di atas pangkuannya. Liom tampak lemas tak berdaya, kulitnya menguning, matanya sayu, pakaiannya dan mulutnya ad
Baca selengkapnya
Bab 17. Hari yang Tak Baik
***"Apa maksudmu?" Mpus mengernyitkan dahinya. "Bagaimana kau bisa bertemu dengan Upik?""Itu bukan urusanmu.""Akan menjadi urusanku, jika kau malah egois.""Egois?""Ya, kau melarangku memiliki perasaan padanya, sementara kau? tadi itu jelas sekali kecemburuanmu.""Aku bukan cemburu... ""Lantas?""Ah, sudahlah." Mpus beranjak dari duduk bersilanya, ia masuk ke dalam. Liom mengejarnya, sambil memburu jawaban dengan pertanyaan yang sama. Ia mulai berhenti bertanya, saat melihat Mpus melakukan hal aneh lagi. Mpus tampak sedang menghitung langkah, menentukan sebuah titik, lalu memasang sesuatu dengan cahaya yang keluar dari tangannya. "Kau sedang apa?""Menentukan titik.""Maksudmu?""Agar kita bisa kembali ke rumah ini dengan cepat, tanpa mengendarai Angkutan yang kemarin, bikin Upik tersiksa saja.""Jadi, kau bisa teleportasi?""Apaan sih?" ketus Mpus sambil berlalu. "Te, teleportasi! berpindah tempat dalam sekejab, dari tempat yang satu ke tempat lainnya.""Hmmm... ""Jadi, ken
Baca selengkapnya
Bab 18. Menyelamatkan Upik
Bab 18. Menyelamatkan Upik***Dalam kepanikan, Liom berusaha untuk tetap tenang, ia putuskan untuk menghapal Plat nomor mobil itu, lantas ia kejar Mpus yang berusaha berdiri menyusul Liom. "Kenapa tak kau kejar mobil itu?!" Mpus kelihatan marah. "Bagaimana keadaanmu?""Aku tak apa-apa! bagaimana ini? Upik diculik!" Mpus tampak bingung dan panik. "Ayo kita kejar! tapi, apa kau tak memiliki sesuatu yang ajaib untuk bisa mencapai mereka dengan cepat?" "Mpus tampak berfikir sejenak, ia mengangguk seketika."Mpus tampak sedang memasang kuda-kuda, "Kau, berpeganglah di belakangku kuat-kuat ya!""Kita mau ngapain?" Liom tampak bingung harus bagaimana. "Pegang saja pinggangku, kuat dan jangan sampai lepas."Liom menuruti perintah Mpus, meski ragu, ia tetap memegang pinggang Mpus dengan canggung. "Pegang yang erat!""Iyaa!" Spontan Mpus berlari seperti angin, kakinya tak menyentuh jalan sama sekali, sekilas penampakan mereka seperti sekelebat bayangan yang berlari bak kilat. Liom yan
Baca selengkapnya
Bab 19. Menempuh Bahaya
***Pandangan Liom perlahan kabur, hantaman keras dari belakang membuatnya tak mampu bertahan. Sebelum benar-benar ambruk, ia gelindingkan benda bulat di tangannya sekuat tenaga ke arah jalan masuk gang. Berharap benda bulat itu mampu menggelinding sampai keluar gang. Liom diangkut ke dalam oleh orang-orang yang mencegatnya tadi, ia sepertinya akan disekap. Bola terus menggelinding, namun sayang tak sampai ke luar gang. Bola berhenti di depan teras sebuah toko. Seseorang keluar dari toko, tak sengaja menendang bola tersebut hingga terus menggelinding ke luar gang. Sinar matahari di siang hari cukup terik, udara di jalanan panas. Benda bulat itu mengeluarkan cahaya redup dari retakan-retakan di permukaannya. ***Tubuh Liom dihempaskan di lantai, kemudian diseret ke sudut ruangan, kaki dan tangan diikat, mulutnya dibekap. Seekor tikus mengikuti dari celah-celah langit-langit ruangan. Mengintip kemana Liom akan dibawa. Saat pintu ditutup, tikus merayap di dinding, mendekati Liom yan
Baca selengkapnya
Bab 20. Upik Akan Dijual
***"Tikus, kau tau dimana Liom disekap?"Tikus berdecit, mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Mpus. "Antarkan aku ke sana."Tikus berlari menyusuri kaki lima bangunan toko yang berbaris di gang itu, Mpus mengikutinya. Tiba di sebuah bangunan berlantai dua, tikus memanjat menuju ke sebuah lubang angin, kemudian berdecit memanggil Mpus. Melihat itu, Mpus melihat keadaan sekitar, ia kemudian berubah menjadi seeokor cicak. Ia merayap ke dinding menyusul tikus yang sudah terlebih dahulu masuk. Di lubang angin itu, Mpus melihat Liom di bawah. Trikat kaki dan tangannya. Namun ada yang aneh, Liom terlihat menggigil gemetar, keringatnya bercucuran. Mpus segera turun, dan langsung merubah sosoknya. Liom tampak kaget, namun rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya tak begitu merespon kehadiran Mpus. Mpus membuka ikatan tangan dan kaki Liom. Liom terkulai lemas di lantai, ia tampak tak sehat. Mpus yakin dengan energinya yang sudah penuh, ia merasa cukup untuk memulihkan tenaga Liom. Mpus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status