Semua Bab Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Bab 11 - Bab 20
195 Bab
Bab 11. Ancaman untuk Ibu
POV Sherly Video yang dikirim Ratih masuk juga ke ponselku, aku tidak sabar langsung klik tombol putar. Bola mataku membulat sempurna menyaksikan videonya tanpa berkedip. Bahkan satu putaran pun tidak puas, kuputar lagi untuk memastikan. Aku tersenyum kecil dengan pikiran menerawang. Tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ratih yang sudah berbaik hati mengirimkan video penting.Aku bersenandung ria dan mengambil handuk untuk mandi, Dari pagi sudah melakukan pekerjaan berat. Sekarang waktunya untuk membersihkan diri. Kulirik sebentar ke dinding, sudah jam 6 sore, tumben Mas Pram belum pulang. Kulanjutkan langkah ini ke kamar mandi dengan memijit lengan. Pikiranku sudah berkelana dengan rencana demi rencana, satu modal sudah aku dapatkan. Tinggal nanti aku ketemu sama ibu Mertua, semoga saja lancar jaya. 5 menit sudah berlalu, aku segera memakai baju dan mengusap badan ini dengan lotion, tidak sabar ingin segera menghampiri ibu. Dengan langkah sedikit elegan aku keluar kamar, k
Baca selengkapnya
Bab 12. Penasaran barang apa yang dibawa Mas Pram pulang?
"Jangan!“ “Terus gimana, Ibu?““Baiklah,” lirihnya pelan dengan mencebik. Benar tebakanku Ibu pasti akan memilih harga dirinya. Alhamdulillah, setidaknya kedepan Ibu tidak bisa semena-mena lagi, aku sedikit tersenyum lalu berbalik meninggalkan Ibu. “Awas kalau tersebar! Ibu tidak tinggal diam!“ desisnya meneriakiku.Aku menoleh dan tersenyum ke arahnya sembari mengangguk lalu berjalan lagi.“Terimakasih, Ratih,” gumamku. Kuusap layar ponsel dan mengetik sesuatu untuk Ratih.[Ratih, Aku minta tolong Video tetap disimpan di sana ya, jangan dihapus juga jangan disebar. Terimakasih sebelumnya, ya]Tidak lama pesan dibalas olehnya. Aku tersenyum membacanya. Alhamdulillah aman untuk kedepannya untuk jaga-jaga.[Oke, sama-sama]Hari semakin larut, Mas Pram juga tak kunjung pulang. Tumben sekali. Aku mendesah dan merogoh ponsel dari saku daster yang lagi kupakai.Kutekan layar ponsel dan mencari kontak Suamiku. Setelahnya kupencet tombol panggilan.“Hallo, Mas. Kok tumben belum pulang?“
Baca selengkapnya
Bab 13. Semakin tidak tahu diri
POV Sherly.Aku langsung merampas kantong plastik itu, aku bukan tipe yang memendam rasa penasaran. Kubuka lebar-lebar di depan Ibu juga Mas Pram. Sebuah dusbook dan cover ponsel.Ternyata sebuah ponsel keluaran terbaru dengan merk yang terkenal mahal dan mewah dengan 3 icon kamera dibelakang. Tapi dilapisi kantong plastik. Mungkin tujuanku untuk mengikuti. Keningku berkerut. Aku tidak pernah meminta untuk membelikan ponsel. Ponsel Ibu juga masih bagus. Jangan-jangan? Aku tepiskan pikiran buruk ini. Lebih baik kerjai aja Mas Pram. “Apa ini, Mas. Terimakasih ya. Mas tahu aja kalau sebentar lagi aku ngonten dan butuh upgrade ponsel.“ Aku langsung tersenyum lebar dan memeluk ponsel ini. “Dek, jangan itu buat—”“Buat siapa, Mas? Ibu juga baru beli kan 4 bulan yang lalu. Lagian ponsel seperti ini mana paham.““Siniin, Dek. Itu aku pesan untuk Mas sendiri.““Gak mau, Adek pengen ini, Mas. Mas pake ponselku saja,” ucapku enteng seperti tanpa dosa. Kali ini aku akan bersikap songong un
Baca selengkapnya
Bab 14. Bermain api
“Ya sudahlah, semoga aja mau.““Lah, emang buat siapa, Mas? Kok ada Semoga aja? Katanya buat diri sendiri?“ Kini aku sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasaranku.“Sebenarnya itu untuk Clara, Dek. Dia yang minta tipe dan merk Ponsel itu. Tapi malah, Kamu ambil,” keluhnya.“Apa, Mas. Clara? Dia baru datang lho, Mas. Kerja aja baru sehari sudah mau dibelikan iPhone. Ini harga 20 juta lebih lho, Mas. Sama istri aja, Kamu gak royal begitu.““Clara bilangnya kasbon, Dek.““Berani sekali dia minta kasbon setinggi itu. Minta lewat apa? Kalian saling mengirim pesan?“ Tak habis pikir aku dengan lelaki yang bergelar suami itu. Ya Allah nyeseknya sampai ulu hati. “Ini semua tidak seperti yang, Kamu pikirkan, Dek. Please. Jangan berpikiran negatif ya.“ “Semakin kesini, tingkahmu semakin mencurigakan, Mas.““Dek, sudah ya. Oke ponsel itu boleh untukmu, tapi tolong jangan berpikiran negatif ya,” lirihnya sembari menghampiriku dengan hendak memeluk.Aku langsung menghindar, menepis pelukan itu
Baca selengkapnya
Bab 15. Ijin poligami
POV Sherly.Aku terbangun di tengah malam, tenggorokanku begitu serak dan sering batuk-batuk membuatku terpaksa bangun. Aku menoleh ke samping, tidak ada Amira juga Mas Pram. Keningku berkerut sembari menyibakkan selimut yang menutupi badan ini. Aku beranjak keluar hendak mengambil air putih yang berada dekat dapur.Mataku menyipit saat melihat seperti ada bayangan hitam dari arah ruang tamu. Ruangan juga sudah gelap tidak ada lampu yang menyala.Rasa penasaranku membuatku terus melangkah mendekat. Kursi demi kursi pun letaknya sudah berbeda dari sebelumnya. Lebih renggang, aku melangkah lagi.Bola mataku membulat sempurna, saat mendapati Amira tidur di atas sofa, sedangkan di bawahnya terdapat seseorang dengan ditutup selimut. Tidak! aku menggeleng lagi, sepertinya dua orang. Tak ingin kehilangan kesempatan aku langsung bergegas mengambil ponsel di kamar. Tak ingin menimbulkan suara kututup mulut ini rapat-rapat menggunakan telapak tangan, aku pun melangkah menjinjit meninggalkan
Baca selengkapnya
Bab 16. Bertahan demi rencana
Apa ini kok ribut-ribut di tengah malam begini?“ Aku menoleh ke arah suara cempreng itu, Mak lampir lagi, membuat moodku langsung amblas.“Terserah!“ desisku di depan wajah Mas Pram lalu berbalik meninggalkan mereka.Aku menghela napas ini, lebih baik lekas sampai kamar lalu kukunci rapat pintunya. Disana aku bebas nangis Bombay sekalipun.“Heh! Orang tua datang, malah ditinggal pergi, dasar mantu mandul!“ Aku menoleh lalu mengacungkan jari tengah ke arahnya, dulu aku masih bisa menahan semua cacian dan menelan begitu saja, tapi sekarang buat apa, toh pernikahan ini sudah tidak baik-baik saja.Aku lalu berjalan cepat ke kamar sebelum ibu mertua menyusulku, segera kukunci rapat pintu dan aku bersender di depannya.BRAK!BRAK!BRAK!“KELUAR, KAMU!“ teriak Ibu mertua dari luar.Benar dugaanku, Ibu pasti tidak terima aku melakukan tadi, ha ha ha, lucu sekali hidupku.BRAK! BRAK! BRAK!Sepertinya ibu Mertua tidak menyerah begitu saja, baiklah kukira ototku butuh pemanasan.Kuusap kasar air
Baca selengkapnya
Bab 17. Nambah menantu
POV Ibu mertua.Aku menatap lama ke arah pintu kamar menantuku ini. Seandainya Sherly tidak memiliki video Aibku. Pasti tidak akan menyusahkanku seperti. Mana mungkin aku menerima kalau dia menyebar video tersebut ke orang-orang, bisa hancur harga diriku. Lagian cuma masalah Clara saja sampai heboh begitu, lebay kok kebangetan. Aku saja sebagai ibunya boleh-boleh saja. kenapa dia yang ribet. Aku lebih suka Clara, sudah pasti punya anak juga sepertinya lebih memanjakan aku, tidak seperti Sherly yang apa-apa tidak mau nurut. “Bu, video apa yang dimaksud Sherly tadi, kok, Ibu sepertinya ketakutan?“ tanya Putra semata wayangku membuyarkan lamunan.“Eh, enggak, kok. Sudah jangan penasaran, cuma video gak penting.“ Aku mengibaskan tangan ke arahnya. Semoga putraku tidak curiga dan tanya ke Sherly.“Aku curiga, Bu,” ucapnya menatap tajam ke wajahku.“Apa? Curiga? Tega Kamu mencurigai Ibu? Jangan lupa! siapa yang berjasa membesarkanmu! Kamu tahu Air susu Ibu mengalir ke tubuhmu sampai saa
Baca selengkapnya
Bab 18. Ke Pasar
Aku menoleh, tersenyum ke arahnya, cerdas juga otak anakku, kenapa aku gak kepikiran sampai sana. Sampai lupa sebentar lagi Sherly sudah punya pemasukan. Bisa kumanfaatkan sebaik mungkin.“Baiklah, aku akan membiarkan dia di sini,” lirihku.“Terimakasih, Bu. Berarti, Ibu maukan kalau mulai besok bersikap ramah ke Sherly? Biar Sherly betah dan tidak menginginkan cerai, Bu,” pintanya dengan menaikturunkan alisnya.“Hem.“ Aku menyetujui rencana Pram. Sepertinya aku beruntung nantinya.“Ya sudah, ini sudah malam, Ibu tidur lagi saja ya, aku mau menemani Clara, kasihan kesepian.“Aku mengangguk, lalu ikut bangun untuk mengunci kamar.Setelah kepergian Pram, aku menjatuhkan bobot badanku ke ranjang. Sepertinya malam ini akan tidur nyenyak.***Pagi sekali aku bangun, kulirik jam masih jam setengah empat.Bapak juga tidak pulang semalaman, biarlah.Lebih baik aku ke pasar pagi saja sekalian olahraga. Sudah lama sekali tidak berbelanja sayur rasanya kangen. Di pasar sini, jam 3 pagi pasar su
Baca selengkapnya
Bab 19. Perubahan sikap
POV Sherly.Alunan suara Adzan membangunkan tidur malamku, kemarin aku tidak berniat ingin tidur untuk menjaga diri ini tetap aman tapi Alhamdulillah aku terjaga sudah berganti hari dan tetap aman, mungkin pikiranku yang sudah terlanjur negatif sama keluarga suami.Gegas aku beranjak membereskan ranjang dan melipat selimut, berapa malam terlewati dengan tidur seorang diri. Meskipun kesepian tapi ada bagusnya untuk melatih ketika sudah jadi janda nanti.Aku mengambil napas ini lalu membuang perlahan, segera aku keluar kamar menuju kamar mandi untuk berwudhu yang terletak di samping kamar yang aku tempati.Sayup-sayup terdengar suara berisik dari dapur, suara dentingan panci membuatku penasaran, siapa gerangan yang memasak? Clara kah? Biasanya jam segini penghuni rumah masih lelap dalam tidurnya. Hanya aku seorang diri yang bangun dan mengerjakan beberapa tugas.Dengan langkah mengendap aku berjalan ke arah dapur, aku mengintipnya dari celah dinding dan kulkas. Rupanya Ibu yang sedang m
Baca selengkapnya
Bab 20. Waspada lebih baik.
“Tahan Sherly, tahan. Pembalasan yang cerdas tidak mengeluarkan otot tapi otak, harus balas dengan cara elegan” ucapku dalam hati.Mereka yang menyadari kedatanganku langsung salah tingkah, Mas Pram pun berbicara tanpa suara ke arah Clara, ia menggeleng dan memainkan matanya ke arah Clara untuk meminta pindah duduk.Clara hanya melongo, dasar. Begitu saja tidak paham.“Ehem! Sudah, Mas. Lanjutkan saja. Gak papa aku duduk di sini, buat nyaman saja,” ujarku sembari menarik kursi di samping Ibu, aku segera mengambil piring, dan menyendokkan nasi ke dalamnya. Masa bodoh sepertinya lebih baik untuk sekarang, terlalu bucin dan baik ke pasangan itu hanya merugikan diri sendiri.Rupanya hari ini makan besar, berbagai lauk terjejer di rapi di atas meja, Ada Udang, opor ayam, tumis kangkung, sop bayam, telor balado, tumis sawi, ayam goreng, sambal ati ampela dan cumi goreng. Menunya amburadul sampai bikin pusing yang mau makan, pasti Ibu beli jadi bisa sebanyak ini padahal masih pagi juga. eh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status